Hari ini sebenarnya aku agak malas melangkahkan kaki ke sekolah, tadinya aku ingin izin dan bilang bahwa tidak enak badan, tetapi aku malas berbohong lagi makanya aku berangkat agak terlambat, supaya tidak ada obrolan dengan Eka dkk sebelum mulai pelajaran pertama, karena pasti mereka akan membahas tentang jalan-jalan hari sabtu kemaren.
Dan untungnya tak lama aku masuk, bel berbunyi dan pelajaran segera dimulai. Dari tatapan-tatapan teman-temanku sepertinya ada rasa curiga, kesal dan males melihat aku, dan ketika hari ini ada diskusi kelompok mengenai perang dunia ke-II, untungnya aku tidak sekelompok dengan Eka, Angel atau Lusi, maka aku langsung berucap dalam hati Thanks God.
Tetapi keberuntungan itu tak bertahan lama, ketika istirahat tiba mereka langsung menahanku yang ingin keluar kelas untuk ke kantin.
" Ros lu bohong ya sama kita-kita sabtu kemaren?" Angel langsung mencecar tidak sabar.
" Iya, lu bilang ada arisan di Tangerang, tapi pas Angel telpon, mama lu ada di rumah." Eka melanjutkan dengan lebih tidak sabar.
" Jujur aja lah Ros, emang lu waktu hari sabtu pergi kemana sih, udah batalin janji jalan-jalan lagi. Lagian sama kita-kita aja pake rahasiaan segala." untungnya Lusi bicara dengan nada kasihan karena tidak mau mengintimidasi.
" Beneran deh gue pergi ke Tangerang, waktu lu telepon emang gue lagi pergi ke minimarket deket rumah." aku langsung nge-les ( istilah anak zaman sekarang ).
" Terus kok ada mama lu di rumah?" Eka tidak sabar buka suara.
" Waktu itu kita belum berangkat, nah gue disuruh beli cemilan dulu ke minimarket, kan gue doyan ngemil, abis itu baru berangkat. Lu sih Gel nggak nanya banyak sama mama gue, jadi gagal paham kan." aku berbicara dengan percaya diri, walaupun mataku sempat melihat kebawah tanda ada yang aku sembunyikan.
" Terus kenapa lu nggak hubungin kita abis dari minimarket." Angel tidak mau kalah sinis.
" Ya buat apa juga, kan gue udah telpon Eka kalau gue nggak jadi pergi sama kalian, so gue pikir nggak perlu hubungin lu lagi. Kalian jadi kan jalan-jalan sabtu kemaren? Gimana seru nggak nontonnya?" aku berusaha bersikap sebiasa mungkin.
" Loh, kalau emang ke Tangerang siang baru berangkat, apa nggak kesorean nyampenya Ros?" Lusi sepertinya merasa curiga dengan alasanku.
" Nggak kok, kan lewat tol, terus ada kan tuh tol yang baru dibangun, jadi lebih cepet nyampenya. Nggak kesorean kok." sanggahku dengan seyakin mungkin.
" Kita nggak jadi nonton, cuma makan doang. Ya udah deh kalau gitu. Lu mau kemana, mau ke kantin?" sambung Lusi karena dianggap masalah kemaren sudah cukup clear. Tadinya aku memang mau ke kantin tetapi karena takut mereka juga ikut, akhirnya aku berusaha nge-les lagi mau pergi ke ruang majalah.
" Enggak, gue mau nemuin Jidan, ngomongin masalah majalah sekolah yang minggu depan mau terbit. Udah dulu yah, dahh..." aku langsung lari secepat kilat sebelum ada pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Akhirnya aku terpaksa menemui Jidan walau cuma sebentar untuk basa basi kalau-kalau teman-teman menyelidiki aku pergi kemana, padahal setelah itu aku pergi ke taman belakang sekolah. Apalagi kalau bukan untuk mencoba kamera pemberian Tommy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh
Ficção AdolescenteBintang jatuh membawa Rosa bertemu dengan Tommy, cowok yang selama ini didambakannya. Semenjak bertemu denagnnya, pikiran Rosa tidak pernah lepas dari Tommy, berikut kekagumannya. Tapi apakah Bintang Jatuh itu benar-benar nyata? Sebuah Novelet yang...