Chap 6. New Life

2.1K 213 30
                                    




Seorang wanita berambut pirang sebahu yang bersembunyi di balik tembok melempar sebuah granat aktif ke arah para prajurit. Sementara itu seorang pria di sampingnya menembaki beberapa prajurit dibelakang mereka. "Cepat kau pergilah Hitch, aku akan berjaga dibelakangmu." Pekik pria itu.

"Baik aku serahkan semua padamu Marlo." Lalu Hitch pun pergi meninggalkan Marlo yang masih setia membidik dan menembaki beberapa orang berseragam. Tak selang beberapa menit setelah Hitch pergi seorang pemuda datang menghampirinya.

"Sir kita harus segera pergi dari sini, ini perintah."

"Baiklah aku akan segera menyusul."

"TAK AKAN KU BIARKAN KALIAN LOLOS!" Teriak Keith Shadis dengan membawa sebuah basoka di pundaknya. Pria paruh baya itu menembak ke segala arah membidik Marlo dan Bertholdt tapi sayang semua tembakan yang ia luncurkan meleset.

"SIAL!!" Pekik kesal Keith melihat targetnya menghilang.

Sementar Eren sedang mengerjakan beberapa berkas-berkas Levi yang di kirim oleh Reiner padanya, pemuda berparas manis itu mulai membolak balikkan kertas dan mencatat beberapa hal yang menurutnya penting itu. "Apa ini kenapa berkas ini sama sekali tidak bisa ku mengerti? Lagi pula kenapa sih mereka tidak bisa melacak sesuatu tentang pria dingin itu?"Eren menghela nafasnya dengan berat, menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar.

"Apa yang sedang kau lakukan bocah?" tak disangka orang yang sedang digerutunya mendadak muncul di ambang pintu kamar. Levi berjalan mendekati Eren dan melihat beberapa kertas yang berserakan di meja Eren.

"Tidak bisakah kau mengetuk terlebih dahulu?"

"Apa kau lupa bahwa...."

Belum sempat Levi menyelesaikan kalimatnya sudah dipotong Eren. "Ya ya aku tau.. Apa cuman itu yang bisa kau katakan wahai tuan besar?" tanyanya sedikit meremehkan. "Apa yang salah dengan hidupmu ini Levi? Kenapa tidak banyak yang mereka tahu tentang dirimu? kalau begini bagaimana aku bisa menyembuhkan penyakit gila mu itu?" lanjutnya sambil mengacak rambutnya sendiri yang memang tidak rapi dari awal..

"Oh jadi ini yang membuat mu membentakku bocah? Jika kau ingin tahu tentang ku kenapa kau tidak menanyakan langsung pada ku bodoh?"

Eren menatap Levi dengan tatapan bingung dan tidak percaya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan Levi? Kenapa kau mau membuka semua kisah hidup mu hanya padaku? Kenapa para milliter tidak bisa melacak tentang kehidupan mu?" semua pertanyaan yang berada di kepala Eren keluar sudah, tapi sang pelaku yang ditanyai hanya menatap dengan tatapan sangat intens entah apa yang berada di pikiran pria dingin tersebut.

"Levi katakan sesuatu, kau bilang aku bisa menanyakan semuanya padamu secara langsung. T-tapi kenapa kau hanya menatapku seperti itu apa ada sesuatu di wajahku?" tangan putih besar tersebut tanpa disengaja menangkup pipi gembul Eren begitu lembut. Membuat sang pemilik wajah menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Kau itu ternyata bocah yang sangat berisik ya." Jelasnya tiba-tiba. "Bisakah kau menanyakan satu persatu?" Lanjutnya kemudian.

"B-baiklah t-tapi tolong s-singkirkan tangan mu." Levi menyingkirkan kedua tangannya itu dari pipi gembul Eren lalu duduk di atas ranjang milik sang bocah emerald.

"Baiklah bocah aku akan menceritakan semua yang ingin kau tau, tapi tanyakan satu persatu mengerti?" Jelasnya dan mulai diangguki oleh Eren sendiri.

Eren mulai mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen yang memang sedari tadi berada di atas meja kerjanya. "Baiklah kalau begitu aku akan menanyakan hal-hal yang dasar, kapan kau lahir?"

"25 desember."

"Dimana kau tinggal?"

"Paris."

The Devil Of World (Riren/Funfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang