Chap. 7 kesialan

860 111 6
                                    

"BRENGSEK! KENAPA KALIAN BISA GAGAL?!"

"Maaf tuan kami tidak cukup kuat untuk melawan mereka."

"DIAM! AKU INGIN KALIAN SEGERA BAWA DIA KEMARI SECEPATNYA JIKA TIDAK, AKAN KU KULITI KALIAN SEMUA!"

Sementara itu disisi lain. Eren sudah berada di suatu tempat yang tidak tahu di mana. Rumah mansion besar, jauh dari jalanan besar dan terpencil. Dari luar terlihat sebagai sebuah kastil besar nan megah. Indah sekali, terlintas olehnya dimana saat Levi tersiksa didalam penjara yang tidak diberikan prilaku layaknya seorang manusia.
Bagaimana bisa seseorang yang sudah terbiasa berada di dalam lingkungan mewah harus menjalani sebuah siksaan yang lumanan kejih.

"Dimana?" tanya bocah bersurai hazel dengan turun dari mobil BMW I8 milik sang Alpha.

"Rumah ku." Jelas Levi singkat berjalan didepan meninggalkan Eren.

Bocah itu hanya bisa takjub terkesan dengan semua uang yang Levi punya. Sebelumnya adalah rumah Levi dan ini pun juga rumahnya. Berapa banyak keuntungan menjadi seorang mafia di dunia ini?.

"Levi, apa yang terjadi sebenarnya? Kau bilang akan jelaskan jika kita sudah sampai. Saat ini juga aku ingin kau menjelaskannya." Rengek Eren ingin tahu.

"Lebih baik kau mandi dulu. Nanti ku beri tahu."

"TIDAK! AKU INGIN TAHU SEKARANG. KAU SUDAH JANJI PADAKU!." Sambil berkacak pinggang dengan wajahnya yang kesal.

"Baiklah, sebenarnya aku sudah mengetahui akan ada serangan. Karena mereka sudah tau kau ada di dalam tanganku. Mereka ingin menculikmu. Entah apa yang akan mereka lakukan jika mereka bisa mendapatkan mu." Jelasnya

"Mereka? Siapa?musuhmu?militer?atau siapa?"

"Xavi innocencio."

"Siapa dia?"

"Dia yang kita bicarakan di rapat kemarin;"

"Jadi dialah yang mereka katakan 11-12 dengan mu?"

"Ya, sekarang mandilah tubuh mu berkeringat itu manjijikan!"

"Ya.yaa.." sambil pergi berjalan dengan di antarkan seorang pelayan wanita yang akan menunjukkan kamar mandi untuk Eren.

Sementara Eren menikmati air yang mengalir menyurusi tubuhnya. Levi duduk di ruang tengah, menikmati hangatnya kopi hitam dengan tenang. Namun tak lama setelah itu ketenangan yang dia sukai mendadak menjadi ricuh dan berisik. Suara keras sebuah pintu yang tiba-tiba di buka secara paksa dan di tambah suara teriakan seorang wanita gila membuat urat kepalanya putus seketika.

"EREEENNN~...." Teriak Hanji seketika.

"DASAR KACAMATA BUSUK! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA DI MEDAN PERTEMPURAN?!" sambil menendang Hanji yang kini tersungkur di lantai marmer berwarna putih.

"Hahahaha.... come on pendek. Aku tidak akan semudah itu mati di tangan para cecunguk yang tidak memiliki kemampuan seperti itu." berdiri. "Sekarang dimana bocah manisku itu?."

"Hey. Dia milikku. Ada hak apa kau mengecapnya sebagai milikmu?!" bentak Levi.

Muncul di depan pintu kamar mandi "Oh.. Hanji-san.. apa kau baik-baik saja?" Eren berlari menghampiri Hanji.

"Hohoho.. hay Eren. tentu aku baik-baik saja. siapa yang bisa melukai ku? Hahaha.. tapi ngomong-ngomong kau kenapa begitu manis? Baru saja aku meninggalkan mu beberapa jam." Puji Hanji yang membuat Eren bergidik geli dan takut. Tapi Sang Alpha hanya diam manahan amarah.

"Hanji-san bisakah kau sedikit sadar? Dan Syukurlah, tapi bagaimana dengan Armin?"

"Oh si jamur manis itu? dia baik-baik saja. sekarang dia bersama dengan Erwin. Jadi, kau tenang saja."

"Syukurlah kalau begitu."

"Arre, kau menanyakan hal ini apa si cungky man itu sudah memberitahu mu?."

"Iya, Levi sudah menceritakan semuanya."

"Bocah, cepat kau ganti baju mu dan turun untuk makan, dan kau kacamata busuk ikut aku."

"Argh.. Levi aku ingin makan bersama Eren." merengek saat kerah baju belakang Hanji di tarik Levi. Eren hanya melamun melihat tingkah mereka berdua yang aneh di matanya.

Beberapa menit kemuadian Eren sudah berganti baju dan turun untuk makan malam. Sedangkaan Levi dan Hanji sibuk di dalam ruang baca.

"Jadi ada informasi apa?"

"Begini cebol, Sepertinya dugaan mu selama ini benar, dia sudah mulai maju menyerang. Dan kemungkinan kali ini yang dia incar adalah Eren sendiri. Entah apa latar belakang Eren hingga dia begitu terkenal di kalangan penjahat seperti kita."

"Kalau begitu suruh Mike untuk mencari tau asal usul Eren yang sebenarnya." Titah Levi.

Sementara itu yang berada di ruang tamu sudah sangat kelaparan. Banyak makanan tersedia di depan mata, namun bocah itu tak berani menyentuhnya sedikit pun. Dia menunggu sang majikan turun untuk ikut makan bersamanya. Sudah sekitar 30 menit Levi dan Hanji tidak ada. Entah mereka pergi kemana. Namun walaupun para pelayan dan Hannes sudah menyuruh Eren untuk makan terlebih dahulu, bocah itu tetap keras kepala tidak ingin makan seorang diri.

"Ada apa? Apa kau tidak suka makanannya?"suara berat yang Eren kenal membuatnya langsung menoleh ke belakang.

"Emm ano.. sebenarnya aku suka makanannya sepertinya enak, tapi aku tidak ingin makan seorang diri."

"Kenapa?" Tanya Levi sambil menarik kursi makan dan duduk.

"Itu.. dulu saat orang tua ku ada mereka terus makan bersama ku,pernah di saat ayah sibuk dia masih sempat pulang untuk makan bersama dan setelah itu langsung pergi bekerja kembali. Jadi, makan bersama seperti halnya adalah ritual atau tradisi di keluarga ku. Tapi saat mereka tiada aku tidak lagi makan karena aku takut, hingga aku di larikan ke rumah sakit beberapa kali karena tidak makan beberapa hari. Saat itu juga Armin, Mikasa dan teman-teman yang lain memutuskan untuk makan bersama ku. Mereka semua meluangkan waktunya yang padat untuk pulang dan makan bersama ku." Jelas Eren.

"Kenapa? Kenapa kau tidak ingin makan sendiri?"

"Karena sendiri sangat sepi, aku merasa kesepian dan rasanya seolah seperti tidak ada yang menginginkan ku ada di dunia ini."

"Tidak kali ini bocah." Sambil mengacungkan sebuah daging potong ke arah Eren. "kau tidak akan membutuhkan teman mu lagi, kau tidak akan merepotkan mereka lagi untuk sekedar pulang ke rumah dan makan bersama. Itu tidak di butuhkan."

"Ke.. kenapa?"

"Karena kau akan selalu makan bersama dengan ku." Titah Levi yang masih saja terus menyodorkan sepotong daging di depan bocah bersurai hazel tersebut.

Eren yang menerima suapan hanya mengunyah dengan linangan air mata. Entah apa yang ia rasakan kini. Bahagia tentu, karena dia tidak akan lagi mempersulit pekerjaan para sahabatnya. Tidak akan menyuruh Armin dan Mikasa yang sedang bertugas di luar negeri untuk pulang sekedar makan bersama dan pergi lagi. Tidak merasakan sepi lagi karena akan ada selalu Levi di sampingnya.

Bocah bersurai hazel terduduk diam di balkon kamar. Memikirkan bagaimana keadaan di militery?, apakah mereka mencari Eren? apakah mereka tetap meminta data dokumen tentang Levi?. Sebenarnya walaupun Eren pergi bersama Levi tapi tugas tetaplah tugas. Data-data yang Eren kumpulkan sudah bisa di serahkan pada Pixix, namun dia berada di situasi yang dilema.

"Kira-kira apa yang akan terjadi jika aku menyerahkannya pada pak tua botak itu? apakah Levi akan di hukum berat?" tanya Eren dalam hati.

Malam sunyi dan besarnya ruangan di dalam rumah membuat Eren begitu sesak. Kini bocah itu berjalan melangkah keluar kamar, terus melangkah dengan memikirkan banyak hal. Tanpa dia sadari Eren berjalan keluar rumah.  Tangan besar dengan sehelai kain putih tiba-tiba menutupi hidung dan mulutnya. Eren memberontak, mencoba untuk melepaskan diri namun seketika pandangan menjadi hitam.















Maaf yaa semuanyaa untuk keterlambatan cerita the devil of word. Tapi Author masih belum bisa untuk update sesuai jadwal yaaa Laptopnya belom beres nihh lama betul -.- Mohon untuk bersabar yaaa

Karena banyak yang meminta untuk Extra chap Pada cerita MyspecialSensei di mohon untuk bersabar karna Extra chap sedang dalam proses. ^.^

The Devil Of World (Riren/Funfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang