Chap 12. Reoni

449 61 8
                                    


Pemuda manis terduduk diam di kursi taman, terlihat matanya yang menatap kosong langit biru nan cerah. Melihat burung-burung terbang begitu bebasnya tanpa arah tujuan yang pasti. Mata hijau itu terlihat menerawang ke arah langit. memikirkan bagaimana mereka di luar sana. Apakah mereka sedang bersantai atau sedang menjalankan tugasnya masing-masing.

Sudah sangat lama sekali Eren tidak bertemu dengan teman-temannya, terutama Armin dan Mikasa. Betapa rindu nya dia, ingin sekali bertemu dengannya ingin sekali memeluk mereka berdua.

Memang sejak kematian kedua orang tua Eren hanya mereka lah yang kini menjadi keluarga pemuda manis tersebut. Terlihat asik ia memikirkan keadaan mereka hingga tidak menyadari bahwa sang Alpha sudah berdiri tegak di belakangnya. Tatapan dingin yang memang tidak akan pernah berubah itu menatap begitu intens pemuda manisnya.

"Bocah." Sapanya seperti biasa.

"Ah Levi, kau sudah pulang?" Tanya bocah tersebut. Namun sang pelaku yang kini di tanya tidak menjawab dengan kalimat, namun hanya dengan anggukan kepala dan duduk persis di samping Eren.

"Levi~.... Apakah mereka baik-baik saja?" Tanya Eren kemudian yang kini masih saja tertegun menatap entah kemana.

Levi yang tau maksud dengan ucapan Eren pun hanya bisa menepuk pucuk kepala bocahnya dengan lembut sembari menatap wajah Eren.

"Kau rindu?"

"Iya, aku rindu mereka." Sigh.. sambil menghembuskan nafasnya dengan berat. "Sudah lama aku tidak bertemu mereka. Apa mereka baik-baik saja? Apa mereka lupa dengan ku?" lanjutnya kemudan.

"Itu tidak mungkin, kau tau gadis yang selalu saja menempel padamu? Dia tidak akan pernah berhenti memikirkanmu dan tidak mungkin dia bisa melupakan bocah yang selalu saja berisik menganggu seperti mu." Jelas Levi bermaksud menangkan.

Hanya dengan kalimat yang Levi ucapkan Eren menjadi sedikit tenang. Mungkin benar yang di katakana Levi padanya, mereka tidak akan mudah melupakan dirinya.

Levi berdiri dan mengecup dahi Eren dengan lembut. "Aku pergi keluar, nanti malam kita akan makan bersama. Tunggu telfon ku." Katanya lembut dengan tatapan yang seperti biasa tanpa ekspresi, senyum pun tidak.

Eren yang terbiasa dengan wajah datar sang kekasih kini tersebut lembut ke arahnya. Melihat Levi pergi meninggalkan dia sendiri di taman pribadi. tak lama setelah levi pergi pengawal berlari untuk tetap mengawasi keamaan Eren atas perintah sang Romeo bermuka dingin.

Hanya gelengan kepala saja yang bisa Eren lakukan ketika melihat tingkah Levi yang super duper protektive padanya. Terkadang, Eren sendiri merasa kasihan kepada semua bawahan Levi, mereka saja terlalu takut hanya dengan satu kalimat yang Levi ucapkan pada mereka.

Ya begitulah hari-hari Eren setelah penculikan Xavi. selalu saja di awasi oleh banyak pengawal walau dirinya berada di rumah.

Matahari mulai tenggelam, berganti shif dengan sang bulan. Eren kini berada di ruang tengah. Sambil menunggu panggilan masuk dari Levi, anak itu terus menatap layar kaca televisi menonton tontonan randome yang sebenernya dia sendiri tidak tau dan tidak mengerti.

Eren bukan lah tipe orang yang suka dengan acara televisi, namun apa lagi yang akan di lakukannya? Semua pekerjaannya sebagai seorang dokter psychologis sudah di kerjakannya. Ya anak itu bersih keras melakukan pekerjaannya. Walau Levi sendiri sudah melarangnya berkali-kali karena keadaan tubuhnya belum sembuh total.

Ponsel Eren berdering, terpampang bertuliskan "Psychopath Cebol" senyuman langsung terlukis lebar di pipinya. Para pengawal yang sedari tadi ada di belakangnya seakan tau siapa orang tersebut hanya dengan melihat raut wajah gembira Eren.

The Devil Of World (Riren/Funfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang