Chap 9. Pengakuan

809 101 9
                                    







Ruangan megah, kasur yang besan nan empuk. Tempat yang sempurnah bak kamar pangeran. Tapi, sang penghuni kamar tak memiliki rasa senang sedikit pun. Bocah bermata hijau itu telah di culik beberapa hari yang lalu.

Eren sudah beberapa hari, terkurung di dalam kamar. Memang tak ada yang datang menyiksanya bak berita penculikan di televise, tapi perasaan takut masih ada dalam dirinya. Eren bagaikan burung di dalam sangkar emas. Mewah namun tak bisa pergi kemanapun dia inginkan.

Bocah itu hanya berharap Levi segera menemukannya. Sudah beberapa hari ini Eren berusaha keras keluar dari tempat itu. Segala macam cara dia lakukan dari melompat jendela. Memeriksa telefon rumah sampai membuat beberapa pelayan pingsan saat masuk ke dalam kamar dengan cara memukul kepala.

Hingga suatu hari bocah iu dapat keluar kamar namun tersesat di tengah hutan dan akhirnya tertangkap kembali. Tapi dalam hati kecilnya perasaan syukur tidak di bunuh saat itu adalah hal yang tidak di sangkanya.

Suara sepatu pantopel berbarna cokelat melangkah masuk ke dalam kamar, terdengar suara pintu terbuka lalu menutup. Terlita pria itu. Pria dengan surai pirang. Seorang pria yang Eren yakini adalah otak dalam kasus penculikan ini.

"Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau menculikku?" Tanya Eren penasaran.

Pria itu berjalan duduk di sebuah sofa beludru berwarna biru tua. "Aku adalah Xavi. Xavi inoncio orang yang paling mencintaimu di dunia ini Eren."

"Apa.. apa maksudmu?"

"Eren apa kau lupa? Dulu saat kau kecil kau selalu bermain dengan ku? Aku adalah anak laki-laki yang menolong mu saat kau tersesat di hutan."

"Eh kau? Kau adalah kakak itu?"

"Benar." Senyum manis tepancar di wajahnya yang tampan.

"Eren setelah ku tau kau tinggal sendirian, kini ku berniat untuk menjadikan ku sebagai milikku seorang."

"Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau."

Xavi berjalan mendekat. Memegang dagu Eren erat, wajah yang tadi sangat ramah kini berganti sangat kejam. Sangat menakutkan. Membuat Eren bergidik seram.

"APA KAU TIDAK INGIN HIDUP DENGA KU? APA KAU LEBIH MEMILIH SI KUNTET TIDAK PUNYA HATI ITU?!" pekiknya keras membuat Eren menangis.

"Aku tidak tau yang kau maksud. Hiks.. tapi aku punya sebuah alas an kenapa ku tak ingin. Hiks.. lepaskan kau menyakitiku.. hiks... hiks..."

"Maaf. Maaf aku menyakitimu."

"Aku masih normal! Aku bukan pria yang menyukai pria. Jadi aku tak bisa menerima mu."

"Apa kau tidak bisa melihat ku walau sedikit saja?"

"Maaf aku memiliki pilihanku sendiri. Jadi ku mohon lepaskan aku, aku ingin pulang."

"TIDAK! KAU TIDAK AKAN PERGI KEMANA PUN! MUNGKIN SAAT INI KAU MENOLAK KU TAPI SUATU SAAT KAU AKAN MENERIMA KU!" bentak Xavi dan langsung pergi keluar kamar dengan keadaan kesal dan marah.

Hari demi hari, Eren terus saja di kurung dalam kamar. Xavi memang selalu mengunjungi Eren bermaksud untuk membuat bocah itu jatuh hati padanya. Xavi tidak sedikit pun menyakitinya, sikap lemah lembut dengan kasih sayang selalu ia berikan. Tapi Eren teguh pada pendiriannya. Yang ia mau hanyalah kebebasan seperti dulu.

"Sayang, aku sudah sabar dengan sikap mu ini selama lima hari. Apa kau tidak merasa bahwa aku tulus padamu?" Tanya Xavi berjalan mendekati ranjang Eren dan mengusa pipi nya lembut.

"Tuan Xavi, ku mohon bisakah kau melepaskan ku? Aku hanya ingin kebebassan ku seperti dulu." Jelas bocah manis yang terisak di sampingnya.

Urat kesabaran Xavi putus, mendorong Eren begitu keras. "EREN APA KURANG KU? KENAPA KAU SELALU INGIN PERGI MENINGGALKAN KU? AKU SUDAH CUKUP SABAR DENGAN SIKAP MU SELAMA INI! AKU BERSIKAP LEMBUT PADA MU AKU MENUNGGU JAWABAN MU AKU SELALU....."

Kalimat Xavi terhenti, benar saja baju Eren terkoyak. Tangan besar dingin itu meluncur menuju bagian bawah. "Eren sayang jika kau seperti ini terus, maka aku akan lakukan sesuai keinginanku. Ada atau tidak ijin dari mu. Aku sudah tidak perduli."

Xavi mendekatkan pandangan melahap bibir manis semanis buah plam itu. Menjulurkan lidahnya mengetuk bibir Eren yang tertutup. Namun Eren benar-benar tidak menginginkannya. Menantang semua perlakuan Xavi padanya.

Malam tersebut adalah malam yang panas. Hingga saat puncaknya terganggu oleh tangan seorang pria ber surai hitam. Menarik Xavi dan memukulnya dengan sangat sengit. Eren yang sudah tidak tersadarkan hanya melihat sekilas. Seorang pria datang menghancurkan pintu dan menghajar Xavi.








mohon maaf teman2 untuk keterlambatannya, karena saya sedang sibuk dengan kegiatan di dunia nyata. jadi belum bisa menyempatkan waktu luang untuk upload.

dan untuk malam hari ini mumpung ada waktu juga. akhirnyaa ceritaa pada bagian chap ini sudah bisa dinikmati.

The Devil Of World (Riren/Funfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang