Malam itu rembulan bersinar dengan sangat terang. Suasana kota juga begitu ramai. Terlihat dua orang laki-laki dan perempuan tengah berdiri di sebuah rooftop gedung tua.
"Coba liat ke atas sana," kata laki-laki berbaju putih itu menginterupsi perempuan di sampingnya.
"Kenapa?"
Laki-laki itu menoleh dan tersenyum lembut. "Aku nggak mau samain kamu sama bulan. Soalnya bulan itu jelek, sedangkan kamu, selalu cantik di mataku."
Pipi perempuan itu bersemu merah. "Apa, sih, gombal banget!"
Tawa laki-laki itu berderai. Dia bersandar pada tiang yang berada di belakangnya. Tangannya ia masukkan ke dalam kantung celana hitamnya.
"Gimana? Suasana malam di sini enak, kan?"
Perempuan berambut pendek itu mengangguk. "Iya, nggak nyangka kamu bisa nemuin tempat kaya gini."
"Eh, eh, coba liat." Jari laki-laki itu menunjuk ke udara. Di sana tiba-tiba ada segerombolan burung yang terlihat terbang di hadapan mereka berdua.
"Kok malem-malem ada burung sebanyak ini? Bagus," kata perempuan itu takjub.
"Yang?"
"Apa?"
Sang laki-laki merangkul pundak kekasihnya. Dari samping ia melihat kekasihnya dengan intens. "Kamu tau nggak apa persamaan kita sama burung-burung itu?"
Dahi sang perempuan mengernyit bingung. Tapi, akhirnya ia menjawab, "Apa?"
"Burung itu selalu terbang bersama-sama, termasuk kita, aku dan kamu akan selalu sama-sama."
Dan malam itu, semua dilewati dengan begitu indah.
Karya : ken_kanekiken
KAMU SEDANG MEMBACA
WRITING CLASS - JULY
Historia CortaThe Rebels ditantang untuk mengembangkan sebuah gambar dan menuangkannya dalam sebuah tulisan dengan waktu yang dibatasi. Tak ada hasil yang buruk untuk sebuah karya. Maka berilah apresiasi untuk kita semua. YUK BACA UNTUK MENGETAHUI HASILNYA.