Chapt. 3

25 13 3
                                    

Ashila sedang berjalan di trotoar menuju sekolah. Ia bersungut sepanjang jalan, karena kakaknya ia harus berjalan kaki sampai sekolah. Memang tidak terlalu jauh, tetap saja bagi Ashila ini melelahkan.

Jalanan pagi ini masih basah karena hujan yang mengguyur kota sejak tengah malam sampai subuh tadi. Beberapak kali Ashila harus melompati genangan - genangan air agar tidak mengenai sepatunya.

Reza, kakaknya menurunkannya di halte dekat sekolahnya dan setelah itu dia pergi karena ada acara di kampusnya. Dari penglihatannya Ashila sudah dapat melihat gerbang sekolahnya. Ia mempercepat langkahnya.
Saat sedang tenang berjalan, Ashila mendengar suara deru motor yang mendekat ke arahnya. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat siapa itu. Dan, orang itu adalah Keenan.

Saat motor Keenan melewati hadapannya, tepat sekali di depan Ashila terdapat genangan air dan BOOM, Air itu mengenai seragam putih Ashila. Ashila langsung diam, ia menatap baju putihnya yang kini berubah warna menjadi kecoklatan di bagian perutnya seperti orang bodoh. Sedangkan Keenan hanya melajukan motornya tanpa melirik ke arah ashila sedikitpun, seolah yang baru saja ia lakukan tidak pernah terjadi, Walau ia tidak sengaja.

Ashila segera tersadar dan langsung menepuk - nepuk bajunya yang basah untuk membersihkan sisa tanah yang ikut terbawa di bajunya. Ia menggeram lalu menyiapkan langkah seribu menuju sekolah yang sudah di depan matanya.

Ia melihat Keenan keluar dari parkiran dengan gaya kerennya, Tas di selampirkan di bahu, tangan kirinya berada di saku sementara tangan kanannya menyisir rambutnya. Tentu saja aksinya membuat para siswi yang ada di sana memekik tertahan, tapi tidak dengan Ashila yang justru memberi tatapan membunuh.

Ashila menahan kesalnya setengah mati dalam hati. Ia bersumpah akan membalas Keenan. Mungkin hari ini hari sialnya yang ke sekian selama hidupnya di dunia.

Ashila masuk kelas dengan wajah cemberut. Disana sudah terdapat Helena dan yang lain, menyadari wajah tak layak pandang temannya, Helena menghampiri Ashila.

"Kenapa?" Tanyanya to the poin.

Gadis itu memang tidak suka dan tidak bisa basa - basi. Ashila menunjuk bagian bajunya yang kotor. Helena menganggukan kepalanya, ia lalu mengeeluarkan tisu basah dari ranselnya dan memberikan pada Ashila.

Ashila menerimanya dan langsung membersikan bajunya yang kotor. Setelah lumayan bersih ia membuang tisu basah itu dan berterima kasih pada Helena.

"Siapa?"

"Siapa apanya?" Ashila tak mengerti.

"Yang bikin baju lo kotor,"

Ashila ber-oh panjang.

"Siapa lagi kalo bukan musuh gue disekolah"

"Keenan?"

Ashila menganggukan kepalanya.

"Mungkin dia ngga sengaja," kata Helena bijak.

"Ah, udahlah gue males ngomongin dia," balas Ashila, mood nya sangat hancur sekarang.

Sementara itu, Keenan juga baru saja memasuki kelasnya. Ia tahu apa yang tadi terjadi pada Ashila, ia juga sudah berniat untuk meminta maaf pada Ashila nanti jam istirahat. Ia membuka buku nya karena pelajara sebentar lagi di mulai.

***

Bel istirahat berbunyi, seperti biasa. Helena, Rafi dan Arsen akan ke kantin bersama Ashila. Namun kali ini, hanya mereka bertiga yang terlihat menyusuri koridor yang ramai oleh siswa dengan satu tujuan, kantin.

Keenan sudah menunggu Ashila di kantin untuk minta maaf atas kesalahannya tadi pagi. Namun, matanya menyipit saat melihat tiga pawang Ashila yang biasanya bersama gadis itu, kini hanya pawangnya saja.

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang