Chapt.9

30 4 0
                                    


"Shila, lo kenapa?" Tanya Helena cemas.

Tentu saja Helena cemas karena keadaan Ashila yang mengerikan sekarang. Rambut basah dan wajah yang pucat.

"Ngga apa - apa, lo gausah khawatir"

"Shil, kalo mau keramas di rumah aja kenapa?" Kata Arsen tanpa dosa.

Rafi lalu menoyor kepala Arsen. Arsen ini memang tidak bisa serius orangnya.

"Itu almet siapa? Bukannya lo ga pake almet ya tadi?" Sekarang Rafi yang bertanya.

"Ini punya Keenan, dia kasih pinjem ke gue soalnya baju gue basah," jawab Ashila jujur.

Sebenarnya ia sama sekali tidak mood untuk berbicara karena masih kesal dengan perlakuan Bianca tadi. Tapi ia tidak mau Arsen, Helena dan Rafi jadi pelampiasan kekesalannya.

Beruntung setelah percakapan singkat itu, guru mata pelajaran masuk ke kelas dan menghabiskan waktu hingga bel pulang sekolah berbunyi.

Semua murid keluar kelas dengan girang, tak terkecuali Ashila. Moodnya sudah kembali sekarang, setidaknya ia sudah bisa tertawa lagi.

Baru beberapa langkah keluar dari kelasnya, ia sudah bertemu Keenan. Ia mengumpat kecil dan hendak berbalik badan namun tangannya dicekal oleh seseorang yang dapat dipastikan adalah Keenan.

"Mau kemana? Ayo pulang!"

Ashila berbalik pasrah, Ashila sebenarnya masih malu dengan Keenan karena kejadian tadi, siapa tahu Keenan benar - benar melihat dalamannya yang tercetak. Memikirkannya saja sudah membuat Ashila bergidik.

"Kenapa gitu? Ayo cepet," kata Keenan.

Keenan membawa Ashila ke parkiran. Saat sampai disana Ashila langsung melepaskan tangannya dari genggaman Keenan. Ia menata Keenan kesal.

"Gausah tarik gitu juga kali," kata Ashila sebal.

Melihat ekspresi Ashila seperti itu membuat Keenan malah mecubit pipi Ashila dan membuat Ashila meringis kecil. Hal itu disaksikan oleh beberapa murid yang lewat parkiran, tentu saja mereka iri dan jadi baper sendiri.

Ashila baru menyadari bahwa Keenan dan dia berada di depan mobil yang entah punya siapa.

"Ini mobil siapa?" Tanyanya.

"Mobil Nando, gue pinjem soalnya kita mau ke departemen store dulu buat belanja bulanan, mama gue gabisa lagi ada urusan jadi gue yang disuruh," jelas Keenan.

Ashila hanya menganggukan kepalanya lalu masuk kedalam mobil. Keenan mulai menstarter mobil dan mereka meninggalkan area sekolah.

Tidak ada percakapan yang terjadi diantara mereka sampai di perempatan jalan yang kebetulan sedang lampu merah Keenan melirik Ashila. Ia lalu mendekatkan dirinya ke Ashila, dengan was - was Ashila merengkut, jangan sampai adegan drama korea dimana sang cowok akan mencium ceweknya saat lampu merah.

"Mau apa lo?" Tanya Ashila.

Keenan tidak menjawab dan terus mendekatkan diri pada Ashila. Semakin dekat hingga hembusan napas Keenan terasa di kulit wajah Ashila. Ashila lalu memejamkan matanya.

Ceklek.

Setelah memasang seatbelt, Keenan mendorong pelan kening Ashila dan membuat Ashila membuka matanya. Malu. Sangat malu. Bodohnya dia berpikir kalau dia akan dicium seperti adegan drama korea.

"Ngarep lu," kata Keenan

"Siapa juga yang ngarep, ih" Ashila mengelak

Keenan menjauhkan lagi dirinya dari Ashila dan mengendarai mobil lagi karena lampu sudah hijau. Sementara Ashila membuang pandanganya ke luar jendela untuk menghindari kemungkinan Keenan melihat wajahnya yang memerah.

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang