Ashila melangkahkan kakinya cepat menuju gerbang sekolah. Seharian ini Keenan selalu mengikuti nya di sekolah dan itu membuat Ashila kesal."Ish, dia itu kenapa sih sebenernya," gerutu Ashila sambil terus berjalan.
Sementara itu Keenan mengejar Ashila di belakang sambil tertawa dan memanggil - manggil nama Ashila.
"Ashila, ayo pulang!"
"Lo pulang sendiri aja sana!"
Selangkah Ashila di luar gerbang, seseorang menghampirinya dan membawanya sedikit menepi. Ashila terkejut bukan main saat melihat siapa yang ada di depannya.
"Hai, udah lama ya?"
Ashila diam tidak menjawab. Ia membuang pandangannya ke arah jalan dan mengabaikan orang itu. Sementara itu Keenan yang baru sampai melihat Ashila, awalnya ia ingin menghampiri mereka, tapi ia memilih diam dan memperhatikannya sebentar.
Laki - laki itu maju selangkah dan memeluk Ashila. Ashila tidak membalas pelukannya, ia hanya diam seperti patung. Keenan yang melihat hal itu sudah mengambil ancang - ancang untuk bergerak tapi ia tahan karena melihat reaksi Ashila.
"Aku minta maaf, tolong maafin aku. Aku tau maaf aja gak cukup buat nebus kesalahan aku dan mungkin kamu gak akan maafin aku, tapi paling engga kamu kasih aku kesempatan untuk bisa jadi lebih baik dan kamu bisa nerima aku lagi. Aku sayang sama kamu Ashila,"
Badan Ashila bergetar di pelukan laki - laki itu. Tanpa sadar, airmatanya turun perlahan membasahi pipinya. Ashila melepaskan pelukan orang itu dengan kasar sehingga membuat laki - laki itu mundur beberapa langkah.
"Aldy, gue udah terlanjur kecewa dan sakit hati sama lo, gue rasa apapun yang akan lo lakuin buat gue udah gak ada harganya lagi, karena apa? Karena gue udah nganggep lo gaada sejak kejadian itu, dan mulai saat ini, jangan pernah sekalipun lo berfikir untuk nunjukin diri lo di depan gue,"
Ashila membalikan tubuhnya, disana ia melihat Keenan yang sedang menatapnya juga, lalu tanpa fikir panjang Ashila melangkahkan kakinya masuk kembali ke area sekolah. Keenan langsung mengejar Ashila dan berhasil menangkap gadis itu. Keenan membawa Ashila ke parkiran dan memberikan helmnya pada Ashila.
Ashila hanya menerima dan mengikuti Keenan tanpa protes. Seperti tersambar petir di siang hari. Tubuhnya terguncang begitu ia menyandarkan kepalanya di punggung Keenan. Keenan tahu, Ashila sedang menangis di belakangnya.
Ashila melepaskan helmnya dan turun dari motor. Dengan mata yang masih sembab, ia menatap Keenan heran. Bukannya di rumah Keenan, mereka malah sedang berada di tepian danau yang indah. Apalagi sekarang sudah sore, suasananya cukup ramai tapi tak seramai itu untuk mengganggu mereka berdua.
"Ngapain kesini?" tanya Ashila.
"Tenangin diri lo dulu, gue gak mungkin bawa lo pulang dengan keadaan kaya gitu. Bisa diintrogasi Mama, ribet nanti," kata Keenan. Ashila cuma diam, ia sama sekali tak mood berdebat.
Mereka berdua duduk di bangku panjang yang menghadap ke danau. Dengan suasana hening tanpa satu pun berniat mengeluarkan suara. Mereka asik memandangi air danau yang tenang. Lalu Keenan bangkit.
"Udah agak mendingan?" kata Keenan. Ashila mengangguk lalu ikut berdiri.
"Pulang sekarang?" lagi, Ashila mengangguk dan mengekori Keenan di belakangnya.
Diantara pedagang yang ada di sana. Ada satu yang menarik perhatian Ashila. Sosis Bakar. Kalau diingat, ia belum sempat makan siang dan ia lapar sekarang. Keenan peka terhadap Ashila yang sedari tadi menatap tukang sosis bakar itu. Ia pun menarik tangan Ashila menuju stand tersebut.
"Tau aja hehe," kata Ashila lalu cengengesan. Keenan tertawa dan mencubit pipi Ashila gemas.
"Gitu kek senyum. Kalo nangis kaya tadi, sumpah lo jelek banget," ledek Keenan membuat Ashila cemberut.
Sosis bakar yang mereka beli pun sudah selesai. Ashila menerimanya dengan wajah sumringah, tak lupa ia berterimakasih pada bapak penjual dan Keenan. Mereka berjalan menuju motor Keenan sambil memakan sosis masing - masing.
"Lo nggak mau nanya gitu?" tanya Ashila.
"Nanya apa?" Keenan memberikan wajah tak mengerti pada Ashila.
"Yaa, nanya kenapa gue tiba - tiba kaya tadi. Apa yang terjadi sama gue,"
"Nggak, gue gak peduli juga. Bukan urusan gue kan," kata Keenan. Ashila jadi menyesal mengajak Keenan bicara.
"Hm, harusnya gue tau," kata Ashila.
"Gue nggak mau tahu karena mungkin kalo gue tanya pun, lo belum siap kasih tau. Yaudah gue tunggu sampe lo sendiri yang cerita ke gue. Dan bukan urusan gue apa yang bikin lo sedih kaya tadi, urusan gue hanya mengembalikan senyum lo kaya gini," kata Keenan membuat Ashila melongo.
"Lo..."
"Apa?" Kata Keenan. Padahal tadi suasananya sudah manis. Gagal sudah saat Keenan menjawabnya dengan nada datar. Untung saja Ashila tak hanyut pada suasana apalagi perasaannya. Tadinya, ia mau mengejek Keenan yang tiba - tiba berubah manis dan terkesan gombal. Fapi setelah itu, bayangannya terhadap Keenan kembali lagi seperti dulu. Keenan tetap cowok paling menyebalkan yang pernah ia temui.
Ashila mengambil helm yang tergantung di spion motor Keenan setelah membuang tusuk sosis bakarnya. Setelah Keenan memberi isyarat untuk naik, Ashila segera duduk di jok motor. Berbeda dengan sebelumnya, kali ia tak menyentuh Keenan sedikitpun. Keenan sadar akan hal itu dan ia kembali menggoda Ashila
"Ga pegangan?" tanya Keenan.
"Gak," Jawab Ashila Ketus.
"Yakin?" Keenan bisa melihat Ashila mengangguk dari kaca spionnya. Ekspresi Kesukaan Keenan pada Ashila saat ini. Wajah yang selaku Ashila berikan saat sedang kesal. Bibir sedikit maju, pipi menggembung dengan sedikit berwarna merah dan mata menyipit. Keenan malah terkekeh.
"Tadi aja nangis sampe meluk erat banget. Sekarang gengsi, dasar cewek," katanya.
"Berisik!" Tentu saja Ashila malu mengingat kejadian tadi. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak melakukan hal itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Enemy
Teen FictionDia cowok paling brengsek yang pernah aku tahu. - Ashila Andini Suryaatmidja Dia cewek terberani yang pernah ku kenal. - Keenan Kavitala Pamungkas Copyright©2017 by Nich_Written