Chapt. 11

18 3 0
                                    

Ashila hampir mati karena serangan jantung saat ia membuka pintu kamarnya, pasalnya begitu pintu terbuka wajah Keenan langsung tampak. Keenan tersenyum pada Ashila, sementara itu Ashila langsung kikuk dan berjalan cepat menuju meja makan untuk sarapan.

Seperti biasa, sarapan hening. Tapi kali ini berbeda, biasanya Keenan dan Ashila saling melemparkan tatapan tajam sekarang hanya Keenan yang memperhatikan wajah Ashila sementara itu Ashila menundukan kepalanya menyembunyikan wajahnya yang merah.

"Ashila kamu kenapa kok nunduk terus?" Tanya Rosa.

"Hah? Ah engga, nggak apa apa kok tante," Ashila lalu tersenyum singkat.

"Yaampun, wajah kamu merah banget, kamu demam?"

"Engga tante ini cuma, mungkin alergi atau salah pake bedak," alibinya.

Keenan tertawa kecil, Ashila langsung menatapnya tajam.

"Mungkin dia mimpi dicium pangeran kali mah, jadi blushing gitu," goda Keenan

"Masa sih Shil?"

"E-engga tante, haha, Keenan suka ngaco gitu," katanya.

Selesai sarapan, Keenan segera mengambil motornya dan mereka berdua berangkat ke sekolah. Wajah Ashila masih belum juga mereda. Terlihat sekali kalau ia sedang tidak nyaman berada di dekat Keenan sekarang. Keenan memperhatikan Ashila lewat kaca spion, lalu ia tersenyum geli.

Ashila segera turun dan menyimpan helm, lalu dengan cepat ia meninggalkan Keenan. Tak tinggal diam, Keenan menyusul Ashila.

"Kenapa lo menghindar?" Godanya.

"Siapa? Gue? Hahaha, gue cuma gada mood aja berantem sama lo," kata Ashila.

"Masa sih,"

Ashila mengangguk cepat lalu mempercepat langkahnya, membuat Keenan terkekeh dan lagi tersenyum geli. Dimata Keenan, tingkah Ashila sekarang ini sangat lucu.

Ashila melihat Rafi di lorong, kebetulan sekali, ia langsung menghampiri Rafi dan menggandeng tanganya. Rafi terkejut dan menoleh, ternyata itu adalah Ashila.

"Ashila lo.."

"Sst, tolongin gue dulu fi, plis," kata Ashila.

Rafi yang seakan mengerti keadaan, lalu merilekskan tubuhnya. Ia melepaskan tangannya yang digandeng oleh Ashila lalu merangkul Ashila. Ashila agak terkejut awalnya, tapi ia tahu Rafi melakukan ini untuk membantunya menghindar dari Keenan.

Keenan yang melihat dari kejauhan mengepalkan tangannya kesal karena Ashila dirangkul dengan orang selain dia. Sementara itu Rafi tersenyum senang karena ia bisa merangkul Ashila seperti ini. Tapi kemudian ia yakin kalau yang ashila lakukan hanya pura - pura, lagi pula hanya dirangkul, tidam bisa dibandingkan dengan kejadian semalam. Mengingat itu lagi, Keenan tersenyum sepanjang jalan ke kelas, tentu saja senyumannya seperti rezeki di pagi hari bagi siswi yang melihat.

"Wih, gak biasanya lo tebar senyum manis kaya gini," Goda Nando.

"Ada hal baik apa?" Tanya Rio

Keenan hanya tersenyum kemudian menunjuk bibirnya.

Sepertinya dari tiga orang itu, hanya Gilang yang mengerti karena setelah itu Gilang langsung tertawa dan merangkul Keenan menuntunnya ke kelas. Sementara Rio dan Nando saling tatap tak mengerti.

"Jadi siapa?" Tanya Gilang to the point,

"Ashila," jawab Keenan.

"Apa?!?" Ketiga nya berbarengan.

"Ngga, lo pasti halu,"

"Ngga mungkin Ashila mau, lo pasti maksa kan?"

Dan beberapa tuduhan lain,sementara itu Keenan hanya tersenyum menanggapinya.

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang