Chapt. 4

27 12 15
                                    


Ini sudah satu minggu sejak insiden Ashila membocorkan ban motor Keenan. Ia masih kesal, tentu saja. Seenak jidatnya Keenan mencium pipi Ashila. Selama satu minggu itu pula Ashila menghindari berpapasan dengan Keenan, karena amarahnya akan membuncah lagi saat melihat wajah Keenan.

Motor Keenan juga sudah kembali seperti semula, Bannya sudah di ganti menjadi yang baru. Hanya saja, pria itu belum menagih pada Ashila.

Saat ini, Ashila sedang duduk di kantin bersama Helena, mereka sedang menunggu Arsen dan Rafi yang sedang berganti baju sehabis pelajaran olahraga.

"Btw, gimana rasanya dicium Keenan?" Goda Helena.

Ashila yang sedang minum air mineralnya langsung tersedak. Mata nya melotot ke arah Helena. Sementara itu, Helena hanya tertawa karena sukses membuat Ashila kesal.

"Lo!!!"

Ashila langsung meminum air mineralnya dan mengumpulkannya di mulut. Seolah mengerti dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, Helena langsung berlari terbirit - birit.

Ashila mengejar Helena masih dengan air yang berada di mulutnya. Ini merupakan salah satu cara ampuh untuk membuat Helena kapok. Helena masuk ke dalam ruang loker, Ashila tahu itu. Ashila memperlambat langkahnya dan mengendap endap.

Dari balik loker, ia bisa melihat bayangan orang sedang berdiri. Ia menghitung dalam hati.

"Tiga.. dua.. satu.. "

Byurr...

Ashila melebarkan matanya saat mengetahui siapa yang baru saja ia sembur. Sedetik kemudian ia tertawa terbahak - bahak.

Keenan mengusap kasar wajahnya yang basah karena air dari mulut Ashila. Ia menatap kesal Ashila yang sekarang sedang tertawa terbahak - bahak di depannya.

"Hahahaha...  aduh maaf loh, gue ngga sengaja, gue kira lo Helena, Hahaha.."

Keenan memajukan tubunnya yang membuat Ashila otomatis memundurkan tubuhnya dan berhenti tertawa saat Keenan menatapnya tajam dan begitu dalam. Ia sudah bersiap untuk berlari kalau Keenan memajukan tubuhnya selangkah lagi.

Dan saat Keenan memajukan tubuhnya lagi, Ashila langsung berlari keluar sambil terus tertawa. Keenan mengejar Ashila dengan langkah cepat.

Para siswa yang berada di koridor lagi - lagi menatap aneh Ashila yang berlari - lari sambil tertawa. Keenan masih mengejarnya. Mereka berdua menjadi pusat perhatian para siswa yang ada di sana. Termasuk Bianca, gadis itu mengepalkan tangannya saat melihat Ashila yang dikejar Keenan.

Ashila sudah sangat lelah sekarang, larinya juga sudah melambat. Ia tak berani menengok ke belakang. Ia ada di tengah lapangan sekarang dan baru saja ia berhenti tiba - tiba ada yang memeluknya dari belakang disusul dengan pekikan beberapa siswa.

Ashila menatap pergelangan tangan Keenan yang melingkar di perutnya. Keenan memeluknya dari belakang. Dan ia dapat merasakan nafas Keenan yang terengah sama sepertinya tepat di belakang telinganya.

Tubuhnya kaku tak dapat bergerak, ia dapat merasa wajah dan tubunya memanas dan jantungnya yang memompa lebih cepat.

"Kena lo," kata Keenan setengah berbisik di telinga Ashila yang membuat Ashila merinding.

Dengan cepat Ashila melepaskan pelukan Keenan. Ia lalu memutar tubuhnya menghadap Keenan. Baru rasa Ashila membuka mulutnya, namun telunjuk Keenan sudah berada di bibirnya.

"Jangan teriak, teriakkan lo itu sangat mengganggu. Kapan lo mau ganti ban motor gue, hm? Lo tau, harga ban motor gue itu mahal" Tanya Keenan lembut.

Ashila terlihat berfikir. Ia memang anak orang kaya, tapi ia tidak mau merepotkan orang tuanya dengan meminta uang langsung pada mereka. Tapi Ashila tetap Ashila, ia akan mencoba berani di depan Keenan walau sekarang ia sedang takut.

My Lovely EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang