Invalidite | 11

477K 40.5K 4K
                                    

Semuanya diciptakan dalam keadaan sempurna. Jika ada yang berbeda, itu artinya kamu istimewa.

- Pelita Senja -

"Selamat pagi," sapaan ringan itu ia lontarkan ketika Pelita memasuki kelas. Dan seperti biasa sapaannya tidak pernah berbalas.

Meski tidak ada yang menjawab, namun cewek itu tetap menebar senyum cerianya. Setelah mendapat kursi terdepan, ia juga memberi sapaan yang sama untuk orang yang duduk di sebelahnya.

Cewek yang ia kenal dengan nama Sandra itu hanya meliriknya sesaat sebelum menggeser kursi menjauhi Pelita.

"San, kenapa jauhan, deh?" Pelita mencium aroma tubuhnya. "Aku udah mandi kok tadi pagi, suer."

"Gausah sok akrab lo. Kalo bukan karena mata gue minus, gue juga gak mau duduk sebelahan sama lo."

"Kamu belum periksa buat ganti kacamata? Nanti minusnya nambah lho,"

Sandra tidak menjawab. Ia memangku tangan dan kembali sibuk membaca bukunya. Pertanda tidak ingin mengobrol.

Pelita mengangkat kedua bahu lalu membuka ponsel flip berwarna merah hitam miliknya. Ia mengetik sebuah pesan.

Pelita
Inget ya, Wa. Jangan bolos kelas lagi. Kamu udah janji kemaren.

Dosen aksitektur sudah masuk ke dalam kelasnya. Pelita buru-buru memasukkan ponsel namun teringat sesuatu. Ia lalu mengetik lagi dengan cepat di bawah meja.

Pelita
Semangat belajarnya :)

Setelah itu ia memasukkan ponsel ke dalam tas dan menggantinya dengan buku. Beberapa mahasiswa yang terlambat masuk bergegas mencari tempat duduk, tapi tidak ada yang tertarik duduk di kursi depan, bersebelahan dengan Pelita.

Masih riuh suasana kelas karena dosen masih menyambungkan laptopnya dengan TV Plasma, ketika tiba-tiba saja keheningan tercipta.

Semua mata tertuju pada cowok yang baru saja memasuki kelas. Dengan pakaian serba hitam, sepatu boots hitam, dan rambut berantakan, cowok itu berjalan santai tanpa beban dan mengambil tempat duduk paling depan. Di sebelah Pelita.

"Gue kira lo gak bisa melotot," ujar Dewa meluruskan kakinya, seraya menguap.

Bagaimana Dewa berbicara saat ini dengan Pelita menjadi fokus utama seluruh mata di dalam kelas. Hal yang membuat Dewa menoleh ke belakang, dan langsung saja semua orang menunduk ketakutan.

"Ngapain kamu disini?" Pelita menatap sesaat ke arah meja dosen. "Kelasnya gak ketemu? Sini aku anterin."

Pelita menunduk ingin mengambil tongkatnya yang tergeletak memanjang di bawah kursi namun Dewa menahan bahunya. Mendorongnya kembali bersandar.

"Udah diem aja lo."

"Tapi kamu gak ketemu kelasnya, kan?"

Dewa kemudian mengeluarkan ponselnya. Menghadapkan layar ke arah Pelita. "Lo bilang gue harus masuk kelas."

Pelita memperhatikan pesannya di ponsel Dewa lalu mengangguk.

"Yaudah. Gue udah di kelas sekarang."

"Tapi bukan kelas yang ini," Pelita membuka buku catatannya. "Kamu harusnya di gedung A,"

Dewa berdecak. "Bedanya apacoba. Sama-sama kelas ini,"

"Beda mata kuliahnya lah, segala ditanya. Lagian kamu gak ada ngambil kelas ini,"

"Gue maunya di kelas ini. Rubah aja jadwalnya,"

Invalidite [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang