Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, dengan cuaca yang begitu panas, Gue lebih memilih untuk menyambangi coffee shop sebelum Gue kembali kerumah. Saat-saat seperti ini, dimana matahari terasa seperti berada di atas kepala, membuat Gue jenuh untuk berlama-lama di jalanan Ibu Kota yang super duper macet. Ohiya, perkenalkan nama Gue Rasya Ardila. Gue biasa dipanggil Rasya. Gue mahasiswi jurusan Komunikasi semester 4 di Universitas Pelita Jakarta. Setiap hari, Gue berangkat ke kampus dengan menggunakan bus Transjakarta, begitupun dengan pulangnya.
So that's why Gue mau mampir dulu ke kafe untuk setidaknya menghilangkan pikiran-pikiran yang buat jenuh. Selama Gue duduk di Kafe yang bernama Lily Coffee ini, Gue lihat banyak banget remaja yang mondar-mandir bareng pasangannya. Huftttt, di semester yang gak lagi bisa main-main ini, Gue sama sekali gak kepikiran untuk cari pacar. Gimana engga? Tugas selalu numpuk. Bukan cuma paper, sebagai anak broadcasting, tugas buat film-film pendek udah jadi makanan setiap hari dengan deadline yang sangat amat mepet. Belum lagi, Gue harus liputan untuk melengkapi tugas sebagai anggota dari tim majalah kampus.
Beberapa kali temen gue ngenalin Gue ke cowok untuk bisa Gue jadiin pacar, sama sekali gak Gue gubris. Gue berpikir untuk fokus sama studi Gue dulu, setelah itu baru cari cowo yang serius. Kalau Gue memilih untuk berpacaran sekarang, udah pasti banget bakal too much drama. Karena kesibukkan Gue, yang pasti gak bakal sempet buat ngedate atau buat nemenin dia.
Hot capuchino pesenan Gue akhirnya dianter juga di meja Gue. Seraya melihat list tugas-tugas di notes, Gue harus melakuan liputan di acara running hari Minggu besok. Ingin sekejap saja melupakan beban tersebut, Gue langsung meletakkan notes tersebut di atas meja dan langsung menyeruput capuchino yang masih panas ini. Belum sempat Gue mengembalikan cangkir coffee yang Gue pegang ke meja, tiba-tiba notes gue terjatuh karena gak sengaja kesenggol dengan sosok cowok yang bertubuh atletis. Spontan Gue langsung ambil notes tersebut yang jatuh tepat di kaki Gue. Tetapi, ketika tangan Gue ingin meraih notes tersebut, tangan seorang yang bertubuh atletis itu pun ikut meraih notes Gue, sehingga tangan kami pun bertemu.
Ini pertama kali Gue ngerasaain kaya di sinetron-sinetron. Begitu tangan kita bertemu, Gue dan cowok langsung tatap-tatapan. Oh my God, why his eyes like gonna kill me? Gue gerutu sendiri begitu ngelihat mata cowok itu yang berbinar-binar. Apalagi bulu matanya yang ngalahin lentiknya bulu mata cewek.
"so sorry" ucapnya sambil memberikan notes yag terjatuh tadi. Gue pun langsung meraih notes Gue dan langsung Gue taro di meja. Melihat wajahnya yang sangat asing untuk orang Indonesia, Gue langsung berasumsi kalau dia pasti dari negara lain.
"no, it's okay. Don't worry" jawab Gue.
Cowok yang gak Gue tau namanya siapa itu, langsung cabut meninggalkan gue dengan senyuman manisnya. Baru kali ini Gue ngeliat cowok yang punya mata seindah itu. well, lupakan itu. Gue harus menghabiskan capuchino ini dan langsung balik kerumah untuk mempersiapkan diri sebelum Gue liputan di acara running besok, yang berarti Gue harus bangun di pagi buta. Langsung aja Gue jinjing tas kesayangan Gue dan segera menuju halte bus Transjakarta.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at First Sight
FanfictionThat is kinda like fan fiction but I didn't take Shakti as superstar in this story. This is story about an Indonesian girl who falling in love with an Indian Boy at the first sight since they met at coffee shop. Eventhough they have different langua...