How Pretty God's plan is

123 7 0
                                    

Gue langsung kaget begitu Mama bilang mau ada tamu untuk Gue besok. Perasaan Gue jadi gak enak. Jangan-jangan Mama mau ngenalin Gue sama cowo anaknya temen Mama. Baru aja Gue mau menceritakan tentang Shakti. Kalau kaya gini, gimana urusannya? Pasti Mama gak akan setuju kalau Gue jadian sama Shakti.
Ponsel Gue pun berdering, Gue udah tahu kalau itu adalah Shakti. Benar saja, saat gue liat caller id di layar ponsel Gue, bertulisan nama Shakti. Tanpa berlama-lama lagi, Gue langsung mengangkat telfon dari Shakti.
“haai sweety” ucap suara dari sebrang.
“hey” jawab Gue singkat.
“jutek banget. What’s wrong?” tanya Shakti.
“ahh gak kok” jawab Gue bohong. Gue gak mungkin ceritain tentang apa yang Mama tadi bahas ke Shakti sekarang. “kamu lagi apa?” tanya Gue mengalihkan pembicaraan.
“I know you are lying”
“I’m not. I swear”
“yes yes you are” ucap Shakti kekeh, karena dia tau kalau Gue lagi badmood dan kesel semenjak Mama bilang mau ngenalin ke tamu nya dia.
Untuk mengalihkan pembicaraan, Gue pun mengucapkan banyak-banyak terimakasih karena udah ajak Gue nonton bioskop dan segala hal-hal kecil yang udah dia lakukan kepada Gue. Gue bilang ke Shakti kalau Gue bener-bener bahagia, karena perlakuan manis Shakti tadi selama kita jalan.
Shakti tak henti tertawa ketika Gue mengucapkan terimakasih. Menurut Shakti, Gue sebagai pacarnya Shakti gak perlu berterimakasih, karena itu yang akan Gue dapetin selama Gue menjadi miliknya. Hati Gue terasa meleleh ketika mendengar pernyataannya seperti itu. dan Gue gak tahu bagaimana hidup gue berlangsung ketika Shakti akan kembali ke negara asalnya. Ini resiko Gue. Apa yang udah jadi keputusan Gue untuk menerima cintanya udah Gue pikirin mateng-mateng. Terlebih saat dia harus kembali ke India, dan kita harus menjalankan hubungan jarak jauh. Ini adalah yang pertama buat Gue. Gue harap Gue bisa sekuat mungkin menahan rasa rindu.
***
Pagi-pagi sekali Mama udah sibuk mempersiapkan segala sesuatu agar acara nanti dapat berlangsung dengan lancar. Dengan di bantu Mba Wati, Mama pun sudah siap dengan busana yang sesuai dengan dresscode yang sudah di sepakati oleh teman-teman arisan Mama. Hingga waktu menunjukkan pukul 8 pagi, Mama langsung sibuk bangunim Gue di kamar. Gue sempet meronta-ronta karena merasa masih ngantuk. Begitu Mama melemparkan sesuatu seperti kain dan mengenai wajah Gue, Gue pun langsung meraih kain itu dna langsung bangun dari tidur.
“pakai itu” ucap Mama sambil menunjuk yang semula Gue anggap kain. Saat Gue buka, ini bukan hanya sekedar kain biasa, Ini adalah dress berwarna hitam. Kalau dihirup dari aromanya, dress ini seperti baru dibeli oleh Mama. Mungkin Mama sengaja membelikan ini dan menyiapkan untuk Gue saat bertemu dengan tamu Mama. Rasanya Gue mau lanjut tidur aja begitu mengingat kalau hari ini akan ada tamu Mama.
Karena Gue belum sedurhaka itu dengan Mama Gue sendiri, Gue pun langsung mandi di kamar mandi yang berada di dalam kamar Gue. Dengan sedikit males-malesan namun akhirnya Gue bisa selesai mandi dalam waktu yang gak terlalu lama. Langsung aja Gue coba dress yang udah Mama siapkan sebelumnya. Hmmm not bad batin Gue. Yaa setidaknya warna hitam ini tidak begitu memperlihatkan tubuh Gue yang mulai gendut ini.
Selesai dengan urusan dress, Gue langsung duduk di meja rias yang berada tepat di samping kasur Gue. Sebisa mungkin Gue merias wajah Gue agar terlihat enak dipandang. Sebenarnya Gue berniat untuk merias wajah Gue dengan asal-asalan, supaya tamu Mama yang mau dikenalin ke Gue merasa jijik dan geli begitu melihat Gue. Tapi, kalau Gue melakukan hal tersebut, itu akan buat Mama malu. Huftt serba salah.
“Syaa cepettt” teriak Mama dari luar kamar yang langsung terdnegar sampai kamar Gue. Gue langsung menyisir rambut Gue, dan membiarkan rambut panjang Gue terurai. Gue pun langsung keluar dari kamar, dan langsung melangkah menuju tangga untuk segera sampai ke ruang tamu.
Gue sengaja memperlama langkah Gue, karena Gue belum siap akan hal ini. Gue pun sudah bisa mendengar samar-samar suara Mama yang sedang mengobrol dengan tamu yang mungkin yang akan dikenalkan kepada Gue.
“ehhh nak, silahkan duduk dulu” terdengar suara Mama dengan menyebut nama ‘nak’. Spontan, Gue langsung mundur dan kembali naik ke kamar Gue. Gak lama Gue di kamar, Mama langsung menghampiri dan memaksa Gue untuk turun sekarang juga. Ini bener-bener cerita kaya di sinteron-sinetron, dimana anaknya dikenalin ke orang lain untuk di jodohin. Gue pun nurut.
Karena takut Gue kabur, Mama memegang tangan Gue erat-erat untuk sampai ke ruang tamu dimana, tamu yang Mama maksud. Anak tangga satu demi satu gue lewatin hingga akhirnya sampailah Gue dan Mama ke ruang tamu. Gue pun memperhatikan tamu tersebut dari mulai ujung kakinya. Begitu mata Gue sampai pada wajah si tamu, Gue langusng di buat menganga. Di saat Gue dibuat ternganga dan terkaget-kaget oleh si tamu, tetapi tamu tersebut justru senyum-senyum sambil menganggk-anggukan kepalanya tanda meledek Gue.
“inii, Rasya kenalin. Keponakannya tante Ana. Yuk kenalan dong” ujar Mama sambil membantu tangan Gue untuk bersalaman dengan tamu yang tak lain tak bukan adalah Shakti. Gue pun bersalaman dengan Shakti dan berpura-pura kalau kita belum saling mengenal. Tetapi wajah Shakti yang nyengir-nyengir tiada henti membuat Gue ingin memukulnya.
“yaudah ngobrol dulu deh ya berdua, Mama sama Tante Ana mau menemui tamu yang lain dulu ya, acara nya sebentar lagi dimulai” ucap Mama, yang dibarengi dengan senyuman Tante Ana. Setelah mengeluarkan perintahnya, Mama dan Tante Ana segera meninggalkan Gue dan Shakti di ruang tamu.
“Shaktiiiii, jadi Kamu yang bakal di kenalin sama Mama?” tanya Gue dengan nada kesel. Shakti hanya cengengesan melihat ekspresi Gue yang penuh dengan kekesalan. “Kamu udah tahu ya sebelumnya?” tanya Gue lagi. Dan kembali, Shakti hanya cengengcesan.
“Shakti” bentak Gue.
“hahahahahaah” tawa Shakti tumpah. “iya Aku udah tau tentang ini” tambahnya.
“kenapa Kamu gak bilang?” Gue pun mencubit lengan Shakti.
“aww” teriaknya. “kalau Kamu izinin Aku untuk masuk kemarin, saat Aku antar Kamu pulang. Hal ini gak akan terjadi, Rasya” jelasnya.
“maksudnya?”
“kemarin, saat Aku ingin mengantar mu pulang hingga dalam rumah dan bertemu dengan Mama mu, kamu melarang kan?” tanya Shakti, dan Gue pun hanya mengangguk. “setelah itu Aku pulang kerumah Tante ku, dan tante ku bilang kalau besok Aku harus ikut dengannya. Tante Ana ingin memperkenalkan ku dengan sosok wanita cantik, katanya” lanjut Shaki.
“terus?”
“Aku sempat menolak, karena Aku pikir Aku sudah memiliki wanita cantik. Tetapi saat Tante Ana menunjukkan foto wanita itu, yang ternyata wajahnya sama dengan wanita cantik yang ku miliki sekarang, yaitu kamu Rasya. Aku langsung menyetujui ajakan Tante” jelasnya dan Aku tersipu malu.
“Rasya” panggil Shakti seraya menyentuh kedua pipi Gue dengan kedua tangannya. “Aku gak tahu harus berbuat apa, apabila foto yang ditunjukkan Tante Ana itu bukan kamu. Indahnya takdir yang sudah Tuhan tuliskan tentang Kita” ucap Shakti.
Gue langsung memegang kedua tangan Shakti yang masih memegangi kedua pipi Gue. Gue menatab mata indah Shakti dengan tajam, tanpa kedip sekali pun. Gue sangat terharu mendengar ucapan Shakti barusan. ingin rasanya air mata kembali menetes, tetapi Gue mengingat bahwa Shakti tidak suka melihat Gue menangis.
“well, you are prettier than before” puji Shakti.

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang