how sweet he is

173 9 0
                                    

Akhirnya hari ini majalah kampus edisi terbaru sudah terbit juga. Seperti biasa gue selalu beli majalah tersebut untuk Gue miliki secara pribadi. Ini adalah hal yang paling Gue tunggu-tunggu. Yaitu bisa lihat hasil karya Gue dicetak di majalah kampus, yang berarti bakal dilihat dan dibaca sama semua orang. Dengan rasa bangga gue tenteng majalah tersebut sepanjang jalan Gue pulang ke kampus.
Jalanan Ibu Kota kali ini tidak begitu macet seperti biasa. Tetapi entah kenapa kaki Gue justru melangkah ke kafe langganan Gue. Gue pun langsung meletakkan majalah yang baru terbit itu di atas meja, dan Gue langsung duduk di kursi yang berada di samping balkon kafe. Ini adalah tempat favorit Gue ketika berada di Lily Coffee, karena Gue bisa lihat orang-orang yang lalu lalang diluaran sana.
Tiba-tiba aja Gue disuguhi dengan hot cappuchino oleh pelayan kafe yang padahal Gue belum pesen apa-apa. Gue Cuma bisa melongo begitu Mas Pelayan meletakkan cangkir berisikan hot capuchino di atas meja Gue.
“Mas yang di sana pesankan untuk Mba dan sudah dibayar juga” jelas si pelayaan begitu mulai wajah Gue kebigungan. Pelayan tersebut pun menunjuk ke arah meja yang terdapat seseorang yang sedang serius membaca koran. Setelah menjelaskan, pelayan langsung meninggalkan Gue begitu saja. Merasa gak enak karena sudah dibelikan secangkir capuchino, Gue pun berniat untuk menggantikan uang dia. Tanpa pikir panjang Gue langsung menghampiri seseorang yang sedang asik membaca koran tersebut.
“permisi Mas, Saya mau ganti uang Mas. Sebelumnya makasih sudah berniat baik untuk Saya, tapi maaf Saya harus ganti uang Anda” ucap Gue dengan nada sopan sambil menyodorkan beberapa uang sejumlah harga capuchino tersebut.
Untuk kedua kalinya Gue dibuat tercengang begitu melihat seorang yang sedang membaca koran itu langsung mengangkat wajahnya dan memperlihatkan ketampanan wajahnya. Mata indahnya seakan menyilaukan pandangan Gue, karena mata tersebut terlalu indah dan berbinar. Bulu matanya yang selalu mebuat Gue iri sebagai wanita.
“Lo lagi?” pekik Gue kaget.
“ udah, uangnya simpen aja. Lebih baik kita pindah tempat, ketempat Kamu di pinggir balkon itu” ajaknya dan Gue pun nurut.
“ternyata Kamu bener-bener teledor ya?” judge Shakti kepada Gue ketika kita sampai ke meja yang udah gue tempatin sebelumnya. “ya lihat aja, Kamu meninggalkan barang-branag mu disini, sementara Kamu pergi menghampiri ku di sana” lanjut Shakti ketika melihat wajah Gue yang hampir murka mendengar perkataannya tadi.
“Lo ngapain disini?” tanya Gue sedikit ketus setelah mendengar perkataan Shakti yang menyebut kalau Gue teledor. Iya sih Gue emang teledor, tapi gak usah diperjelas dong.
“seperti janji Kamu kemarin”
“apa?” tanya Gue lupa.
“your number. You said that you will give me your number if we meet again”
“kok Lo bisa tau kalau Gue kesini? Lo buntutin Gue yang dari kemarin? Ngaku Lo!”
“no no… Aku lihat di notes Kamu banyak struck transaksi di kafe ini. Dan Aku lihat dari struck-struck itu kalau Kamu selalu kesini setiap hari Rabu. Kamu ingat kalau hari ini hari Rabu? Jadi  untuk menagih janji mu kemarin, Aku datang kesini”
Gue bener-bener gak nyangka, Dia seniat ini buat dapetin nomor telfon Gue. “kenapa capuchino?” tanya Gue tiba-tiba.
“itu juga terlihat dari struck-struck, kalau Kamu selalu pesan minuman ini” ujarnya sambil menyodorkan cangkir yang telah ia pesan sebelum Gue sampai di kafe. Tanpa menunggu balasan dari Gue, dia langsung mengambil majalah yang terletak di atas meja, dan langsung membolak-balikan halaman majalah tersebut.
“sudah terbit?” tanya nya sambil menunjukkan halaman yang berisikan artikel tentang acara perlombaan lari kemarin. Dan di halamaan tersebut juga terpampang jelas foto Shakti sambil memegang medali dan hadiah saat memenangkan perlombaan tersebut.
“iya hari ini sudah terbit”
“wah dimana Aku bisa mendapatkan majalah ini? Lumayan ada foto ku disini” ucap Shakti yang terlihat senang melihat gambar dirinya dimuat di majalah.
“Lo mau?” tanya Gue. Dan langsung dijawab dengan anggukkan kepala Shakti. “besok, Gue bawain yang baru dari kampus ya?” jelas Gue.
“jadi kita bakal ketemu lagi?”
“yaa itu sih kalau Lo mau”
“iya iya mau. Baiklah ditempat ini?” tanya Shakti
“boleh”
Kami pun menghabiskan waktu seharian di dalam kafe. Banyak hal yang Kami bahas selama Kami duduk di tempat yang super pewe ini. Bukan hanya kehidupan Gue, Shakti pun menceritakan tentang kehidupannya. Ternyata Shakti adalah sosok orang yang menyenangkan. Gaya bicara yang sopan, senyum manis, mata indah membuat Gue serasa ingin berlama-lama dengannya. Setiap kali melihat senyum mengembang diwajahnya, Gue selalu ingin melihat lagi dan lagi.
Angin terus berhembus lembut, membelai rambut Gue yang Gue biarkan terurai. Alunan musik yang di putar dari dalam kafe sedikit kabur didengar dikalahkan suara-suara kendaraan yang lalu-lalang di sekitar kafe.
“jadi sampai kapan Lo bakal ada di Jakarta?”
“sampai akhir bulan ini” jawab Shakti seraya melihat halaman majalah yang terdapat gambar dirinya lagi dan lagi. Gue pun langsung terdiam mendengar jawaban Shakti. “kenapa? Masih ingin bersama?” goda Shakti yang membuat muka Gue berubah warna menjadi kemerahan.
“apaan si Lo, kepedean!” bantah Gue dan di susul dengan tawa Shakti.
Ditengah-tengah keseruan Gue dengan Shakti, ponsel Gue justru berdering tanda seorang menelfon. Saat Gue lihat caller id yang tertulis di layar ponsel Gue, Gue langsung buru-buru angkat.
“halo kenapa Ma?
“halo Sya, kamu bisa pulang sekarang gak?” tanya Mama dari sebrang.
“kenapa emang ma?”
“Mama minta temenin belanja untuk acara arisan besok”
“ohiyaiya ok Ma, Aku pulang sekarang” Gue pun langsung menutup telfon, dan segera pamit ke Shakti.
“biar ku antar ya?” tawar Shakti,
“jangan. Gue bisa sendiri kok”
“sekali saja, tolong jangan di tolak” ucapnya memohon dengan wajah memelas. Gue pun langsung mengiyakan kebaikan Shakti untuk mengantar Gue pulang. Shakti langsung menarik tangan Gue untuk sampai ke parkiran. Begitu sampai dimobilnya, ia langsung membukakan pintu untuk Gue segera masuk kedalam mobil. Belum mengenal terlalu jauh, tapi Gue sudah bisa menilai kalau Shakti adalah tipe orang yang romantis.
Shakti langsung mengemudikan mobilnya dan meninggalkan parkiran. Selama perjalanan kami tak henti-henti bercerita. Terlebih tentang macetnya kota Jakarta yang jadi topik untuk kami bahas di dalam mobil.
“jadi Kamu lebih memilih untuk naik transjakarta untuk menghindari macet?” tanya Shakti memastikan.
“ya begitulah, tapi terkadang kalau Gue lagi males ya Gue naik ojol?”
“ojol?” apa tu?”
“ojek online” jelas Gue yang disusul anggukan kepala Shakti.
“unik ya disini serba disingkat. Kadang Aku suka gak ngerti sama singkatan yang orang Indonesia buat, dan begitu Aku tahu artinya dari Tante ku, Aku kaya mikir gila yaa seunik itu orang-orang disini” ucap Shakti, dan Gue pun langsung tertawa terkekeh mendengar ujarannya.
Perjalanan yang sedikit macet ini membuat Gue sedikit jenuh. Seperti Shakti paham apa yang Gue rasa, Dia langsung memutar lagu di mobilnya. Beruntunglah bukan lagu India yang pasti gak Gue ngerti. Begitu lagu kesukaan Gue terputer, langsung nampak wajah excited Gue mengembang, ya Little Things by One Direction adalah lagu kesukaan Gue dari sekian banyak lagu-lagu boyband asal Inggris itu. Gue pun ikut sedikit bernyanyi untuk menghilangkan kejenuhan selama melewati kemacetan.
“is this your favorite song?” Tanya Shakti sambil menatap Gue tajam dengan kedua mata indahnya. Dan Gue pun mengangguk. “why?” tanyanya lagi.
“because the lyirics is really really good. Especially in the lyiric of “you’ll never love yourself half as mush as I love you. You’ll never treat yourself right darlin’ but I want you” Gue menjelaskan seraya menyanyikan lirik tersebut.
“suara Kamu bagus juga”
“Lo tuh ya, seneng banget hina-hina Gue. Setelah Lo sebut Gue teledor, Lo bilang suara gue bagus. Sarkasme ya? Maksud Lo suara Gue jelek kan?”
“gak gak. Ini Gue serius” ucap Shakti menerangkan. “Aku ga pernah bohong, apa lagi sama perempuan. Kalau Aku bilang jelek ya jelek tapi kalau bagus ya bagus” tambahnya lagi sambil terus menatap ku dan terus melontarkan senyuman manisnya.
Pandangan Shakti masih terus menatap ku dengan tajam sehingga klakson-klakson dari kendaraan lain pun berbunyi, memberi kode kepada kita untuk jalan ke depan. Shakti pun langsung gelagapan dibuatnya. Gue yang melihat ekspresi wajah Shakti, langsung menahan tawa.
Perjalanan yang hampir membuat Gue dan Shakti muak, akhirnya mampu kami lewati. Syukurlah Shakti mempunyai kasabran yang tanpa batas dalam melewati kemacetan kota Jakarta. Kami pun masuk ke komplek perumahan Gue. Dan tibalah Gue di depan gerbang rumah Gue.
“makasih ya untuk capuchino dan diantar pulang” ucap Gue sebelum turun dari mobil Shakti. Shakti kembali menatap Gue, Gue pun membalas tatapan itu sehingga kami pun saling menatap satu sama lain. Supaya gak terlalu jauh tatapan mata indah Shakti ke dalam mata Gue, Gue langusng berniat untuk membuka pintu tapi tangan gue ditahan oleh Shakti. Gue pun menatap tangan Shakti yang memegang tangan Gue dengan begitu lembut.
“your number” ucap Shakti mengingatkan.
“ahh iya. Hampir aja lupa” jawab Gue. Shakti pun segera menyodorkan ponselnya ke hadapan Gue, dan langsung Gue ambil untuk Gue tulis nomor telfon Gue disana. Setelah selesai dengan urusan nomor telfon. Gue kembali berterimakasih kepada Shakti yang langsung dibalas dengan senyum manis andalannya.
Ketika Gue sudah turun dari mobil Shakti, Shakti gak  langsung meninggalkan rumah Gue. Dia membuka kaca mobilnya dnan menunggu Gue sampai Gue masuk ke dalam rumah. begitu Gue membuka pintu untuk masuk, Gue langsung melambaikan tangan ke Shakti dan langsung dibalas dengan lambaian tangan Shakti. Pintu pun kembali Gue tutup. Saat Gue mengintip dijendela, mobil Shakti belum juga jalan.
“heh” ucap Mama mengagetkan ketika Gue lagi asik ngintip dari jendela. “ngintip apasih?” tanya Mama penasaran sambil mencoba untuk mengintip ke jendela. Degan cepat Gue langsung tahan, tetapi gagal. Berungtung saat Mama berhasil mengintip ke jendela, mobil Shakti udah pergi.
“bukan siapa-siapa kok Ma. Ayuk mau belanja sekarang?” tanya Gue mengalihkan pembicaraan.
“Kamu gak makan dulu?”
“gak udah kenyang. Ayuk sekarang aja yuk” pinta Gue ke Mama dan segara menggeret Mama ke Garasi untuk mengeluarkan mobil.
***

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang