hey sayang

159 11 0
                                    

Botol air mineral yang baru saja Shakti belikan untuk Gue, langsung Gue masukkin ke dalam mini ransel Gue. Dentuman music semakin keras dan keras. Hal ini membuat Gue dan Shakti semakin bersemangat untuk berjoget. Terlebih bubuk warna-warni terus di sebarkan dengan warna yang berbeda. Selang beberapa menit, wajah Gue dan Shakti udah warna-warni seperti anak ayam yang dijual didepan SD. Heheh
Shakti gak lupa untuk mengambil momen saat wajah kita penuh dengan warna-warna lucu. Tak hentinya kita berfoto-foto untuk dijadikan sebagai kenangan. Khususnya Shakti, yang akan kembali ke negara asalnya. Shakti tak kuat mengikuti acara hingga selesai, akhirnya kami memutuskan untuk keluar dari area dengan wajah yang masih berwarna-warni. Shakti pun mengajak Gue untuk berjalan disekitar pantai.
Sebelum itu, Gue dan Shakti langsung cuci muka di keran yang tersedia di sekitar pantai. Tetap saja, sifat jahil Shakti tidak bisa dihentikan sejenak. Begitu dia mencoba untuk membasuh wajahnya yang penuh dengan warna, ia justru menyipratkan air kebadan Gue.
“SHAKTIIII!!!!” Gue pun terkaget begitu kaos yang Gue pakai jadi setengah basah. Gak henti-hentinya Gue mengusap-usap kaos Gue supaya gak terlalu terlihat basah.
“rasaain nih” ucap Gue seraya mengusap wajahnya yang sudah bersih dengan tangan Gue yang masih penuh dengan bubuk warna. Alhasil, wajah Shakti kembali kotor. Gue pun terkekeh melihat ekspresi Shakti yang kesal karena ulah Gue.
Setelah wajah kami kembali bersih, tibalah kami di pinggir pantai Malabami yang terkenal akan keindahannya. Meskipun berada di kota, tetapi kebersihan pantainya tetap terjaga. Pasir-pasir yang berada di pinggirnya pun sangat bersih. Tak satupun sampah ditemukan. Dengan suasanya angin yang sepoi-sepoi, Kami berjalan di sepanjang pinggir pantai.
Langkah Gue terhenti begitu genggaman tangan mendarat di telapak tangan Gue. Shakti pun ikut terhenti dengan wajah yang penuh tanya. Senyumannya yang seakan memberi kode, langsung membuat Gue untuk terus meneruskan langkah Gue dalam menelusuri pinggir pantai. Genggamannya sangat erat seakan tak mau Gue melepaskannya. Bahkan sesekali, telapak tangan Gue yang ia genggam dikecup dengan bibir imutnya. Ya, selain mata yang indah, Shakti juga memliki sepasang bibir yang imut. Bentuknya agak keriting dan  berwarna pink. Ini yang membuat Gue iri. Bagaimana tidak? Gue aja perlu pakai lipstick untuk mendapatkan bibir yang cantik seperti Shakti.
Gue pun ternganga begitu melihat Shakti mengecup telapak tangan Gue, sambil melirikan mata dengan nakal. Gue langsung nampak salah tingkah dibuatnya. Shakti selalu saja tak habis akal untuk membuat Gue salah tingkah seperti ini. Ombak pun datang dengan kencang, membuat sepatu yang kami kenakan menjadi basah. Akhirnya kami memutuskan untuk membuka sepatu yang kami dan menentengnya. Ya, sekarang kami berjalan tanpa menggunakan alas kaki. Kaki kami langusng bersentuhan dengan pasir yang berwarna putih bersih ini.
Lagi-lagi Shakti menyipratkan air pantai ke arah Gue yang membuat wajah Gue jadi basah. Tak mau kalah, Gue langsung membalas apa yang dilakukan Shakti kepada Gue. Mumpung ombak terus berdatangan dengan kencang. Shakti terus menendang air pantai ke arah Gue yang berusaha lari dari dekatnya agar gak kena basah. Tapi, usaha Gue gagal begitu Shakti mengejar Gue dan berhasil mengangkap Gue.
“happp.. where you wanna go?” ucapnya seraya melingkarkan lengannya di pinggang Gue. Gue pun terkekeh sambil seberusaha mungkin keluar dari kurungannya.
“no no.. don’t go” ucapnya lagi
“lepas dulu ini tangan Kamu” balas Gue. Shakti pun melepaskan lengannya yang semula mengunci pinggulku. Kini aku berada di hadapannya. Hanya berjarak beberapa inci. Jantung Gue kembali berdetak tak beraturan. Bahkan Gue bisa  merasakan nafas Shakti yang keluar dari hidungnya. Sadar akan itu, Gue langsung beranjak dari hadapannya. Gue pun langsung berjalan meninggalkan Shakti yang mungkin masih terdiam di belakang sana. Benar saja, ketika Gue berbalik arah, Shakti masih berdiri mematung seakan hanya melihat Gue yang terus melangkah ke depan. Gue pun kembali menuju Shakti dan langsung menggandeng nya untuk menuju ke tempat makan.
Setelah menelurusi pinggir pantai yang membuat perut kami terasa lapar, akhirnya kami menemukan tempat makan di pinggir pantai dengan tempat yang unik. Jelas saja unik, tempat untuk para konsumennya dibuat dari susunan bambu yang dibentuk seperti gubuk dan diletakkan persis di pinggir karang yang berada di pinggir pantai. Ketika kita menduduki gubuk kecil ini, kita dapat mendengar suara ombak yang menabrak karang-karang.
“sayangg, kamu mau pesan apa?” tanya Shakti dan sontak Gue pun terkaget.
“apa? apa? kamu bilang apa?” tanya Gue penasaran.
“sayang?”
“coba sekali lagi?” Goda Gue.
“sayanggg. You are my sayang” ulangnya seraya mencubit gemas kedua pipi ku. Gue pun langsung mengusap pipi Gue yang baru saja dicubit oleh Shakti.
“Kamu mau pesan apa? kenapa lama sekali? Kamu cari hot cappuchino? Noo… di sini tidak akan ada” ucap Shakti nyerocos tanpa henti.
“heyy!” hentak Gue mendengar cerocosan Shakti. “sabar kenapa sih?”

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang