"can I get your number?"

224 12 0
                                    

yes I am. How are you”
“good”
“so are you Rasya Ardila” tanya cowok bertubuh atletis ini.
“yea, how do you know that?” Gue bener-bener gak ngerti, dia tahu nama Gue dari mana. Dan lebih menyebalkan lagi, cowok itu bukannya menjawab, tapi justru malah tertawa.
“hahaha, well I am the first winner. so if you wanna interview me, it will be good if we do that at coffe shop”
Jadi dia toh juara pertama lomba lari tadi. Tapi kenapa ya dia malah ajak wawancara di kafe. Gue jadi takut sendiri nih. Gue pun terus berpikran yang macem-macem tentang cowok asing ini.
“don’t worry I won’t eat you or anything” ucap cowok itu seakan dia bisa mendengar isi hati Gue.
Baiklah, demi artikel Gue, Gue akan nurut untuk ke kafe yang gak jauh dari tempat acara tadi. Kami pun berjalan untuk menuju kafe yang dimaksud oleh cowo yang Gue lupa namanya siapa. Oke, tiba lah kami di kafe dan segera ia menarikkan kursi untuk Gue. How sweet he is. Pekik Gue dalam hati.
“what you want to order?” tanya cowo bermata indah ini.
“ice tiramisu”
“ok ice tiramisu satu, dan ice chocolate satu ya mas” ucap cowo tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia.
“Lo bisa bahasa Indonesia?” tanya Gue super kaget.
“yaa Aku bisa” jawabnya sambil sedikit tertawa.
“Dasar nyusahin orang. tau gitu, Gue pakai bahasa Indonesia aja dari tadi” gerutu Gue dalam hati.
“maaf Lo tadi siapa ya nama nya?”
“Shakti Arora. U can call me Shakti” jelasnya.
“ok Shakti, dari mana Lo tahu nama gue Rasya Ardila?” tanya Gue penasaran ke cowo yang mengaku bernama Shakti. Dia pun langsung mengeluarkan notes gak lain dan gak bukan punya Gue dari saku celananya.
“kamarin, Aku gak sengaja menjatuhkan notes ini. U remember? Tanya Shakti. Gue pun menganggukan kepala.
“then?”
“then I think you forgot to take it to your bag. So I found this on table but u has gone” jelas cowo bermata indah ini seraya memberikan notes ke Gue.
Gue pun langsung meraih notes yang baru aja diberikan sama cowok yang baru Gue kenal untuk Gue wawancara. Saat gue buka-buka notes Gue, bener aja ada nama Gue terpampang dengan jelas di dalam notes Gue.
“Aku baca-baca notes Kamu, dan lihat kalau Kamu ada jadwal liputan di acara running yang ternyata Aku ikutin. Disana jelas tertulis kalau Kamu harus melakukan wawancara dengan juara pertama untuk melengkapi artikel Kamu. That’s why I bring this notes karena Aku tahu kalau Kamu bakal hadir diacara tersebut. begitu Aku tahu kalau Aku si Juara pertama itu, dan melihat Kamu di samping panggung, yang Aku yakin banget kalau Kamu lagi cari Aku, jadi Aku pesen ke salah satu panitia untuk menemui mu dan mengatakan kalau Aku menungggu di tepi jalan tadi” jelas Shakti panjang lebar.
“terimakasih banyak ya. Gue gak tahu deh gimana nasib gue setelahnya kalau ini gak ditemuin” ucap Gue sambil memegang notes kesayangan Gue.
Pesenan kami pun datang. Untuk menghilangkan rasa canggung yang ada di dalam diri Gue, Gue langsung aja menyeruput ice tiramisu pesenan Gue. Begitu pun dengan Shakti. Sebenarnya Gue mau langsung aja wawancara, tapi lihat Shakti kakayaknya masih sibuk dengan ponselnya. Oke lah Gue tunggu.
“jadi Kamu, repoter di majalah Kampus mu?” tanya Shakti seraya memainkan ponselnya.
“iya”
“memangnya Kamu kuliah dimana?”
“Universitas Pelita Jakarta” ucap Gue singkat. Kenapa jadi dia ya yang wawancara Gue. “jadi yang mau wawancara Gue atau Lo ya?”tanya Gue smabil sedikit terkekeh.
“ohyaa, sorry. Silahkan dengan pertanyaan mu”
Gue pun melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang udah Gue tulis di notes. Beberapa kali kami saling tertawa begitu tak sengaja membahas hal-hal diluar konteks. But it’s okay. Yang terpenting Gue bisa dapet informasi lebih banyak dari sang juara pertama ini.
“oiya, nama Lo agak asing ditelinga Gue, kalau boleh tau Lo dari mana ya?” tanya Gue agak sedikit hati-hati.
“hahahaha” tawa Shakti terkekeh. “Aku dari India. Aku ke Jakarta untuk liburan kerumah Tante ku. Aku sudah snagat sering berkunjung ke Jakarta, itu kenapa Aku sangat fasih berbahasa Indonesia. Btw, nama ku itu dibacanya ‘Syakti’ bukan ‘Sakti’. Beberapa orang disini selalu salah manggil nama ku”
Gue pun langsung mengiyakan permintaan Shakti. Dan gak lama setelah pertanyaan Gue habis untuk Gue tanya-tanya ke Shakti, Gue pamit untuk segera balik ke rumah, karena Gue harus buru-buru buat artikel tentang acara yang baru aja Gue liput. Yup, memang harus seburu-buru itu, karena deadline yang diberikan adalah nanti malem, supaya besok udah siap dicetak. Gue pun beridiri dari kursi yang Gue dudukin begitu Kak Andra chat Gue kalau dia udah sampai di depan kafe, dan dengan rasa hormat, seorang yang baru Gue kenal mengantarkan Gue hingga ke depan.
“makasih ya untuk waktunya” Ucap Gue sambil menjulurkan tangan untuk bersalaman. Shakti langsung membalas salaman Gue, tetapi ia tidak langsung melepaskan genggaman tangan Gue.
“Can I get your number?” tanya Shakti sambil masih menggengam tangan Gue.
“hmm, nanti kalau kita ketemu lagi, Gue kasih deh ya” jawab Gue buru-buru begitu denger Kak Andra bunyiin klakson, karena Gue kelamaan gak masuk-masuk ke mobil. Cowo yang baru Gue kenal itu pun langsung melepaskan tangannya sambil menganguk mengiyakan ucapan Gue dan melontarkan senyuman termanisnya.
Gue langsung masuk ke mobil yang di dalamnya udah gak sabaran. Begitu Gue masuk ke mobil, Kak Andra langsung mengemudi mobil yang ia bawa. Mengingat keindahan mata Shakti tadi, Langat terngiang-ngiang dipikiran Gue. Apa lagi senyumannya itu, yang pasti buat perempuan klepek-klepek.
“kenapa tadi gak Gue kasih aja ya nomor telfon Gue? Aduhhh Gue bodoh banget sihh” pekik Gue dalem hati, merasa nyesel. Ini adalah akibat dari Gue yang sok jual mahal.
“brukkk” tiba-tiba aja Kak Andra ngerem mendadak dan buat gue terkaget. “Lo kenapa sih Kak?” omel Gue.
“Elo yang kenapa?” Kak Andra balik ngomelin Gue.
“hah?” tanya Gue gak ngerti.
“dari tadi Gue nanya ke Lo tapi Lo bukannya jawab malah ketawa-ketawa sendiri. Lo udah gila ya Sya?” ucap Kak Andra seraya kembali mengemudikan mobilnya. Ternyata bayang-bayang mata Indah Shakti membuat Gue segila ini? Sampai-sampai yang katanya Kak Andra ngajak ngomong Gue tapi gak Gue gubris sama sekali.
“emang Lo nanya apa sih Kak?”
“gimana tadi liputannya?” tanya Kak Andra mengulang pertanyaan yang sebelumnya gak Gue dengerin itu.
“seperti biasa, berjalan lancar. Sangat amat lancar” jawab Gue membanggakan diri.
***

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang