I Thought it Wasn't you

134 11 0
                                    

“am I look like joking?” ucap Shakti yang buat Gue gak bisa berkata-kata lagi. Gue pun terdiam seketika, hingga akhirnya Shakti bertanya untuk yang kedua kalinya.
“Rasya, would you be my girl?”
“Shakti, I have no reason to say no”
“it means?”
“of course I say yes yes yes” jawab Gue yang kemudian gak bisa menahan untuk terus senyum. Mungkin kalo kalian bisa lihat wajah Gue sekarang, kalian bakal lihat muka Gue udah kaya kepiting rebus.
Shakti masih terus menggenggam tangan Gue, terlihat wajahnya yang begitu bahagia. Mata Indahnya terus menyaksikan wajah merah Gue. Masih dalam kemacetan yang gak kunjung jalan, Shakti langsung melepas genggaman tangannya dan berganti dengan memeluk Gue hingga memposisikan pipi sebelah kanan Gue berada di dada bidangnya. Hingga Gue bisa mendengar detak jantung Shakti yang berdetak begitu cepat. Tangannya tak henti mengusap rambut Gue. Senyum terus mengembang di wajah Gue sehingga membuat Kami tak sadar, bahwa klakson-klakson dari belakang mobil Shakti terus berbunyi memberi tanda kepada kita untuk segera jalan.
Meski sedikit demi sedikit, akhirnya Shakti bisa mencapai tujuan untuk mengajak Gue ke sebuah Mall yang terletak di Jakarta Selatan. Shakti langsung melajukan mobilnya ke basement untuk memarkirkan mobilnya. Setelah mendapatkan tempat yang kosong untuk ditempati, Shakti langsung buru-buru keluar. Entah apa yang akan dilakukan, Gue hanya bisa melihat dengan wajah penuh tanya, hingga akhirnya wajah Gue yang penuh tanya tadi bisa terjawab, begitu Shakti langsung membukakan pintu, untuk Gue keluar dari mobilnya dan memberikan tangannya untuk bisa Gue gandeng layaknya seorang pangeran dan putri di film-film dongeng.
Hari ini, Gue dan Shakti resmi berpacaran. Ternyata angan-angan Gue untuk tidak berpacaran dan fokus sama studi Gue gak berhasil Gue lakukan. Ini semua karena Shakti, yang membuat Gue gak bisa buat nolak cinta dia. Selain tampan, Dia orang yang penuh dengan kejutan, romantis, baik hati dan menyenangkan. Gue bertaruh, gak ada satu pun perempuan yang akan menolak cinta Shakti.
Gue pun meraih tangan Shakti. Hingga berjalan menuju lift tangannya masih terus menggandeng tangan Gue. Terlebih saat di dalam lift, dimana ada seorang pria yang terus melihat ke arah Gue, entah apa yang aneh dari wajah Gue sehingga membuat pria itu tak henti melihat Gue. Sadar akan rasa takut gue terhadap pria yang menyeramkan tersebut, Shakti justru menggengam tangan Gue lebih erat dan erat.
Tibalah kami di lantai 3, kaki kami melangkah keluar dari lift. Tak perlu berjalan jauh dari lift, sudah terlihat bioskop. Ternyata Shakti ingin mengajak Gue nonton di Bioskop. Film apa yang akan Shakti pilih, Gue masih belum tahu. Shakti meminta Gue untuk menunggunya di bangku yang tersedia di dalamnya. Sedangkan Shakti langsung mengantri untuk membeli tiket. Tak selesai sampai di sana, begitu Shakti sudah berhasil mendapatkan dua tiket, Shakti langsung membelikan pop corn dan softdrink untuk Gue.
Kami pun langsung masuk ke dalam bioskop dan menduduki kursi yang tertera pada tiket yang sudah Shakti beli. Shakti memilih tempat di barisan G. Film yang akan Kami tonton adalah film romance yang berjudul ‘She is My Everything’. Dengan Shakti mengajak Gue nonton film ini, udah buat Gue kepedean dan senyum-senyum sendiri. 5 menit lagi, film akan segera diputer. Tapi bioskop belum juga terisi penuh. Terlebih pada barisan G, dimana barisan itu adalah tempat Gue dan Shakti duduk. Begitu detik-detik saat pemutaran film, dan gak ada tanda-tanda bahwa isi bioskop akan bertambah. Hingga lampu-lampu pun dimatikan, dan Gue jadi deg-degan.
Film pun dimulai, Shakti pun langung menatap Gue, begitupun dengan Gue yang langsung menoleh ke arahnya. Dengan sekejap ia memberikan kecupan di kening Gue. Jujur, Gue sedikit kaget. Kami pun menikmati film sambil memakan popcorn yang sudah Shakti beli. Masih di pertengahan film, popcorn punya Gue pun sudah habis duluan. Menyisakan rempahan-rempahan yang Gue biarikan berada di dalam cup.
“seharusnya judulnya jangan She is My Everything” gerutu Shakti kepada Gue yang asik menyaksikan filmnya. Gue pun langsung mendelik dibuatnya. Dan Shakti langsung menjawab “tapi, You are my everything” seraya menunjukkan Gue dan mendekapkan lengannya ke pundak Gue. Kalau saja bioskop terang, Shakti akan bisa dengan jelas melihat pipi Gue yang kembali merah lagi dan lagi.
Melihat jalan cerita pada film yang Gue dan Shakti tonton saat ni bener-bener menyentuh hati Gue. Seperti biasa, Gue akan mengeluarkan air mata begitu Gue merasa kalau apa yang Gue tonton persis dengan apa yang Gue rasain. Terutama saat ending pada film tersebut, dimana si perempuan yang ternyata harus pergi untuk selamanya dan meninggal di pria. Belum sempat Gue menghapus air mata, lampu bioskop pun dinyalakan. Hingga akhirnya Shakti terkaget melihat Gue yang sedikit bercucuran air mata.
“whattt?!!!” tanyanya kaget seraya mengangkat kedua tangannya persis seperti orang India biasanya. Gue gak menggubris dan hanya sibuk mencari tisu di tas Gue untuk menghapus air mata. Gue pun ga berhasil menemukan tisu di dalam tas Gue yang ternyata lupa Gue bawa. Tiba-tiba Shakti menyodorkan sapu tangan dari dalam saku celananya. Gue hanya bengong melihat Shakti dengan masih menyodorkan sapu tangan miliknya.
“take it” ucapnya. Gue pun masih bengong. “ambil ini, cengeng” ucapnya lagi, Gue pun langsung mengambil sapu tangan itu dengan cepat dan agak sedikit kesel begitu mendengar Shakti menyebut Gue cengeng. Dan Shakti pun langsung berjalan menuruni tangga untuk keluar dari  bioskop tanpa menunggu Gue yang sibuk mengelap air mata.
“Shakti” panggil Gue berusaha mengikuti langkah kaki Shakti.
“usap dulu air mata mu itu” perintah Shakti yang mendorong Gue untuk masuk ke toilet perempuan. Gue pun masuk, dan Shakti menunggu Gue di depan. Gue langsung membasuh wajah Gue supaya air mata ini tidak terlihat lagi. Lalu Gue mengusapan sapu tangan yang diberikan Shakti ke wajah Gue, dan saat Gue hirup, sapu tangan ini sangat amat wangi. Dan aroma harum ini yang sering Gue hirup saat bersama Shakti.
“sudah?” tanya Shakti begitu melihat Gue keluar dari toilet.
“kamu kenapa sih?”
“Aku ga suka lihat perempuan menangis, that’s why Aku minta kamu hapus air mata itu, nanti kalau orang-orang lihat Kamu dalam keadaan seperti tadi, mereka akan berpikiran Aku telah membuat mu sedih” jelas Shakti yang disusul dengan anggukan Gue tanda Gue minta maaf. Gue pun langsung mengembalikan sapu tangan miliknya. Namun Shakti menolak.
“untuk mu” ucapnya singkat, lalu langsung menggandeng tangan Gue lagi.
***
Shakti pun mengantarkan Gue pulang. Mobilnya sudah berhenti tepat di depan gerbang rumah Gue. Shakti meminta Gue untuk mengantar Gue hingga dalam rumah. Gue pun menolak permintaan Shakti. Gue belum siap dengan tanggapan keluarga Gue dengan sosok Shakti. Setelah berlama-lama untuk bernegosiasi, akhinrya Shakti mengalah.
“Aku minta maaf untuk tidak sekarang” ucap Gue dengan memasang wajah melas. Shakti pun luluh, dan langsung mengaggukan kepalanya sekali, kemudian tersenyum. Tangannya tak bisa sekali saja tidak mengusao rambut Gue.
Tangan gue siap untuk membuka pintu, lagi lagi tangan Gue di tahan hingga membuat Gue berbalik arah dengan cepat dan sebuha kecupan dari Shakti mendarat di kening Gue untuk kedua kalinya.
“thankyou for today” ucapnya manis. Gue hanya bisa senyum malu-malu melihat apa yang barusan ia lakukan kepada Gue. Gue pun keluar dari mobilnya dan langsung membuka gerbang.
Gue pun masuk ke dalam rumah yang sudah mulai repot untuk mempersiapkan acara arisan yang akan berlangsung di rumah Gue. Mama yang sibuk menghitung buah jeruk di dalam kerancang, Mba Wati yang sibuk membuat kotak makanan, dan Kak Andra. Yup Kak Andra ikut bantuin Mama? Ini adalah pertama kalinya Gue melihat Kakak Gue ikut bantuin Mama.
“heh udah gak usah sok sok kaget liat Gue bantuin. Sekarang gentian sini lo bantuin Mama” ucap Kak Andra begitu melihat Gue berdiri di hadapannya.
Gue pun langsng membantu keperluan yang harus disiapkan untuk acara arisan besok. Sementara Kak Andra malah balik ke kamarnya. Huh dasar! Tukas Gue dalam hati. Setelah Mba Wati selesai membentuk kotak makanan, Gue langung masukkin beberapa makanan seperti kue-kue kecil, buah dan minuman gelas ke dalamnya dan langsung Gue tumpuk di samping Gue.
Bicara soal makanan pokok, Mama udah siapin bahan-bahan untuk membuat ayam kecap dan sayur sop yang akan ditaburkan bakso di dalamnya. Keduanya adalah makanan favorit Gue, tetapi Mama buat makanan itu bukan untuk Gue, melainkan untuk teman-teman arisan. Piring, sendok, gelas dan segela peralatan sudah disiapkan Mama di keranjang yang diletakkan di dapur.
Setelah semuanya beres Gue langsung istirahat di kamar Gue yang berada di lantai 1. Tas yang sedari tadi Gue pakai mulai dari kuliah sampe ke bioskop, langsung Gue lempar asal ke atas kasur. Rasa lelah setelah bantuin Mama hilang sudah ketika Gue membaringkan tubuh di kasur dan mengingat kejadian saat-saat Shakti nembak Gue, genggam tangan Gue, ngajak Gue nonton, dan yang paling gak bisa Gue lupain adalah saat Shakti mencium kening Gue. Sapu tangan yang Dia kasih untuk Gue, gak berhenti Gue lepasin dari genggaman Gue. Sambil senyum-senyum, Gue pun terus mengingat-ingat momen indah itu. Gue pengen banget kasih tau ke Mama tentang Shakti yang sekarang udah jado cowok Gue. Tapi akan kah Mama setuju? Secara kita punya banyak hal perbedaan mulai dari negara, budaya, bahasa, dan kebiasan-kebiasaan lainnya.
Tiba-tiba Gue dikagetkan dengan Mama yang langsung buka pintu kamar Gue tanpa ketok-ketok dulu. Gue yang semula berbaring di atas kasur, berubah jadi duduk yang langsung disusul oleh Mama.
“Sya, besok jangan kemana-mana ya” ucap Mama.
“emang kenapa?”
“Mama punya tamu buat Kamu” jawab Mama yang sontak membuat Gue kaget.
“siapa Ma?” tanya Gue pensaran.
“lihat aja besok?” jelas Mama seraya langsung meninggalkan Gue yang masih terduduk di kamar hingga terdengar suara pintu tertutup.

Love at First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang