Part 4

104K 7.3K 82
                                    

Mulmed di atas foto daddy Xavier Matthew yang neomu neomu handsome...😍😍😍

Menemukan TYPO? KOMEN DI inline, Ya😄

***

Xavier menutup pintu apartemennya dengan pelan. Dia merasa tidak fokus, tubuhnya seakan bergerak tetapi pikirannya tetap pada senyuman gadis kecil tadi. Dia meletakkan puding di meja makan, memotongnya, dan membawanya ke ruang tengah.

Dia duduk di sofa, menghadap laptopnya mengerjakan proposal kerjasamanya dengan perusahaan Jason.

Beberapa jam berlalu. Xavier menutup laptopnya dan merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. "Jam berapa sekarang? Sudah jam tujuh. Pantas saja aku merasa lapar."

Dia melirik potongan puding yang belum dia sentuh. Puding sebagai makan malam? Terdengar tidak buruk. Lagi pula, dia belum mengisi kulkasnya. Dia melangkah ke dalam dapur, mengambil segelas air, meneguknya sampai habis.

Dia kembali duduk dan memakan pudingnya. Oh Tuhan, rasanya sama! Hanya bentuknya saja yang berbeda. Pikirannya menerawang ke masa lalu.

Saat hubungannya dengan wanitanya masih romantis. Saat-saat itu terasa sangat menyenangkan, dia dan wanita itu duduk beralaskan tikar di taman. Wanitanya sibuk mengeluarkan berbagai jenis makanan dari dalam keranjang. Sedangkan dia asyik memandang wanitanya.

"Xavier, aku membuatkanmu puding." Suara lembut wanitanya terdengar gembira.

"Puding lagi?" Tanya Xavier heran.

"Aku membuatnya dengan penuh cinta, jadi kau harus menghabiskannya."

"Aku rasa lebih baik kita makan sandwich-nya dulu."

"Tidak! Kali ini kau tidak bisa membodohiku lagi, kau akan memakan sandwich dan setelahnya kau bilang kau kekenyangan lagi, padahal kau bohong. Kau hanya ingin mencari alasan untuk tidak menghabiskan pudingku."

"Ayolah, Ma Chérie, aku janji akan menghabiskannya, oke?"

"Sekali tidak tetap tidak Xavier. Lagi pula, apa susahnya menghabiskan satu cup puding sekecil ini? Seandainya puding ini bisa bicara dia pasti protes kepadamu."

Kecil dia bilang? Ukuran pudingnya sama dengan ukuran gelas plastic untuk kemasan minuman, batin Xavier.

"Baiklah, Ma Chérie, aku akan menghabiskan sekarang." Xavier mengambil cup puding itu dan memakannya dalam potongan besar. Tidak sampai satu menit puding itu sudah habis.

"Akhirnya... aku senang melihatmu menghabiskan pudingku, hal sesederhana itu membuatku merasa sangat dihargai. Aku sempat berpikir pudingku rasanya tidak enak sehingga kau tidak mau menghabiskannya."

"Tentu tidak, Ma Chérie. Semua makanan yang kau buat rasanya sangat lezat, tetapi aku hanya tidak suka makan makanan manis."

"Maafkan aku, walaupun aku tahu kau tidak menyukai makanan manis tapi aku tetap memaksamu untuk memakannya."

"Tidak apa-apa, bolehkah aku tahu kenapa kau suka sekali membuat puding?"

"Aku selalu membayangkan di masa depan nanti, aku akan memberikan sesuatu kepada orang yang aku cintai. Sesuatu itu adalah puding, karena bagiku puding itu manis yang melambangkan rasa dari cinta itu sendiri." Wanitanya berkata sambil memandang langit biru.

"Kenapa harus puding, kenapa bukan cake, cookies, atau yang lainnya." Tanya Xavier penasaran.

"Semua makanan yang kau sebutkan tadi mengandung gula yang tinggi dan tentunya tidak menyehatkan. Sedangkan puding dia manis tapi mengandung sedikit gula, rasa manis puding datang dari flanya yang terbuat dari susu dan juga kaya akan serat, sangat bagus untuk pencernaan."

"Ma Chérie, kau sangat memperhatikan kesehatan, betapa beruntungnya aku memilikimu." Xavier merangkul bahu wanitanya, dengan hati-hati menyandarkan kepala wanitanya ke dada bidangnya.

"Aku juga beruntung memilikimu. Berjanjila, kau tidak akan meninggalkanku, Xavier." Wanita itu mendongak, memandang Xavier penuh harap.

"Aku berjanji, Ma Chérie."

Kilas balik itu seolah menampar Xavier. Xavier memandang kosong kedepan. Janji yang tidak ditepatinya pada wanita yang ternyata dicintainya, sungguh dia merasakan penyesalan terbesar dalam hidupnya. Kini dia mengerti apa itu penyesalan.

***

Chelsea bersandung, dengan cekatan menata berbagai makanan di meja makan. Ada spageti, salad buah, puding, susu coklat untuk gadis kecilnya, dan teh hijau untuknya.

Pikirannya menerawang, gadis kecilnya telah tumbuh dengan pesat. Waktu sangat cepat berlalu, mungkin semuanya akan terasa sempurna jika ssja ada sosok ayah yang sangat didambakan gadis kecilnya, pikirnya pahit.

"Mommy, Freya pulang." Suara ceria gadis kecilnya membuatnya tersenyum geli.

"Mommy, di dapur Sayang."

"Mommy harus tahu tetangga baru itu sangat tampan." Freya berlari kecil, lalu memeluk kaki ibunya.

"Setampan apa?"

"Setampan... Ken!" Freya menaruh telunjuk mungilnya di atas bibirnya, seakan dia sedang berpikir keras. Sungguh pose itu terlihat sangat imut di mata Chelsea.

"Ken itu siapa, Sayang?

"Ken itu pasangan Barbie, Mommy. Ini dia Ken. Kalau besar nanti Freya mau punya pasangan yang tampan seperti Ken atau tetangga baru kita." Freya menunjukan sebuah boneka pria yang bernama Ken.

Astaga, kenapa gadis kecilnya jadi genit, pikir Chelsea.

"Berarti dia sangat tampan, ya?"  Chelsea sambil mengamati boneka bernama Ken itu.

"Luar biasa tampan, Mommy."

"Uncle? Berarti dia sudah tua sayang, di mana letak ketampanannya." Sambil tersenyum jahil, Chelsea melepaskan celemeknya dan menggantungnya di dekat dapur.

"Tidak, Uncle itu sepertinya seumuran dengan Mommy, dan warna rambut Uncle itu cokelat terang seperti Ken, tetapi dia memiliki warna matanya biru seperti matanya Freya, Mommy. Melihat Uncle itu, Freya merasa seperti bercermin." Freya tertawa, menunjuk-nunjuk matanya dengan wajah berseri-seri.

"Mommy jadi ingin bertemu dengannya. Mommy penasaran setampan apa tetangga kita sampai membuat gadis kecilnya Mommy seantusias ini."

***

Note: ma chérie (panggilan sayang)

<TBC>

Ig: @dessychandra3103
Wattpad Freya: FreyaAvrielly

6 Agustus 2017

My Little Girl [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang