4'th

13.1K 2K 68
                                    

Renjun melangkahkan kakinya cepat, sesekali ia memukul kepalanya dengan mulut yang terus mengucapkan kata bodoh yang ia tujukan pada dirinya sendiri.

Sekolahnya memang mulai memberlakukan sistem pulang sekolah sebelum jam 7 malam setelah banyak kejadian yang terjadi disekitar lingkungan sekolahnya seperti pembunuhan yang hanya meninggalkan bekas luka seperti gigitan binatang buas yang kini tengah marak terjadi.

Dan sekarang jam menunjukan pukul 9 malam. Chenle, jaemin dan haechan telah terlebih dahulu pulang karena memang dirinya yang menyuruh mereka pulang selagi dia menyelesaikan tugasnya. Dan sekarang ia mulai sedikit menyesal karena menyuruh mereka pulang.

Bayangan beberapa hari lalu saat dirinya diserang masih saja segar dalam ingatannya. Namun, dirinya masih menyimpan rapat hal itu karena jika ia bercerita pun mungkin banyak orang tak percaya dengan hal yang menurut banyak orang sekarang hanyalah mitos belaka.

Renjun menundukan kepalanya dalam sembari terus berjalan dengan langkah cepat saat indera pendengaranya menangkap seperti sebuah langkah kaki yang semakin lama semakin cepat dibelakangnya.

Hingga sesuatu yang dingin menahan pergelangan tangannya dengan dirinya yang menutup mata dan hampir berteriak sebelum sesuatu yang dingin itu menutup mulutnya dan menyeretnya kearah gang sempit yang selama ini selalu ia hindari.

"Hei buka matamu" ucap seseorang yang renjun rasa saat ini berada dekat didepan wajahnya karena ia masih bisa merasakan deru nafas orang itu yang menerpa wajahnya.

Renjun perlahan membuka matanya dan membelalak kaget sekaligus bersyukur karena orang didepannya adalah jeno. Renjun menatap wajah jeno yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya sendiri yang baru ia sadari ternyata wajah jeno bagaikan terpahat sempurna, tampan satu kata yang menggambarkan jeno saat ini.

Jeno berdehem sejenak lalu sedikit memundurkan badannya walaupun hanya sedikit karena gang yang mereka pakai untuk sembunyi ini benar benar hanya untuk ukuran dua orang.

"Kenapa kau masih-" ucap renjun akhirnya namun mulutnya kembali dibekap oleh jeno yang memberinya isyarat untuk diam.

Jeno sedikit mengarahkan kepala renjun kearah tak jauh dari mereka dan renjun sedikit memekik tertahan saat melihat pemandangan yang sama yang ditemuinya beberapa hari lalu.

Renjun kembali pada posisi semula dengan jeno yang berada didepannya. Renjun terus saja menunduk karena ini benar benar awkward moment yang sangat sangat ia hindari dari dulu. Hening bebrapa saat hingga lengannya kembali ditarik jeno untuk keluar dari tempat itu.

Disaat kepala renjun Hendak menoleh kearah tadi, kepalanya ditahan jeno yang terus membawanya menjauh dari tempat itu.

"Jangan menoleh atau kau tak akan bisa tidur nyenyak malam ini" ucap jeno datar dan hanya diangguki renjun meskipun ia begitu penasaran.

Mereka sampai ditempat yang lebih ramai dari tempat tadi. Hingga renjun menyadari jika tangannya masih digenggam erat oleh jeno yang sontak membuat renjun menunduk dengan wajah panas.

"Jeno" panggil renjun pelan.

"Jangan lewati tempat tadi, lewat sini saja jika kau pulang sendirian walaupun jaraknya akan agak jauh" ucap jeno tanpa menoleh ataupun menghiraukan panggilan renjun.

"Jeno" panggil renjun sekali lagi dan sekali lagi pula jeno mengabaikan panggilannya.

"Apa yang kau lakukan disekolah itu hingga malam begini?" terdengar seperti pertanyaan namun jeno mengucapkannya dengan nada datar.

"Lee jeno" ucap renjun akhirnya dan jeno menoleh mendapati renjun yang masih menundukan kepalanya.

"Kenapa wajahmu merah?" ucap jeno datar dan renjun berani bersumpah jika ia sudah mengenal jeno lebih lama maka ia akan memukul namja didepannya ini

Hero + Noren (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang