15.

3.6K 196 19
                                    

"I hate thats son of bitch! She's so fvckin' damn girl."

"Watch your mouth."

"Tapi dia memang jalang!"

"Just shut up. Take a breath, okay?"

"Nooo! Not okay!" Alih-alih, perempuan itu justru mendengkus kasar.

"Kalau memang mau menyalahkan, salahkan saja laki-laki itu. Bukannya kamu lihat tangan siapa yang ke mana-mana?"

"Tapi dia nggak mungkin begitu kalau si perempuan itu nggak menggoda dan kasih kesempatan!"

Untuk kesekian kalinya, Laura merengek di kursinya. Opi telah tak ragu-ragu untuk menegurnya kala perempuan itu kebablasan harus mengumpat. Rupanya hari ini juga termasuk bukanlah hari yang menyenangkan untuk Laura.

Selain aku.

Niat Laura yang ingin mengantarkan sarapan —yang kupikir tidak perlu— untuk Rayno, yang sudah menjadi mantan kekasihnya, membuat perempuan itu sampai pada sebuah pemandangan yang menciptakan drama bagi hatinya.

Laura menceritakan bagaimana terkejutnya dia ketika mendapati Rayno sedang melakukan aksi 'grepe-grepe panas gemetar' —hingga membuat mulut serta tungkai kakinya ikut gemetar— di depan pintu apartemen yang tertutup rapat, dengan seorang perempuan ber-mini dress merah meriah, bertubuh sintal yang katanya lagi ; berdada jumbo.

Pasangan itu begitu asyik dengan pergumulan mereka sampai pekikan kaget seorang Laura, pun, tak mampu mengintrupsi kedua tubuh yang sudah bak menjadi satu kesatuan itu. Mereka persis bertingkah seperti satu-satunya pasangan manusia yang tersisa di bumi. Begitulah isi sebagian cerita dari Laura.

Di sisi lain, aku berlainan dengan Laura. Aku tak berminat membahas apapun yang kualami hari ini. Sedangkan Opi? Jangan ditanya lagi. Si Pendiam yang cuek itu jarang membicarakan dirinya.

Dan aku? Ini masalah rumah tangga. Siapa yang menjamin aku tak akan menjelek-jelekkan Rama dalam cerita yang kututurkan nanti? Sekilas aku teringat akan hal yang sama yang pernah dikatakan Opi beberapa hari lalu di kelab.

Lebih daripada itu, aku hanya tengah mencoba mencontohi kehidupan rumah tangga mendiang orang tuaku. Kata Ayah, istri yang baik adalah istri yang mampu menjaga aib rumah tangganya sekecil apapun. Dan suami yang baik adalah suami yang masih bisa menjadi bijak ketika menghadapi persoalan terumit dan sebesar apapun.

oOo

"Tadi pagi aku bertemu dengan dia di rumah sakit." Akhirnya kukatakan juga kalimat yang sedari tadi tertahan diujung lidah.

Laura mencondongkan badannya."Di rumah sakit? Dia sakit apa?" Terdengar nada khawatir dalam suaranya. Opi ikut-ikutan menatapku setelah sekian lama dia begitu khidmat dengan minuman miliknya.

Aku menggeleng, "Bukan, dia dokter di tempat itu. Kamu tidak tau?"

Dan di seberang meja Laura membiarkan mulutnya tetap terbuka sementara matanya menatap lurus tanpa kedip.

Kupikir, setelah dia sempat menjalin hubungan dengannya, dan juga pernah tinggal di apartemen laki-laki itu. Sedikit banyak, seharusnya dia lebih tahu daripada kami.

Between The Game(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang