20. I'm Sorry

5K 247 73
                                    

Nilam tahu bahwa hal apapun yang sengaja disembunyikan lambat laun akan terendus seiring jalannya waktu. Sejak awal ia tidak pernah berniat untuk menyembunyikan perkara malam itu dari Rama lama-lama. Hanya saja, dia juga tidak menyangka jika sesingkat itu untuk mudah diketahui oleh Rama. Begitu singkatnya sampai Nilam merasa bahkan dia belum sempat mengambil napas yang panjang sebelum dia harus tercekik begini.

Buruknya lagi, laki-laki itu tidak mengetahuinya dari dia yang bersangkutan.

Sedari saat itu, seandainya saja mudah baginya untuk bercerita, sudah tentu lah sejak awal dia beritahukan 5 Rama. Akan tetapi, besar rasa ketakutan yang menderanya sudah teramat parah. Di samping itu, dia sendiri tahu bahwa apa yang telah terjadi padanya malam itu bukanlah hal sepele. Bagaimana jika kejujurannya di meja makan saat itu justru menggiringnya dalam dahsyatnya sebuah kehancuran rumah tangga?

Tidak.

Bukan juga Nilam bermaksud untuk tidak mempercayai Rama. Mudah saja bagi orang lain menyalahkan dirinya bahkan mungkin mengatai kalau Nilam hanyalah istri yang picik dan sempit pikirannya sebab tidak percaya kepada suaminya sendiri. Hanya saja-setidaknya-untuk saat itu Nilam juga perlu waktu untuk mempersiapkan diri. Mempersiapkan diri hingga dia bisa memiliki kesiapan mental yang cukup kuat untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Selama beberapa hari ini kamu bersikap seolah kamu—" lelaki itu terdiam, di tempatnya Nilam mendengar tarikan napas panjangnya. "Kamu adalah istri yang paling gundah hatinya karena sikapku yang kamu anggap berubah. Tapi Nilam," lalu untuk kedua kalinya, terdengar kembali laki-laki itu menarik napas panjang, seolah apa yang akan diucapkannya nanti adalah sesuatu yang tidak kalah beratnya.

Sedangkan Nilam justru kesulitan bernapas karena menunggu dengan risau memikirkan apa lagi yang akan dikatakannya setelah itu.

"Kamu tidak tau. Kamu tidak tau apa yang sudah kulalui untuk tidak mengeluarkan amarahku. Kamu tidak tau ... bagaimana kerasnya aku supaya tidak berubah gila karena sesuatu yang kudapatkan pagi itu. Aku sudah berusaha menenangkan diriku, perasaanku sendirian. Mencoba berpikir positif bisa saja gambar-gambar itu hanya editan. Mencoba berpikir, bisa saja ada orang yang sengaja ingin memfitnahmu supaya kamu terlihat jelek di mataku."

Bodoh. Itu yang dirasakannya sekarang. Di saat awal-awal dia lebih dulu berpikiran buruk kepada Rama, lelaki itu justru melakukan yang sebaliknya. Laki-laki itu telah mencoba mempercayainya, saat itu. Dan yang dia lakukan?

"Aku selalu mencari alasan lain untuk menenangkan diriku sendiri walaupun kenyataanya sekarang aku sudah tidak berhasil lagi. Sekarang katakan kalau di foto-foto yang kuterima itu bukan kamu!" Berlembar-lembar foto melayang menghujani tubuh kakunya. Terus turun sampai akhirnya berceceran di lantai.

"Katakan kalau apa yang ada di foto itu editan dan bukan kamu yang ada di sana. Kamu tidak mungkin melakukannya di belakangku, kan?"Nada penuh harap itu membuat Nilam ingin menangis. Mengapa harus ada ujian yang berat seperti ini? Tuhan pasti tahu bagaimana janji dia usai ijab kabul itu. Tapi karena malam itu, dia harus melangkah di atas kebohongan yang semakin hari semakin menggoyahkan keseimbangannya, termasuk menipu diri sendiri seolah-olah hanya hal manislah yang dia punya.

Matanya masih menatap kalah pada salah satu titik potret, di mana dirinya tampak sedang ditindihi lelaki dengan posisi yang sangat intim tanpa sehelai pakaian pun di ranjang, yang tentu juga sangat akrab dengan mereka. Pekikan kecil akhirnya lolos dari bibirnya diikuti dengan bunyi pecahan kaca yang seakan juga turut memprovokasi waktu di dini hari tersebut. Namun tak ada satupun yang bergeming. Keduanya sama-sama terpaku. Rama dengan perasaan terkhianati sedangkan Nilam sendiri masih terjebak dalam rasa takut berlebihnya. Tak ada satu kata pun yang tercetus dari lidah kelu wanita itu. Dia berharap bahwa apa yang terjadi sekarang ini hanyalah mimpi. Mimpi buruk yang menggerogoti tidur malamnya hingga sebentar lagi dia akan terbangun dengan peluh dingin. Mungkin dia akan sedikit menghentak ranjang. Tak apa, itu lebih baik daripada yang dihadapinya sekarang.

Between The Game(s)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang