Jun

493 46 0
                                    

"Pagi anak anak"

"Pagi pak"

"Buka PR kalian, yang saya tunjuk langsung kerjakan didepan"

"Yahhh pakkk"

"Maju kedepan dapet tambahan nilai kok salah bener. Tenang aja"

"Ahh bapak"
"Bapakkkkkkkk jangannnn"
"Ya kalo salah malu pak meskipun dapet nilai"

"Nggak masalah dong. Namanya juga usaha. Jiah kerjakan nomor 1"

.

Aku yang tadinya dengan tenang hampir masuk kedalam alam mimpi justru harus terbangun karnanya. Yang benar saja, guru fisika yang satu ini selalu saja membuatku kesal.

Padahal nilaiku selalu bagus, aku juga selalu mengerjakan tugasnya dengan benar. Tapi aku selalu saja di ganggu olehnya.

"Jiah, kerjakan yang benar. Jangan mengumpat dalam hatimu."

Sial. Dia tau saja apa yang aku katakan meskipun dalam hati.

"Iya pak"

Aku mengerjakan dengan pasti disetiap rumus dan hasil yang kutulis. Aku selalu yakin akan jawabanku ini. Aku yakin, pasti benar.

"Benar seperti biasa, silahkan duduk" katanya.

Aku menaruh spidolku dan segera menuju ketempat dudukku.

"Jadi, adakah dari kalian yang menyalahkan jawaban Jiah ini?"

Sontak aku langsung melihat kembali jawabanku, mengoreksi seluruh jawabanku, seharusnya benar.

"Tidak ada satupun? Bagaimana denganmu Jiah?"

"Bapak kan tadi bilang kalau jawaban saya benar seperti biasa. Jadi ya menurut saya itu benar"

"Sudah kamu koreksi lagi?"

"Sudah pak"

"Yang dapat menemukan kesalahan dari jawaban Jiah dapat nilai tambahan"

Aku memutar kedua bola mataku malas. Aku tidak melihat ada kesalahan di jawabanku. Mengapa dia kukuh kalau ada kesalahan dijawabanku?

"Lihat ya kalian semua. Disini tidak ada tanda kurung, itu yang dapat mengecoh jadi kesalahannya ada disini. Lain kali harus dikasih kurung ya Jiah sayang"

Aku melebarkan kedua bola mataku.

"Sayangggg"
"Sayang katanyaaaa"
"Cieeee sayang cieee"
"Ngalus terus pakkk"
"Inget pakkk murid sendiri"

Mendengar celotehan murid yang lain membuatku ingin muntah mendengarnya. Sungguh tidak masuk akal.

Kulirik sebentar pak Jun. Dia justru tertawa, yang benar saja.

Jika saja yang memanggilku sayang itu seorang yang kusukai tidak masalah. Tapi kan dia guruku sendiri, risih sendiri jadinya.

"Sudah sudah yaa, selanjutnya nomer 2 Hansol maju"

Guru gila.

.

Aku sekarang sedang di kantin, menunggu makananku datang. Kepalaku tadi benar-benar ingin meledak saat pelajaran fisika. Guru gila, yang benar saja. Aku dipanggil sayang? Kekasih saja bukan, kok panggil sayang.

"Kenapa ngelamun? Mikiri pak Jun yang manggil kami sayang yaaa?"

"Ihhh apaan sih. Gak kali"

Lah? Kok aku bohong?

Ke sahabatku sendiri pula?

AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang