Dokyeom

512 41 0
                                    

"Tidak ada yang mau maju menjawab? Kalau maju, saya kasih point tambahan" semua mahasiswa diam tak bergeming.

Dosen ini terkenal killer. Iya sih tampan, tapi kalimatnya itu loh nusuk. Dan perfectionist. Bayangin aja, di matematika pecahan itu bisa ada 2 kan? Ada yang garis lurus ke bawah, ada juga yang pakai garis miring (1/2) tapi dia gak mau. Dia harus garis lurus ke bawah. Demi apapun, itu sama aja hasilnya pak!

"Yoo Jiah?"

Habis riwayatku.

Selemat tinggal kawan.

"Saya pak?"

"Iya kamu maju!"

Aku maju dan mengambil spidol. Tanganku mengeluarkan keringat, aku benar benar gemetar. Bahkan suara detak jantungku tak tertahankan.

Aku menulis satu demi satu angka. Belum selesai menjawab, sudah dipotong duluan

"Kapan saya ngajarin kamu rumus kayak gitu? Pernah saya ngajarin kamu rumus kayak gitu?" Tatapannya tajam menusuk. Aku hanya tersenyum menanggapinya

"Nggak pak, saya yang salah. Saya yang lupa" aku menghapus dan mencoba ulang.

"Kok gitu sih?"

Salah lagi astaga. Sabar sabar.

"Loh pak? Hasilnya kan bener 50?"

"Coba liat lagi. Kamu kalau saat ujian kayak gitu tulisanmu. Nilai kamu saya kurangi!"

Yang mana coba??? Jawabannya bener. Pelan pelan kulihat dari atas, sampai ke bawah. Caraku seharusnya bener.

"Ini loh! Ini loh kamu kurang, kalau kamu ini kurang saya bisa aja ngira kamu nyontek"

"Oh iya pak saya tambahi"

Astagaaaa, gini aja dikira nyontek. Ya kali pak, jelas jelas saya ngerjain ini di depan sini, cuma nggak ada 1 step lagi juga pak.

Setelah selesai memgerjakan, aku segera kembali ke tempat dudukku. Untung ganteng pak, saya jadinya nggak berani sama bapak cuma bisa senyum-senyum manis.

.

Selama 2 jam, otakku rasanya ingin pecah mendengar seluruh penjelasannya yang bagiku tidak jelas. Lucu kan? Dia adalah dosen matematika yang sangat sulit dipahami penjelasannya.

"Jiah, ikut saya" katanya. Hiiii tatapannya matanya tajam, ngeri

"Iya pak"

Aku mengikutinya dari belakang menuju ruang dosen. Untuk pertama kalinya aku masuk kedalam ruangan dosen. Aduhhh, sebenarnya aku antara senang dan takut. Senangnya aku bisa melihat dosen ganteng idaman semua mahasiswi wanita termasuk aku Pak Vernon. Takutnya, nilaiku akan dikurangi oleh pak Dokyeom.

"Kamu daftar jadi asisten dosen kan?"

"Iyaa pak" jawabku

"Kalau kamu memang niat jadi asisten dosen, pandangannya harap dijaga, jangan liat pak Vernon terus"

"Maaf pak?"

Habis aku. Ketahuan.

"Kamu jadi asisten dosen saya, kalau ngajarin mahasiswa semester 1 nanti caramu harus lengkap. Saya nggak mau ada 1 pun yang tertinggal"

Nahhh loh, aslinya kan aku mau jadi asisten dosennya pak Vernon. Sama sama matematika padahal, kok dapetnya dosen ini sih.

"Kenapa wajahmu gitu? Nggak mau jadi asisten saya?" Tanyanya yang kelewat tajam.

Ya kali nggak mau, nanti aku nggak dapet nilai kalau nolak.


"Mungkin dia maunya jadi asistenku" sahut pak Vernon sambil berjalan menuju ke meja pak Dokyeom.

AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang