Chapter 1

206 22 4
                                    

Pilu,

Satu-satunya deskripsi yang tepat untuk malam ini. Ditengah malam sepi dan gerimis hujan terlihat seorang gadis bergaun putih selutut berlari-lari sambil sesekali diusapnya dengan kasar air kepedihan yang jatuh dari sudut-sudut matanya. Gadis berparas cantik berperawakan mungil itu lari seperti tak punya tujuan. Seperti orang linglung. Sesekali dia berhenti mengatur napas, kemudian jalan lagi sambil terseok. Mata yang dikagumi banyak orang karena binarnya, kornea mata warna coklat yang menghangatkan setiap orang yang menatapnya, kini berubah menjadi kelam. Binarnya hilang diganti muara air kesedihan di sudut-sudutnya yang kemudian meluap jatuh kedua pipinya. Sayup-sayup terdengar isak tangis kepedihan dari bibirnya.

Menyesakkan.

Perih,

Setelah menemukan bangku di sudut taman yang kosong, gadis tersebut duduk dengan kepala tertunduk. Isakan masih terus terdengar dan semakin lama semakin menyesakkan.

"Kenapa don, kenapa kamu ngelakuin ini semua ke aku? Kenapa kamu ninggalin aku saat aku udah sayang banget sama kamu, kenapa?" gumamnya disela-sela tangisan.

Putih Atarangi, nama gadis itu. Biasa dipanggil Putih. Malam ini harusnya menjadi malam terindah bersama pacarnya, Doni. Malam ini adalah perayaan 2 tahun hubungan cinta mereka. Tapi malam ini justru berubah menjadi sangat menyedihkan saat Doni memutuskan hubungan mereka.

***

Sinar matahari menembus disela-sela jendela sebuah kamar kos sederhana . Hari baru sudah datang tapi sang gadis pemilik kamar masih meringkuk di kasurnya. Ia sudah terjaga tapi melamun. Matanya sembab karena terlalu lama menangis. Seperti mayat hidup. Bernyawa tapi tanpa jiwa, bernafas tapi hati sesak. Kedua matanya mengernyit karena pening. Bagaimana tidak pusing? dia baru tertidur subuh dan 3 jam kemudian terbangun kembali. Pikirannya menerawang teringat kejadian tadi malam.

Flashback

"Sayang, kamu mau kasih tau apa si daritadi? Ko misterius gini?" Tanya Putih penasaran.

"Emmm, gapapa nanti aja, makan dulu aja ini makanannya keburu dingin loh." Ujar Doni sambil mengunyah makanan

"Ihh apa si kepo banget sumpah!" keluarlah rengekan manja andalan Putih.

Setelah selesai makan

"Oke Put gini, aduh gimana ya ngomongnya, oke gini, kamu dengerin aku ya" doni mendadak gagap dan tidak nyaman

"Iya sayang, kenapa? Ngomong aja?" suara Putih lembut.

"Put, aku gabisa lanjutin hubungan ini lagi" kata Doni nyaris bergumam

"Maksudnya?" tanya Putih mulai was-was

"Iya Put, aku mau kita putus."

"Aku salah apa Don?"

"Aku ngerasa 2 tahun ini hubungan kita datar banget, kamu terlalu percaya sama aku, kamu ngga pernah cemburu, aku ngerasa hubungan kita ngebosenin.Kamu ngebosenin."

"Tapi Don, hari ini tepat dua tahun kita. Dua tahun Don, kenapa baru sekarang kamu ngomong gitu? Aku berusaha bersikap dewasa. Tetep tenang walaupun aku cemburu itu biar kita ngga ribut. Kamu sendiri yang bilang kalo kamu pengen hubungan yang dewasa tanpa banyak rengekan dan drama. Salah aku dimana Don? Biar aku perbaiki seperti mau kamu."

"Maaf. Aku memang udah ngga bisa Put."

Flashback end

Mengingat kejadian tadi malam, kembali suara isak tangis pilu itu terdengar lagi.Hatinya remuk seperti dihantam benda keras. Bagaimana tidak, 2 tahun ini hubungan mereka tidak pernah ada pertengkaran. Putih selalu mengendalikan diri walau Doni kadang bersikap mencurigakan. Bukan tidak tahu, Putih sering mendapati Doni chatting dengan perempuan lain. Doni yang sering jalan dengan teman-teman perempuannya dengan alasan pekerjaanpun Putih perbolehkan karena dia percaya. Karena dia tidak mau merusak hubungan mereka hanya karena cemburu buta. Teringat jelas waktu awal pacaran Doni berkata tidak mau mempunyai pacar yang terlalu berdrama dan cemburu. Selama 2 tahun Putih konsisten dengan komitmen ini. Tapi kini Doni memutuskannya karena alasan yang berkebalikan. Susah untuk Putih percaya tapi dia tidak berdaya.

Putih pun bangun dari tempat tidurnya, dibukanya buku catatan harian yang selalu dia simpan di laci meja rias miliknya. Sesekali diliatnya pantulan bayangan diri di cermin besar meja tersebut. Menyedihkan. Kemudian dia menulis untuk menyalurkan segala perasaannya.

17 Oktober 2010

Patah

Aku berjalan tanpa arah, ditengah dingin malam dan rintik hujan

Terus berjalan...

Bukan, aku bukan tidak sadar jemari tanganku mulai membiru kedinginan

Aku bukan tidak sadar bibirku gemetar

Aku bukan tak sadar kakiku mulai kelelahan

Aku hanya tidak mau berhenti

Karena ketika aku berhenti, aku melihat bayangmu begitu nyata

Menjauh...

Meninggalkanku...

Bukan, aku bukan tidak takut sepinya malam,bahkan aku sangat takut kegelapan

Tapi aku kini lebih takut ketika aku berhenti berjalan,

aku takut tersadar,

Sadar kau telah berhenti mencintaiku

Tuan, tahukah kau perasaan itu begitu ajaib?

Ya cinta itu begitu lucu

Kau mendekatiku hingga akhirnya aku menerimamu

Aku mencintaimu tanpa alasan, dan kemudian kamu meninggalkankupun sama,

tanpa alasan


Langit Biru dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang