Chapter 2

113 17 0
                                    

Dua hal yang membuat jantung berdetak lebih kencang hari ini

Pertama ketika gue gagal! marah! kesal!

Menyakitkan ketika gagal di detik-detik terakhir saat selangkah lagi gue yakin akan berhasil

Usaha keras yang gue bangun seperti runtuh sia-sia

Kedua adalah kamu

Entah siapa gadis bermata coklat yang menangis pilu malam itu


Terlihat mobil sport hitam memecah jalanan kota Jakarta. Dengan kecepatan cukup tinggi mobil tersebut sembarang memilih jalan. Sampailah mobil itu di pinggir jalan yang tidak begitu besar,kemudian si pengendara menghentikan mobilnya secara mendadak.

"Sial! Sial! Sial!" Umpat si pemilik mobil tersebut sambil memukul-mukul stir mobilnya.

"Bisa-bisanya gue kalah tender! Lagian gimana bisa saingan gue nurunin harga kaya nawar cabe di pasar. Emang dia dapet ukuran gedung darimana si segitu murah? Ga logis! Arghhhh." sekarang rambutnya sendiri yang menjadi sasaran kemarahan. Diacak-acak.

Reza Altair, 29 tahun si tampan berperawakan tinggi, bermuka blasteran perancis-indonesia pemilik salah satu perusahaan di bidang konstruksi. Perusahaannya memang belum terlalu besar, tapi untuk pengusaha baru di bidang perencanaan konstruksi dia sudah bisa dibilang sukses. Beberapa proyek kawasan real estate telah dia rancang. Tapi malam ini Dewi Fortuna sepertinya tidak ada dipihaknya. Dia kalah tender saat negosiasi akhir. Selangkah lagi tapi gagal. Itu yang membuatnya uring-uringan saat ini.

Lelah mengumpat pandangannya malah teralih pada seorang gadis bergaun putih yang sedang berlari sempoyongan.

"Mampus gue, tempat ini angker apa ya? Gue ngumpat langsung ada setan lewat. Hiii...," ucapnya sambil memegang leher karena bulu kuduknya berdiri

"Ehh napak tapi itu kakinya, punggungnya juga ngga bolong, bukan setan si ini tapi orang ngga waras," gumam reza masih penasaran. Refleks menyalakan mobil dan mengikuti dari belakang.

"Nah tuhhh cewe waras mana ada yang hujan-hujanan tengah malem nyari taman buat duduk-duduk."

"Loh ko dia nangis, aduh kenapa gue penasaran si, gue tungguin ahhh,"

Reza masih tetap memantau sang gadis dari jauh.

"Cantik," kata Reza tak sadar saat dengan jelas bisa melihat wajah sang gadis.

"Ko gue nyesek banget liat dia nangis, aduh kenapa gue jadi baperan begini kaya ABG nontonin sinetron."

Tak terasa hampir satu jam reza terhanyut dengan memandang sang gadis yang masih duduk sambil terus menangis terisak. Melihat si gadis akan jalan kembali, Rezapun masih terus mengikutinya dari jauh.

"Aduh gue ikutin ahhh, takut-takut dia dijahatin di tengah jalan. Paling ngga gue bisa tenang liat dia selamat sampai rumah."

Setelah sampai di gerbang sebuah rumah berlantai 3 bertuliskan "Rumah Cantik" si gadis tersebut masuk, rezapun langsung menginjak gas mobilnya untuk segera pulang. Untuk pertama kali reza penasaran dengan perempuan tak dikenal. Secara tidak langsung melindungi perempuan tersebut. Entah karena terpesona atau kasihan dia sendiripun tak tahu. Yang jelas gadis itu berhasil membuatnya lupa sejenak dengan kekesalannya hari ini.

***

Pagi harinya Reza sudah sampai kantor.

Kantor yang dia punya bukan gedung tinggi di office tower seperti perusahaan lain. Ini hanya sebuah ruko 2 lantai yang disewanya dan sulap menjadi kantor. Di depan bangunan tersebut terdapat papan nama bertuliskan "PT. Bangun Optima", nama perusahaan Reza. Lantai 1 ada ruang reception, administrasi, dan keuangan sedangkan lantai 2 dia pakai untuk ruang engineering, ruang teknis untuk produksi gambar yang sering disebut studio.

"Selamat pagi pak," Sapa seorang receptionist sopan, Nita.

"Pagi Nita," Ucap Reza sambil tersenyum

Sebagai pemimpin bagaimanapun keadaannya dia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan karyawan-karyawannya walaupun sebenarnya kekecewaan gagalnya tender kemarin masih membuatnya kesal.

Segera reza naik kelantai 2 keruang kerjanya.

Di lantai 2 adalah ruang engineering atau studio dimana semua jantung perusahaan ada disini. Sebuah perusahaan konstruksi harus memiliki tenaga ahli di bidangnya, Ada arsitek, struktur dan MEP. Arsitek adalah ahli keindahan gedung, struktur adalah ahli hitung kekuatan gedung dan MEP (mechanical, electrical plumbing) adalah ahli urus air, listrik dan semua yang menyangkut sistem bangunan.

PT.Bangun Optima yang Reza rintis ini memiliki 3 karyawan di bidang engineering. Ada Radit sahabatnya sekaligus insinyur MEP. Ada Beno dan Agus sebagai drafter atau pencetak gambar. Dan Reza sendiri sebagai pemilik sekaligus seorang arsitek yang kadang mengerjakan pekerjaan struktur juga. Perusahaan ini baru dia rintis 3 tahun, jadi masih banyak pekerjaan yang harus dia rangkap pula.

"Pagi bos, ini gambar proyek golden estate sudah jadi!" sapa Beno semangat.

"Taruh situ aja ben, ga jadi, kalah tender gue tadi malem," ucap Reza.

"Hah, ko bisa? Bukannya lu ngomong sedikit lagi kita dapet?" Sambung Radit.

"Ya mau gimana lagi, ada yang ngajuin konsep bangunan efisien banget, masa ukuran komponen struktur kecil semua? Mana banting harga murah lagi, bayar gaji karyawan pake daun kali, manpower dihargai murah?"

"Buset gue mah ogah bos dibayar pake daun apalagi cinta," seloroh Agus

"Ehhh sapa juga yang mau ngasih cintanya ke elu? Nita aje ogah." Timpal Beno yang membuat Agus menggerutu tak jelas

"Makanya bro, ini yang gue bilang, kita butuh insinyur struktur, yang ngitung-ngitung kekuatan bangunan paling efisien," Nasehat Radit

"Masalahnya gue belum dapet orangnya dit, tau sendiri teamwork itu harus senyawa, jadi satu ritme," Ujar Reza.

" Elunya idealis si, ya mane ade yang tahan sama elu, kecuali gue, Beno sama Agus.Iye gak?" Radit cari pendukung

"Iya ngga yaa? Iya banget itu satu garis digambar ilang aja mencak-mencaknya kaya cewe lagi PMS. padahal tinggal copy paste aja itu si " si Beno ngeledek

"Udah ahhh gue ke ruangan dulu, denger ocehan kalian bikin nambah puyeng" Kata Reza seraya menghilang ke ruangannya.

"Keras kepala." Sayup-sayup masih terdengar suara Radit.

Inilah situasi studio, cair dan nyaman. Reza membangun kerja tim dengan cair, karena pekerjaan perencana konstruksi adalah pekerjaan dengan tekanan tinggi, jadi jika situasi kerja terlalu kaku karyawan akan rawan depresi. Ya walaupun kadang Reza keluar galaknya apalagi kalau sedang dikejar target.

***

Ruang kerja Reza adalah ruang kecil seluas 3x3 meter dengan pintu dan beberapa jendela kaca yang bisa langsung melihat ke studio. Di tembok terpajang beberapa foto proyek yang difigura hitam hasil kerja keras timnya selama ini. Sejenak reza mengistirahatkan badannya dikursi hitam miliknya. Pikirannya justru melayang pada kejadian kemarin.

"Siapa gadis itu? Aelah ga penting banget kenapa gue malah kepikiran dia si?" gumam Reza

Reza Gagal Fokus.


Langit Biru dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang