Chapter 13

87 9 0
                                    

Banyak orang yang seakan tau cerita diri kita

Mereka membuat cerita berdasar sudut pandangnya, bukan realita

Terlalu banyak orang asing yang berbicara

Mereka menasehati agar tidak menyerah nanti menyesal melepas hubungan yang lama

Mereka tidak tahu

Sebenarnya betul aku menyesal

Aku sangat menyesal melepas dia sekarang

Mengapa tidak kulepas dari dulu saja?

Benar kata orang, kebahagiaan itu diciptakan bukan menunggu. Putih bersyukur ketika dia berada di titik terendah banyak orang yang peduli padanya. Benar-benar peduli bukan yang sok tahu dengan kehidupannya.

***

Reza dan Putih sedang menunggu Radit dalam café di salah satu Mall ternama di Jakarta. Raditlah pencetus pertemuan mereka.

"Ckkk kebiasaan nih si Radit kalo janjian telatnya keterlaluan," ucap Reza kesal sambil melipat tangan di dadanya

"Sabar pak, Jakarta itu macet apalagi Radit dari Bekasi. Bisa-bisa dari rumahnya rapi sampe sini lecek kaya cucian belum disetrika." Ujar Putih sambil tersenyum geli membayangkan Radit yang dia samakan dengan cucian.

"Jiah bisa aja lawakannya. Nah gitu dong senyum jangan jutek-jutek biar ga kaya gadis horor." Timpal Reza usil.

"Rezaaaa... ishhh nyebelin!" pekik Putih, "Ehhh Za aku mau nanya deh, tapi dijawab ya. Janji?" Putih tiba-tiba mengacungkan jari kelingkingnya menunggu Reza menyambut salam kelingkingnya itu.

"Ishhh kaya bocah, apaan si nyodorin kelingking segala." Reza geli dengan tingkah Putih

Tiba-tiba Putih menarik tangan Reza dan mengaitkan kelingking Reza ke kelingkingnya "Iya Put janji." Putih menjawab pertanyaannya sendiri dengan menirukan logat Reza sontak membuat Reza gemas.

"Hahahahaa ini mah pemaksaan. Iya-iya mau tanya apa gadis horor." kini gantian Reza yang kepo.

"Nah iya itu! Iya mau tanya itu." Kata Putih sambil mengerutkan bibir dan membuat ekspresi muka kesal

"Tanya apa?" giliran Reza bingung

"Kenapa kamu manggil aku pake sebutan 'gadis horor' bahkan saat pertama kita ketemu?" Putih memasang raut penasaran sambil menopangkan dagu di tangan.

"Wahahahahaaaa yaampun kamu mau nanya itu doang prosedurnya panjang amat. Kirain mau nanya hal yang menyangkut hidup orang banyak kaya gimana pertumbuhan ekonomi di negara kita saat ini?" Tawa renyah Reza yang jarang dia perlihatkan di depan umum meledak sudah.

"Rezaaa... aku pulang nihhh!" Putih merengek seperti anak kecil

"Jangan ngambekan dong. Abis kamu lucu sih." Reza masih menahan gelinya

"Makanya jawab!" protes Putih

"Baiklah gadis horor, jadi gini..." Rezapun menceritakan awal dia bertemu dengan Putih. Saat Putih menangis ditengah hujan dan duduk di taman malam-malam sendirian. Waktu pertama kali Reza mengira Putih hantu jadi-jadian.

"Apa? Hantu jadi-jadian? Bener-bener pengen ditinggal nih." Putih tiba-tiba memotong, kaget, malu sekaligus kesal.

"Kan suruh jujur. Ya lagian mana ada manusia mini kecil berani-beraninya jalan sendirian di tengah malam sambil hujan-hujanan pula. Pake baju putih-putih lagi. Hal pertama yang paling logis ya pasti Hantu lah." Reza membela diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Biru dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang