Impian dan target kadang bikin gue stres sendiri
Disisi lain, didepan orang apalagi karyawan, gue harus tetap tenang
Gimanapun gue seorang pemimpin
Gue yang harus ambil keputusan untuk perusahaan gue sendiri
Gengsi dan ego gue emang setinggi ini
Teman sharing?
Paling Radit, Beno dan Agus yang biasanya bukan ngasih pencerahan tapi nambah bikin rumit
Teman sharing perempuan?
Ada Radit, Beno dan Agus dibedakin digincuin
Well, gue belum punya temen perempuan yang bisa bener-bener diajak sharing
Yang ada sebelum ngobrol, kebanyakan dari mereka terpesona sama gue
Bukan kepedean tapi itu kenyataan
Reza masih saja sibuk dengan leptopnya, membuat konsep desain kawasan untuk pengajuan tender baru. Dia bukan tipikal orang gampang menyerah. Baginya, satu proyek gagal masih ada seribu proyek yang bisa direbut. Setiap langkah adalah tantangan. Itu yang kadang membuatnya menjadi tertekan sendiri. Terlalu banyak impian yang ingin dia raih untuk memajukan perusahaannya itu.
Sabtu ini memang semua tim studio lantai 2 tetap berangkat kerja. Ini karena jadwal pemasukan penawaran tender mepet, jatuh di hari Senin. Jadi semua harus lembur sesuai bagian masing-masing. Membuat konsep bangunan, memproduksi gambar, membuat penawaran harga dan lain-lainnya.
"Za, belum kelar juga?" entah sejak kapan Radit sudah ada diruangannya
"Belum, ini gue lagi bikin konsep strukturnya, sial! Rumit banget lagi." Reza mengumpat sambil mengacak rambutnya
"Hahahahhahaaaa... lu perlu ngaca kayanya sekarang, muka lu kek dompet tanggal tua, ngenes. Rambut acak-acakan kaya bebek abis kecemplung got, ini Reza yang dikagumi gadis-gadis diluar sana? Ckckckck sepertinya selera gadis jaman sekarang menurun drastis." Radit mulai mendramatisir
"Iya bos, gue juga heran kenapa bos Reza dipuja-puja cewe, nih ya gue kata, gantengnya mah ga akan tahan lama, 5 tahun lagi palingan tuh muka bakal banyak keriputnya." Seloroh Agus dari luar ruangan.
"Yah tuh kan bro, Agus aja ngomong begitu. Etapi ngga papa kali ya lu cepet tua, paling engga saingan gue berkurang satu dalam hal ketampanan." Ejek Radit
"In your dreams. Ngarep! Udah kelar emang bagian lu? Senin kurang gue toyor ye."
"Weits selow bro, jangan bilang gue engineer MEP yang handal kalo gini doang ada yang salah. Ehh bro keluar bentar kali kita, ngopi. Malem minggu ini, pantes lu jomblo mulu"
"Aduh masih banyak banget nih bagian perhitungan strukturnya, mana ada bagian yang gue harus dicari referensinya dulu lagi."
"Makanya bro, kan udah gue bilang, cari structural engineernya lah. Elu itu arsitek, sejenius apapun elu, pasti bakal lebih ahli lulusan teknik sipil. Minimal dicoba dulu pasang lowongan kerja di aplikasi online, tinggal kita interview, kalo ga cocok ya tolak susah amat." Nasehat Radit
"emmm bener juga kata lu bro, oke-oke bentar lagi kita keluar ngopi dulu.Dideket-deket sini aja, gue harus balik kesini lagi soalnya. Ajak Agus sama Beno juga."
"Siap menerima ajakan nongkrong bos apalagi kalo dibayarin." Kini giliran Beno yang siap tanggap
"Elahhh denger aja tuh kuping kalo gratisan, oke gue tunggu ya, mau beres-beres juga gue, beresin muka maksudnya biar gak tua kaya elu." Kata Radit sambil menghilang dari ruangan
"Kurang ajar! Ya tunggu 15 menit lagi, nanggung ! sekalian gue mau pasang lowongan di aplikasi, kali aja ada yang cocok."
***
Di Café
"Buset penuh amat ini sama ABG-ABG pacaran, pantes diparkiran banyak motor bebek dimodif, itu pasti knalpot suaranya kek rantang emak gue kalo jatoh." Beno ngedumel kesulitan mencari tempat duduk.
"Tapi Ben, kita ga kalah muda sama ABG kali, 11-12lah mudanya, kecuali si Reza si, kek om-om hahhahahaaa." Ledek Radit ga kelar-kelar
"Wah kita kaya ponakan jalan sma om-om brarti dong bos?" tambah Agus
"waaa parah gue kaga bilang gitu padahal. Nih Za, potong gaji aja ni si Agus. Ngecengi mulu daritadi." Radit merubah target bullyan
"Etttt becanda bos, selow kaya di pulau, gaji gue ga dipotong aje utang gue banyak, apalagi dipotong." Agus mulai panik
"Udah-udah nambah puyeng gue dengerin kalian," Reza mendahului mereka lalu mencari sofa kosong didekat jendela.
Setelah mendapat tempat duduk, Beno dan Agus beringas mencari daftar menu makanan sedangkan Radit masih jelalatan mencari target cuci mata. Sayup-sayup terdengar perdebatan Agus-Beno yang kebingungan memesan menu.
"Varian kopinya banyak amat ini, kaga ada kopi item sama singkong rebus apa?" Si Agus galau.
"Yaelah, repot nih ngajak orang susah ketempat bagusan dikit, yang dicari singkong." Beno menimpali.
"Cuy-cuy liat cewe arah jam 12 cantik tuh, tapi ada lakinya si." Radit gagal fokus.
"Mana-mana cewe cantik mana." Agus heboh celingukan, over reaktif. Membuat mereka jadi pusat perhatian. Agus langsung mendapat hadiah toyoran dari Beno.
"Malu-maluin! Tuh cowonya ngerasa lagi, melototin gue kan jadinya. Besok yang begini-begini ga usah diajak nih." Ujar Radit kesal.
Reza hanya tertawa ringan melihat polah teman-temannya itu. Hiburan tersendiri baginya. Lumayan lawak gratis. Tiba-tiba pandangannya beralih ke kursi paling pojok café itu. Di sudut ruangan, duduk seorang perempuan yang tak asing baginya. Gadis 'horor' itu lagi. Tertunduk lagi dan menangis lagi.
***
Setelah nongkrong di café, mereka berempat pulang secara terpisah. Reza masih harus kembali ke kantor melanjutkan pekerjaannya. Didalam perjalanan, lagi-lagi Reza memikirkan sang gadis horor itu.
"Gue ga ketempelan kan ya waktu itu? Gue curiga dia arwah penasaran yang ngehantuin gue mulu." Gumam Reza.
"Ahhh ga mungkin ga mungkin gue liat dia napak ko. Apa dia lagi ikut program reality show yang kerjaannya nangis-nangis gitu? pake kamera tersembunyi jangan-jangan." Asumsi kedua Reza.
"Tapi masa aktingnya sebagus itu, gue ikut nyesek banget ini tiap dia ngelap air mata. Matanya indah banget lagi, gagal move on gue sama matanya." Reza tambah ngaco.
"Sayang, cantik-cantik kaya tersiksa, kaya zombie hidup, kaya boneka yang ngga ada nyawanya. Haduhhh Reza! fokus Za! bodoamat ama gadis 'horor' itu! Kaga bakal nyelesaiin kerjaan lu juga." Reza menyadarkan diri sendiri.
Untuk.Kedua kalinya. Reza.Gagal.Fokus.Dengan.Gadis.Yang.Sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru dan Bintang
RomanceUntuk seseorang yang membuatku patah sepatah-patahnya Yang meninggalkan saat aku sudah bersandar sepenuhnya Yang menghancurkan perasaan saat aku percaya seluruhnya Yang menjadi penyiksa paling kejam saat kumemilih menjadikannya sumber bahagia Yang m...