Chapter 10

95 12 0
                                    

Dari cinta kita belajar

Sebenarnya berapa besar cinta yang kita beri ke seseorang

Sebesar itu juga kemungkinan kita dikecewakan

Kadang, besar cinta yang diberikan akan berbanding lurus dengan kekecewaan

Sampai kita memutuskan untuk berhenti

Berhenti berjuang daripada sakit sendiri

Berhenti berjuang bukan berarti pecundang

Menyerah bukan berarti lemah

Pada akhirnya berhenti bisa jadi ajang penghargaan pada diri

Menyerah bisa berarti menolong diri dari sakit hati yang tak terperi

Sebab, Apa hal positif dari memperjuangkan seseorang tetapi membunuh perlahan diri sendiri?

Pada akhirnya Putih sadar banyak fase yang dia lalui setelah putus dengan Doni. Fase menangis sampai sesak nafas dan kelelahan, fase mempertaruhkan karir, sampai fase menerima kenyataan bahwa Doni sudah bersama dengan wanita lain. Dia hanya harus kuat dan siap menghadapi fase-fase berikutnya. Dia hanya harus belajar membuang semua kenangan tentang Doni. Tekadnya untuk menyerah akan Doni sudah bulat. Tidak akan langsung bisa memang, tapi dia akan berusaha memulai. Memulai dengan berusaha menyibukkan diri dengan kegiatan lain sampai lupa waktu. Bekerja sampai lupa tentang kenangannya dengan Doni.

"Put, lembur lagi? Emang banyak banget ya kerjaan lu?" tanya Radit

"Iya nih nanggung sebentar lagi." Jawab Putih yang masih fokus dengan leptopnya

"Muka lu pucet tuh, istirahat sebentarlah, makan. Emang kerjaan apa si yang dikasih Reza sampe beberapa hari ini lu lembur ngga ketulungan?" tanya Radit lagi. Dia prihatin dengan keadaan Putih.

"Ehhh Reza? Dia ngga minta gue lembur-lembur ko, ini gue sendiri malah yang inisiatif, daripada guenya sendiri kurang kerjaan." Jawab Putih

"Ko bisa lu yang minta? Ada apa sih? Lu ko kaya ngoyo banget sampe lupa badan gitu? kalo perlu temen bicara gue siap ko, anggep aja gue kakak laki-laki lu. Sama kaya Reza yang udah gue anggep sodara sendiri." Radit cemas

"Siap Boss, hehehee makasih ya. Tapi emang gue baik-baik aja hehehehe. Tawaran lu boleh juga, gue tagih kapan-kapan ya." Kali ini Putih meyakinkan Radit dengan pura-pura semangat

"Oke deh, kalo gitu gue duluan, cewek gue udah nungguin soalnya. Ehhh kapan-kapan kita jalan bareng yuk berempat, sama cewek gue sama Reza juga. Bos lu kurang piknik juga tuh kayanya." Ucap radit sambil berkemas

"Siap laksanakan." Putih memberi hormat pada Radit

"Oke Bye, Za gue duluan ya. Kalian sama aja nih, kalo udah kerja sampe lupa makan. Ajak Putih istirahat makan sebentar bro." Ucap Radit setengah berteriak agar Reza dengar

"Oke bro, ati-ati dijalan." Jawab Reza dari dalam ruangannya

***

Sebenarnya Reza selalu memonitor setiap gerak-gerik Putih. Dia tahu Putih sedang menyibukkan diri untuk menghindari dari sesuatu. Bukan Reza tidak tahu, Putih kadang menangis sendiri saat lembur kerja. Bagi Reza inilah hal yang paling menyiksa. Entah kenapa, tiap melihat Putih sedih, hatinya sesak. Tapi Rezapun tak berdaya, Reza tau dia orang baru bagi hidup Putih. Tidak mungkin dia mengorek dalam kehidupan pribadi Putih. Yang dia bisa lakukan sekarang adalah memperhatikan Putih, melindunginya dari jauh dan memastikan Putih baik-baik saja.

"Aku tau Put, Aku terlalu cepat untuk menawarkan diri jadi pelindungmu, apalagi hatimu sedang tidak baik-baik saja. Entah oleh siapa. Tapi aku tetep berusaha memastikan kamu tidak kenapa-kenapa. Walau dari jauh." Gumam Reza tulus sambil melihat Putih dari sela pintu ruangannya

Langit Biru dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang