Sesampainya Reza mengantarkan Putih, dia kembali lagi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya. Hari sudah petang, lagi-lagi dia sendirian di kantor. Tiba-tiba pikirannya mengingat kejadian siang tadi.
" Kenapa Putih tiba-tiba seperti itu? Keceriaannya berubah menjadi kepedihan seperti malam gue ketemu dia pertama kali?" gumam Reza pada dirinya sendiri.
Dihampirinya meja kerja Putih. Terpampang sebuah vas bunga cantik dipojok meja berjejer dengan foto Putih yang difigura.
"Cantik" ucap Reza
Teralih perhatian Reza ke buku catatan kecil warna ungu, karena penasaran dibukanya buku catatan itu secara acak. Terdapat beberapa puisi yang dibuat oleh empunya.
Ceria bukan berarti tak bisa tersakiti
Tertawa bukan berarti tak menyimpan luka
Lalu mengapa ketika aku menunjukkan sedikit lukaku pada dunia
Mereka bilang aku berdrama?
Kenapa saat kuperlihatkan sebentar saja tangisku
Mereka bilang aku bersandiwara?
Apa aku tak boleh lelah, meneteskan airmata dan berbagi sedikit saja perih yang ada?
Kenapa kalian menerima tawaku tapi menolak tangisku?
Menerima tawa yang selama ini mungkin saja hanya drama untuk menyimpan luka?
Begitu sempurnanya kamu dimata mereka, hai sang pembuat luka
Sehingga aku mengeluh karenamu saja dunia menolakku
Tidak layakkah aku mendapatkan pembelaanmu sedikit saja, hai semesta?
Ceriaku bisa lelah jua, tawaku juga bisa berubah jadi airmata
Kuatku bisa jadi lemah
Aku tak berdaya
Putih, 20 Oktober 2010
Tersadar itu buku catatan pribadi, Reza tidak melanjutkan membacanya. Seberapapun rasa penasaran Reza, dia tahu batas privasi. Dia ingin suatu saat Putih sendiri yang bercerita tentang hidupnya, bukan karena dia yang mengkorek-koreknya.
"Putih, jika kamu butuh pelindung dari dunia, jika kamu butuh penyembuh dari luka, aku bersedia selalu ada untukmu." Reza berjanji pada dirinya sendiri
***
20 Oktober 2010
Putih sedang berada di sebuah café sendirian, meratapi lagi nasibnya, putus dari Doni dan bertambah buruk ketika dia dipecat dari pekerjaan yang di impikan sejak kecil. Sedang terdiam sendirian, tiba-tiba seorang gadis berseragam kantoran menyapa.
"Hoi Put, lagi ngapain lu disini? Sendirian aja?" sapa Mia
"Iya nih sendirian aja." Putih berusaha ceria
"Boleh gue duduk sini?" tanya Mia
"Boleh-boleh silahkan." Putih seadanya
Mia adalah rival sekaligus teman sekantor Putih yang dulu.
"Put, tumben ngga sama Doni, biasanya pulang pergi kemana-mana dianter kaya tawanan." ceplos Mia
"Udah jalan sendiri-sendiri gue." Jawab Putih seadanya
"Wow, kenapa bisa? Lu selingkuh ya? Lu kan keliatan gampang deket sama cowo si. Doni itu keliatan baik loh put, ko lu sia-siain si? Ganteng baik kurang apa coba?" Mia semakin menjadi
"Engga, kita bubar karena memang udah ngga cocok. Dan kenapa gue gampang deket sama orang apalagi cowo, karena partner kita di dunia konstruksi kebanyakan cowok kan?" Putih berusaha tidak terpancing.
"Ohh... ehhh iya satu lagi, denger-denger lu dipecat? Kaget gue, bukannya kemarin-kemarin lu dipromosiin jadi manager?" tambah Mia
"Yah gimana lagi Mi, belum rejeki gue." Putih menarik nafas panjang menahan emosi
"Ohhh gitu, ya udah gue duluan deh kalo gitu. Ya semoga kita ketemu lagi si Put mengingat elu udah di pecat kemungkinannya kan kecil tuh buat ketemu. Oh ya satu lagi gue mau ngasih tau, karena elu gagal, jadi gue deh yang dipromosiin jadi manager. Oke gue duluan bye." Mia tersenyum penuh kemenangan
"Ohhh selamat ya, bye." Putih tersenyum kecut.
Mia sudah menghilang. Putih melihat sosok tersebut sambil menangis. Tiba-tiba terdengar notifikasi dari ponselnya, ternyata Mia mengirimkan komen di instagramnya. Foto full hitam yang dia posting beberapa hari yang lalu terdapat beberapa komentar.
@Angel17 put, lu kenapa ga bales WA gue ( 1 week ago )
@Ranicute put, gue telpon ga diangkat-angkat (1 week ago )
@MiaSmartgirl wah yang abis putus begini bener ngedramanya put? Hahahaaa becanda (10 minute ago)
Luka dihatinya sempurna sudah, ditinggalkan, dipecat dan terakhir dihakimi orang yang tidak tahu hubungan Putih-Doni sebenarnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Biru dan Bintang
RomanceUntuk seseorang yang membuatku patah sepatah-patahnya Yang meninggalkan saat aku sudah bersandar sepenuhnya Yang menghancurkan perasaan saat aku percaya seluruhnya Yang menjadi penyiksa paling kejam saat kumemilih menjadikannya sumber bahagia Yang m...