"Ini tugas pertamamu, Dazai."
Ia menerima beberapa lembar dokumen. Tugas pertama baginya untuk menyelidiki kasus, pekerjaan detektif sungguhan.
Di temani Kunikida ia di haruskan mencari petunjuk dari dokumen yang ada. Sebuah kasus pembunuhan di Yokohama.
Dazai pikir ini akan mudah, namun tidak seindah bayangannya. Semua sulit, sedikit terbelit.
Dazai Kunikida mau tidak mau harus duduk berjam-jam untuk mencari petunjuk, alis berkerut memikirkan hal kecil yang barang kali terlewat. Tapi apa?
"Ah!" suara lantang menggema di ruangan sepetak itu.
Menoleh, mereka mendapati detektif hebat muncul dari balik pintu. Kaki ramping berjalan, melompat.
"Aku ingin mengambil manisanku yang tertinggal."
Dazai menatap sekilas, lantas ia mengalihkan kembali fokus pada tugas. Alisnya kembali berkerut hampir bertaut. Kunikida kembali membaca, maniknya bergerak cepat menjelajah kata demi kata.
Sapuan nafas hangat mengenai telinga Dazai, pria itu dibuat beku olehnya.
"Ini mudah." Ranpo berkata tepat di telinga Dazai.
Dalam jarak dekat, Dazai dapat merasakan aroma Ranpo yang manis.
Kertas di tangannya sudah ditimpa oleh jari detektif yang menunjuk angkuh.
"Biar ku perlihatkan bagaimana seorang detektif hebat bekerja."
Dazai melihat sekilas ke arah Ranpo, melihat detektif itu tersenyum bangga.
"Dazai, kau belum lihat kekuatan super dedukasiku kan?" Dazai menggeleng sebagai jawaban. Tidak perlu perintah Dazai tahu diri untuk mengangkat diri dari kursinya, memberi Ranpo tuk duduk.
Pemuda itu membiarkan tugasnya diambil. Menjaga jarak dengan berdiri di belakang Ranpo, dengan kondisi di mana ia dapat melakukan sesuatu tuk menganalisis.
Kacamata kebanggaan keluar dari saku berpindah ke pangkal hidung. Beberapa kali Ranpo membetulkan letak kacamatanya. Manik yang kerap kali bersembunyi menampakkan diri, bergerak cepat melihat kertas di tangan.
"Aku tau pelakunya."
Dazai berdecak kagum.
Jari mengetuk foto di atas meja, dengan penuh keyakinan Ranpo mengutarakan pelaku dari kasus Dazai.
Pemuda itu dibuat kagum olehnya, sungguh. Andai saja Dazai tidak tahu fakta yang ada dia tidak akan sekagum ini.
"Sudah ya aku pergi dulu. Untuk bayarannya cukup belikan saja aku manisan."
Tak lama Ranpo pergi membawa kekasihnya (manisan). Meninggalkan Dazai yang masih terkagum.
Kunikida melirik Dazai, melihat senyum aneh terlukis di wajah si pemuda.
"Ada apa Dazai?"
"Ranpo-san sungguh hebat ya," kata Dazai sembari menarik kursi di seberang Kunikida.
"Ah iya. Itu karena super dedukasinya."
"Kunikida-kun, kau tidak tahu?"
"Apa?"
Pemuda itu menyeringai kecil. "Sebenarnya, diam-diam tadi aku menyentuh rambut Ranpo-san, kau tahu kan setiap orang yang disentuh olehku tidak dapat menggunakan kemampuannya."
Jeda beberapa saat, netra Kunikida membelalak tidak percaya. Ia tidak dapat mengeluarkan kata-kata yang sudah di ujung lidah.
Dazai tersenyum, dalam hati mengulum sanjung. Ia seolah-olah mengerti apa yang terjadi. Alasan sikap sombong Ranpo yang tidak tertandingi.
Sama halnya bagaimana Dazai tahu, ia menghormati Ranpo sebagai seorang detektif. Bukan karena usia.
***
Author note :
Adegan Dazai nyentuh Rambut Ranpo di awal pertemuan itu canon. Ada di light novel Dazai yang baru masuk ke agensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 month || Edogawa Ranpo
Fanfiction( sequel Everglow ) Dengan super dedukasinya semua misteri sekejap terselesaikan, hanya butuh waktu semenit baginya untuk menyelesaikan. Tapi tidak baginya saat pemuda itu hadir, memberi misteri yang lebih besar. Bukan sehari atau sebulan, tapi dua...