Dazai adalah misteri terbesar baginya, dalam kehidupan 26 tahunnya, baru kali ini ia menemukan sesuatu yang menantang otak.
Ranpo bahkan tidak ingat kapan ia pernah berpusing-pusing akan kasus yang ada (karena dengan otaknya kita semua tahu, Ranpo dapat memecahkan kasus tersulit dalam kurun waktu di bawah semenit).
Ia ingin bertingkah tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Dazai, tapi ia tahu rasa penasaran seorang manusia tidak dapat dikalahkan. Lalu beginilah Ranpo. Pria itu kerap kali kala melihat Dazai, apapun yang ada. Apapun yang terlintas saat melihat Dazai, akan membawanya pada hipotesis-hipotesis yang tidak masuk akal.
Ranpo kadang berpikir, bagaimana pemuda ini dapat menyembunyikan semua?
Ini bukan seperti Edogawa Ranpo, seorang detektif yang di kabarkan dapat memecahkan kasus dalam sekejap, bagaimana kasus dari seorang pemuda ababil dapat membuatnya seperti ini?
Ranpo terlalu gengsi untuk mengakui, tapi Dazai adalah orang yang ia sukai untuk rasa misteriusnya. Sungguh hanya itu.
Lalu Ranpo ingat kejadian beberapa tahun lalu, kala Agensi baru saja di buka. Seorang pria berambut merah marron pernah menjadi partnernya sehari. Ranpo lupa siapa namanya. Yang ia ingat pria itu adalah anggota mafia yang mengasuh anak yatim.
Jika diingat lagi, terakhir kali ia bertemu orang itu adalah saat hujan deras di tepi jembatan. Hari yang sama saat ia bertemu dengan Dazai.
Dan otak dedukasinya seketika bekerja. Zamrud membelalak lebar.
Ia tau sedikit rahasia milik Dazai. Meski hanya sedikit tapi Ranpo senang akan hal itu.
Dan omong-omong. Keadaan di agensi begitu sepi hingga suara angin di jendela terdengar begitu jelas.
Ruangan itu hanya berisi dua makhluk hidup pemalas yang enggan bekerja berat. Tapi untuk saat ini, Ranpo memang sedang tidak bertugas yang menuntutnya untuk jalan keluar. Lain cerita dengan pemuda di seberangnya yang memilih kabur dari tugas, menghindari ocehan partnernya yang lelah dengan sikap si pemuda.
"Oi Dazai," panggil Ranpo dengan nada baritonenya. Membuat suara itu menggema di ruangan 2-3 petak tersebut.
"Apa?"
"Maaf untuk bunganya."
Dazai melirik, hanya sedikit.
"Itu memang hadiah untukmu Ranpo-san."
Meski tidak melihat Ranpo tau ada kebohongan di ucapan Dazai.
"Sampaikan salamku padanya, ia adalah pria yang baik."
Dazai diam, membisu. Dengan sedikit tidak percaya ia melihat ke arah Ranpo yang tertidur.
Dazai tidak akan bertanya apa pun yang Ranpo tahu.
"Baik, akan ku katakan jika aku ke sana lagi."
Di balik topi penutup wajah, bibir kecil tersenyum tipis membalas.
'Itu memang seharusnya'
***
Had i told you before?
You is an abyss.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 month || Edogawa Ranpo
Fanfiction( sequel Everglow ) Dengan super dedukasinya semua misteri sekejap terselesaikan, hanya butuh waktu semenit baginya untuk menyelesaikan. Tapi tidak baginya saat pemuda itu hadir, memberi misteri yang lebih besar. Bukan sehari atau sebulan, tapi dua...