Episode 12

2.1K 96 1
                                    

*Si Kembar -- spin off Serial BINTANG

Keputusan Ali sudah bulat.
Dia tidak meminta persetujuanku atau Seli untuk melaksanakannya. Beberapa menit sebelum matahari tenggelam, saat Si Kembar muncul di dekat kami, hendak mengingatkan menyuruh kami segera masuk stupa, Ali bicara lebih dulu.
"Aku tahu siapa sebenarnya Slon."
Si Kembar saling tatap.
"Kalian adalah Slon tersebut." Ali berkata serius.
Pelataran candi lengang sejenak.
"Iya, itu akurat sekali." Ngglanggeram akhirnya bicara, "Kami minta maaf tidak bilang sejak pertama kali, Ali, karena kami tidak mau kalian terganggu dengan fakta itu. Selain itu, aku tahu kamu juga sudah bisa menyimpulkan hal tersebut sejak awal. Kami tidak mau membahasnya, itu bukan topik percakapan yang menyenangkan."
"Dan aku tahu benda apa yang dicuri dari Bor-O-Budr dua ribu tahun lalu." Ali langsung masuk ke topik paling pentng. Aku hendak mencegah, tapi sia-sia, aku tahu tabiat keras kepala Ali, itu tidak akan berguna.
"Apa maksudmu, Ali?" Ngglanggeram menatap menyelidik.
Ali melepas dua sarung tangannya.
Dalam gerakan dramatis, saat sarung tangan itu dilepas, wujud sarung tangannya langsung terlihat. Terbuat dari kulit yang sangat elok, dengan motif rumit tak terbayangkan. Cahaya matahari senja membuatnya berpendar-pendar.
"Astaga?" Ngglanggeran bahkan reflek melangkah mundur.
"Sarung Tangan Pengendali!" Saudara kembarnya berseru tertahan.
"Ini milik kalian, ambillah." Ali menjulurkan sarung tangan itu. Ali adalah Ali, dia tidak pernah membutuhkan pengantar, pembukaan, apalagi penjelasan. Jika dia telah memutuskan, dia akan melakukannya langsung. Segera.
"Tapi, hei, bagaimana kamu memilikinya, Ali?" Ngglanggeram patah-patah menerimanya.
"Ini sangat mengejutkan, kami tidak tahu kalian membawa benda pengendali ini. Dan Ali? Kamu mengenakannya sepanjang hari sejak tiba di sini? Kami tidak melihatnya di tanganmu. Itu berarti-" Saudara kembarnya terdiam, menatap Ali lamat-lamat, "Kamu adalah penduduk Klan Aldebaran. Itu mustahil."
Ali menggeleng, "Orang tuaku tinggal di Klan Bumi. Mereka penduduk biasa."
"Atau dia adalah garis keturunan ke sekian dari ekspedisi raksasa Klan Aldebaran empat puluh ribu tahun lalu. Di satu titik, kode genetik paling langka itu diwariskan, kembali muncul. Tentu saja dia jadi pintar sekali. Sekaligus-" Ngglanggeran terdiam, "Dan tentu saja.... Dia sekaligus mewarisi kode genetik kutukan tersebut."
Ali mengangguk, "Iya, aku bisa berubah menjadi beruang pemarah. Pemicu perubahanku adalah marah."
Ngglanggeran menepuk dahinya. Seperti mendengar kabar buruk.
"Kalian harus segera mengenakan sarung itu. Matahari hampir tenggelam." Ali menunjuk sunset.
Di dinding barat, bola matahari sudah tinggal separuh.
Si Kembar mengangguk, dengan cepat mereka mengenakannya, masing-masing satu sarung, di tangan yang berbeda, saling melengkapi. Persis saat matahari menghilang, sarung tangan itu telah terpasang sempurna.
Seketika!!
Aku dan Seli menatap tegang.
Tubuh Ngglanggeran dan Ngglanggeram terlihat bergetar kencang. Sarung tangan itu bercahaya terang. Aku menahan nafas. Apakah Si Kembar akan berubah menjadi monster gajah? Bagaimana jika Ali salah, itu bukan sarung tangan mereka. Tapi Ali jarang sekali membuat kesimpulan yang salah.
Cahaya dari tangan mereka menghilang, sarung tangan itu berubah menjadi seperti kulit gajah tebal. Dua pemuda di depan kami tidak berubah wujud, tetap seperti semula, hanya sarung tangannya yang berubah-seperti Ali saat dia berubah menjadi beruang, hanya sarung tangannya yang berbulu tebal. Slon. Inilah wujud terkendali Slon. Si kembar yang kami kenal.
Ngglanggeran mengangkat tangan kirinya, berseru riang, "Hei! Sudah lama sekali kami tidak merasakan sensasi ini."
Saudara kembarnya tertawa pelan, mengangguk, ikut memperhatikan tangan kanannya, yang dilapisi kulit gajah, "Ini sangat menyenangkan. Aku bisa merasakan seluruh kekuatannya. Dua ribu tahun kami terpisahkan dari benda ini. Dua ribu tahun Slon mengamuk tak terkendali."
"Terima kasih, Ali. Ini fantastis. Bagaimana kamu memiliki sarung tangan ini?" Ngglanggeram teringat sesuatu, bertanya.
"Penjaga Ruangan Sampah Klan Bintang yang memberikannya. Pencuri sarung tangan ini meninggalkannya di sana." Ali menjawab pelan. Wajahnya sejenak terlihat sedih.
Aku ikut menatap sedih Ali. Dia dulu sangat menginginkan sarung tangan tersebut. Saat dia memperolehnya tak terbilang suka cita Ali. Malam ini dia harus mengembalikannya kepada pemiliknya yang sah.
"Lihatlah! Benda ini ditempa oleh seniman sekaligus ilmuwan terbaik Klan Aldebaran." Ngglanggeram masih mengangkat tangannya, "Di jantung peradaban Klan. Menggunakan material paling hebat di sana, dengan teknologi paling mutakhir. Ada empat puluh portal yang dibuka, empat puluh rombongan, setiap kapsul terbang membawa sepasang sarung tangan, dengan fungsi masing-masing. Yang satu ini adalah Sarung Tangan Pengendali. Milik kami berdua."
Aku dan Seli saling tatap, kami baru tahu informasi tersebut. Itu berarti dua pasang di antaranya sekarang kami yang memakainya. Av yang memberikannya, setelah tersimpan di Perpustakaan Kota Tishri. Satu pasang aku yang memakainya, Av menyebutnya Sarung Tangan Bulan. Satu pasang dipakai oleh Seli, Sarung Tangan Matahari. Hanya orang dengan kemampuan tertentu yang bisa melihatnya saat dikenakan.
"Tanpa sarung tangan ini kami berubah menjadi Slon yang buas, Ali. Sama sepertimu, beruang pemarah itu. Hei-" Ngglanggeran terdiam sejenak. Menoleh saudara kembarnya.
"Astaga. Ini menjadi rumit. Sama seperti kami, tanpa sarung tangan ini, kamu akan menjadi beruang pemarah tidak terkendali, Ali. Kekuatanmu semakin lama akan semakin mengerikan. Kamu bisa membahayakan teman-temanmu, juga klan permukaan."
"Aku tahu itu." Ali berkata pelan, "Bisakah kalian mengantar Raib dan Seli pulang? Kalian juga bisa keluar dari ruangan ini dengan aman. Aku tidak bisa keluar, aku akan tinggal di sini."
Pelataran candi lengang. Suara debur ombak danau terdengar pelan. Malam ini, setelah dua ribu tahun, Bor-O-Bdur akhirnya punya malam yang lengang, tidak ada Slon yang mengamuk.
Si Kembar tertegun, saling tatap. Mereka mendapatkan kembali sarung tangannya, tapi Ali tidak.
"Baik, Ali. Jika itu keputusanmu, kami akan mengantar Raib dan Seli ke mulut lorong."
"ILY, tolong bawa mereka." Ali memanggil kapsul perak.
ILY mendesing mendekati kami, membuka pintunya.
Aku dan Seli saling tatap.
"Saatnya pulang, Ra, Seli!" Ali tersenyum.
Seli menggeleng kencang. Dia tidak mau pulang tanpa Ali.
Aku meremas jemariku.
"Raib, Seli, sangat tidak bijak jika kalian tidak pulang sekarang." ILY bicara.
Dasar cerewet! Aku menggeleng. Tidak ada yang boleh pulang tanpa Ali.
"Seluruh petinggi tiga Klan akan cemas mencari kalian, Raib, Seli. Segera naik." ILY bicara lagi.
"Ayo, Ra, Seli. Kita tidak perlu bertengkar karena ini. Jangan cemaskan aku. Kalian tahu, aku super jenius. Aku akan memikirkan cara mengendalikan perubahanku. Itu adalah PR seumur hidupku-PR yang sangat menyebalkan." Ali tertawa pelan.
"Tidak bisakah Klan Aldebaran mengirimkan Sarung Tangan baru?" Seli berseru, menoleh kepada Si Kembar, memohon.
Ngglanggeran diam sejenak, "Itu bisa jadi jalan keluar yang baik. Tapi benda ini tidak bisa dibuat sembarangan, Seli. Membutuhkan setidaknya satu tahun untuk menempa satu sarung tangan. Siklus waktu di Klan Aldebaran seribu kali lebih lama dibanding Klan Bumi, itu berarti butuh seribu tahun menurut Klan Bumi baru jadi."
"Tidak apa. Aku bisa menunggu selama seribu tahun." Ali tersenyum.
"ALI!!" Aku membentaknya, itu tidak lucu.
"Dan lebih rumit lagi, kami harus pulang ke Klan Aldebaran untuk membawa Sarung Tangan baru. Membuka portal menuju Klan Aldebaran bukan perkara mudah. Aku dan Ngglanggeram membutuhkan setidaknya lima dari anggota rombongan asli ekspedisi dulu untuk membuatnya, dengan menggabungkan kekuatan dan teknik dunia paralel. Kami hanya berdua, butuh tiga orang lagi."
Aku mengeluh tertahan.
"ILY, bawa Raib dan Seli kembali ke Klan permukaan." Ali berseru tegas.
"Baik, Ali. Perintah dilaksanakan."
ILY mendesing, mengeluarkan dua belalai dengan jari-jari besar, dalam gerakan cepat, belalai itu menyambar pinggangku dan Seli, lantas menarik kami masuk ke dalam kapsul perak.
"Lepaskan, ILY!!" Seli berteriak marah.
"Seli, kalian harus pulang!"
"Aku tidak mau pulang." Seli berusaha melepaskan belalai.
Terlambat. Kami sudah terbanting masuk ke dalam kapsul perak.
"ILY, aktifkan mode mengunci seluruh pintu keluar." Ali berseru.
"Baik, Ali. Perintah dilaksanakan!"
ILY menutup seluruh celah kapsul perak.
Aku dan Seli terkunci di dalam. Aku berteriak marah, mengangkat tanganku, bersiap melepas pukulan berdentum, memaksa keluar.
"Itu sungguh bukan keputusan yang bijak, Raib. Pukulanmu tidak akan mampu menembus kapsul. Kamu hanya akan membahayakan Seli." ILY memberitahu, suaranya serius sekali.
Gerakan tanganku terhenti, juga Seli yang bersiap melepas petir. Itu benar, Slon bahkan tidak bisa menembus atau merusak ILY, pukulanku juga tidak akan berhasil. Itu hanya akan memantul di interior ILY, mengenai aku dan Seli di dalamnya.
"Bawa mereka pulang, Ngglanggeram, aku mohon." Di luar kapsul, Ali menoleh ke Si Kembar.
Ngglanggeram mengangguk. Dia melangkah mendekati kapsul perak. Tangannya menempel di kapsul, mulai mengangkat kapsul terbang ke atas.
"Kamu ikut denganku, Ali." Ngglanggeran memegang tanganku, "Aku akan memberikan kesempatan terakhir kepadamu agar bisa berpisah dengan teman-teman terbaikmu di mulut lorong atas sana."
Aku mengangguk.
Segera, kami mulai terbang naik menembus gel tak terlihat yang selama ini menghambat benda apapun meloloskan diri. Slon dalam wujud terkendali memiliki kekuatan besar melewatinya.
Itu sungguh pemandangan yang menyedihkan. Aku bisa melihat Ali dari dinding transparan ILY. Aku bisa melihatnya terbang bersama Ngglanggeran satu meter di samping kapsul perak yang dibawa Ngglanggeram.
Seli menangis, memukuli dinding kapsul. Dia berseru-seru menyuruh ILY membuka pintu. Sia-sia, ILY seperti membatu, tidak mendengarkan.
Lima belas menit, kami tiba persis di langit-langit ruangan, di mulut lorong. Kami telah berhasil melewati gel tak terlihat. Di bawah sana, candi Bor-O-Bdur terlihat kecil, dengan hamparan danau indah, hutan lebat, dan pegununga salju.
Ngglanggeram melepaskan kapsul perak.
ILY mengambang, menunggu perintah berikutnya.
"Bawa mereka pulang, ILY." Ali berkata pelan. Melambaikan tangan.
"Jangan lakukan, ILY!" Seli berseru panik, memukuli dinding ILY semakin kencang.
"Aku perintahkan kamu berhenti, ILY!" Aku juga berseru, berdiri.
Tapi ILY jelas tidak akan menuruti perintahku. Dia memiliki penilaian rasional atas situasi apapun. Dan membawa aku dan Seli pulang, meninggalkan Ali, adalah keputusan rasional terbaik.
"Aku mohon ILY. Jangan lakukan. Aku mohon...." Seli memohon.
ILY mendesing tidak peduli, mulai bergerak meninggalkan ruangan.
Aku meremas jemariku semakin keras.
Bagaimana mungkin? Setelah semua petualangan kami di dunia paralel, setelah semua itu, persahabatan kami berakhir di sini. Ali mengorbankan dirinya terkurung di penjara agar kami bisa pulang. Bagaimana mungkin? Ali yang pandai bermain tebak-tebakan di Klan Matahari saat kompetisi mencari bunga matahari pertama mekar, kami yang menaiki Harimau Putih, Ali yang membuatkanku mie rebus pedas, Ali yang menghibur jika Seli bersedih hati dan patah semangat, Ali yang menaklukkan permainan lelucon di Klan Bintang, Ali yang jahil, Ali yang pandai bermain basket, semua kejadian itu kembali di ingatanku. Seperti sedang menonton televisi yang memutar kejadian.
Ali melambaikan tangannya sekali lagi di bawah sana.
Mengirim salam perpisahan terakhir.
ILY mendesing semakin kencang, siap melesat melewati lorong.
Bersiap pulang. Meninggalkan Ali selama-lamanya.
*bersambung

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang