EPISODE 3

2.9K 135 2
                                    


*Si Kembar -- spin off Serial BINTANG

⭐ ⭐ ⭐

"ILY?" Seli menatap Ali tidak mengerti, "Bukankah ILY tinggal di kota kita? Di basemen rumahmu?"
Ali menggeleng, menunjuk ke atas, "ILY ada di atas kepala kita sekarang, Seli. Terbang mengambang seratus meter. Aku mengaktifkan mode tidak terlihatnya-tentu saja. Kamu tidak usah cemas orang lain melihatnya, Ra." Ali menjawab santai, menoleh padaku.
Seli menatap Ali-setengah tidak percaya.
"Aku memang memanggil ILY kalau itu pertanyaannya. Dia terbang beberapa menit lalu saat sensorku berbunyi. Dia hanya butuh tiga menit ke sini. Melesat cepat. Tenang saja, dia tidak akan menabrak pesawat, atau burung, ILY adalah benda terbang paling canggih di bumi."
Si Jenius itu menyeringai lebar-seperti hendak bilang betapa jeniusnya dia.
Seli tertawa pelan-aku menyikut Seli, kenapa pula harus 'memuji' Ali.
"Bagaimana? Kalian ikut denganku memeriksa sesuatu itu? Dengan seluruh teknologi yang dimiliki ILY kita bisa masuk ke dalam candi tanpa terlihat."
"Tapi kita tetap tidak bisa menghilang begitu saja dari rombongan, Ali. Bu Ati akan memeriksa." Seli menoleh ke rombongan yang sudah jauh di atas anak tangga.
"Ibu Ati hanya akan berpikir kita tertinggal di belakang, Ra. Atau yang lebih keren lagi, Bu Ati menyangka kita sangat antusias, memeriksa sendiri relief candi. Dia tidak akan cemas. Ini lokasi wisata, siapapun bisa terpisah tidak sengaja."
Aku mengusap wajah. Keberatan.
"Ayolah, Ra, Seli. Aku tidak tahu apakah sesuatu itu akan terus berada di dalam candi sana. Bagaimana jika sesuatu itu bergerak menghilang, kita kehilangan kesempatan memeriksanya."
Aku menghembuskan nafas perlahan.
"Boleh jadi sesuatu itu penting, Ra. Dia memiliki jawaban atas pertanyaan kita." Ali mendesakku.
Aku berpikir sejenak.
Baiklah.
Aku juga penasaran itu apa. Skala 10, itu terlihat menakutkan. Tapi sejak Si Tanpa Mahkota berhasil lolos dari Penjara Bayangan-dan kami-lah yang membuatnya lolos, tidak ada rumusnya lagi kami mengkhawatirkan banyak hal. Ini petualangan kami. Aku akan memenuhi takdirku sebagai pemegang Buku Kehidupan.
Aku mengangguk.
"Yes!" Ali mengepalkan tangannya, terlihat senang.
"Duuhh." Seli mengeluh di saat yang bersamaan. Tapi Seli adalah Seli. Dia akan selalu bersama-sama kami kemanapun pergi meski terlihat keberatan.
"ILY turun!" Ali berkata pelan, memberi perintah.
Aku dan Seli tidak melihatnya, juga tidak mendengarnya, kapsul perak, teman perjalanan kami di Klan Bintang itu telah mendesing perlahan, turun ke arah kami, sekarang mengambang di antara stupa-stupa.
Ali melipat proyeksi transparan di tangannya, memasukkannya ke dalam saku celana. Dia juga kembali mengeluarkan "kaca mata" hitam, mengenakannya.
"ILY buka pintu!" Ali berkata pelan. Menatap ke depan.
Persis di depan sana ILY telah menunggu, membuka pintunya.
"Ikuti langkah kakiku, Ra, Seli." Ali melangkah sambil menunjuk "kaca-mata"-nya, "Hanya aku yang bisa melihat ILY dengan mode menghilangnya. Sekali kita lompat ke dalam pintunya, kita bertiga langsung tak terlihat."
Kami berhenti sejenak. Ada rombongan turis yang melintas.
Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di dekat kami, Ali gesit lompat ke atas. Sekejap tubuhnya sudah menghilang di dalam. Seli menoleh kepadaku. Aku mengangguk mantap, menyemangati. Tanpa menunggu lagi, Seli ikut lompat naik. Tubuhnya juga menghilang. Aku menyusul cepat.
Interior kapsul perak itu langsung terlihat saat kami berada di dalamnya.
"Selamat datang di ILY Versi 5!" Juga suara yang menyapa.
Aku menoleh bingung. Itu bukan suara Ali. Itu siapa? Ada orang lain di dalam kapsul.
Ali tertawa, "Aku menambahkan banyak fitur baru di kapsul ini, Ra. Kapsul ini sekarang sempurna bisa berkomunikasi, termasuk dipanggil jarak jauh. Dia bisa bicara. Cerewet malah."
"Itu tidak benar. Aku tidak cerewet."
Astaga?
ILY bisa bicara sekarang? Dan itu sungguhan suara Ily dulu.
Seli sudah duduk di kursinya, memasang sabuk pengaman.
"Halo, ILY." Wajah Seli terlihat membaik.
"Halo, Seli. Lama tidak berjumpa. Senang melihatmu semakin kuat."
Seli mengangguk.
"Bagaimana? Bagaimana kamu memasukkan suara Ily ke dalam kapsul ini?" Aku menyikut Ali, ikut beranjak duduk.
"Itu mudah. Ali meminta database suaraku dari Akademi Bayangan di Klan Bulan. Ilo dan Vey mengijinkannya.... Hallo, Ra. Apa kabarmu?" Kapsul perak yang menjawab lebih dulu.
"Eh, kabarku baik."
Aku menatap sekeliling interior. Ini aneh. Bagaimana mungkin kami sekarang bisa bicara dengan Ily-yang telah meninggal mengorbankan dirinya mencegah pintu Penjara Bayangan terbuka. Dia akan sempurna menemani kami seperti dulu, berpetualang di Klan Matahari.
"Ini seru, Ra!" Seli punya pendapat lain.
"Yeah!" Ali tertawa pelan, "Kita berangkat sekarang."
Aku buru-buru mengenakan sabuk pengaman.
"ILY terbang mengambang lima puluh meter di atas candi." Ali berseru mantap.
Kapsul perak yang kami naiki mendesing pelan, terbang dengan mudah menuju ketinggian.
"Aktifkan sensor, ILY! Radius seratus kilometer di bawah tanah."
Layar besar di depan kami menyala. Candi di bawah sana terlihat di tengah layar, berupa model empat dimensi, di bawahnya, mulai menyulam tekstur perut bumi. Aku dan Seli memperhatikan. Setengah menit, tidak ada apa-apa di layar, hanya tanah kosong.
"Tentu saja tidak ada apa-apa." Ali mengangguk, "Tidak ada teknologi Klan Bintang, Klan Matahari apalagi Klan Bumi yang bisa mendeteksinya. Jika itu bisa dilakukan, sejak dulu arkeologi bumi sudah menemukannya. Sesuatu di bawah sana memiliki tameng penangkal. Baik, aktifkan sensor SuperRaib. Kekuatan penuh, ILY!"
"Sensor apa?" Seli bertanya duluan.
Ali nyengir, "Sensor SuperRaib."
ILY yang kami naiki mendesing kencang. Seperti mengeluarkan seluruh tenaganya. Layar di depan kami berubah. Di bawah candi mulai terbentuk garis-garis merah. Sensor mulai menangkap sesuatu.

"Raib bisa bicara dengan alam, begitulah.... Aku terinspirasi dengan hal itu. Jadi kunamakan sensor paling kuat ILY dengan nama tersebut. Bedanya, sensor ILY lebih masuk akal, bukan sihir, menggunakan gabungan teknologi tiga Klan sekaligus, lebih canggih dibanding sensor milik Pasukan Bintang. Aku juga tidak perlu menempelkan kuping ke tanah, bertanya, 'halo, ada siapa di dalam sana?'."
Seli tertawa pelan. Ali bergurau.
Tapi itu tidak lucu. Jika saja situasinya berbeda, aku hampir menjitak kepala Ali. Dia sejak dulu selalu menganggap remeh teknik tersebut, mengolok-oloknya. Tapi gerakan tanganku terhenti.
"Lihat!" Ali menunjuk.
"Itu apa?" Seli termangu.
Layar besar di dalam kapsul selesai melukis sesuatu.
"Itu candi. Sepuluh kali lebih besar." Aku menatap layar.
Ini sangat mengejutkan. Persis di bawah candi yang terkenal itu, berjarak lima puluh kilometer di perut bumi, ada candi besar dalam ruangan kubus besar. Modelnya terlihat jelas di layar. Lebih megah, lebih menakjubkan. Simetris delapan sisi. Stupa-stupa raksasa terlihat menakjubkan.
"Siapa yang membangun candi di perut bumi?" Seli bertanya pelan.
Aku menggeleng. Entah siapa yang membuatnya, itu bukan pekerjaan penduduk bumi. Teknologi itu hanya dimiliki Klan Bintang. Tapi bagaimana mungkin bentuk bangunannya seperti candi? Tidak ada bangunan itu di Klan Bintang.
"Apakah kamu menemukan lorong menuju candi itu, ILY?" Ali berseru.
"Sensorku menemukan pintu kamuflase di sisi selatan, Ali. Delapan puluh kilometer dari sini. Ada lorong menuju persis ke jantung candi di bawah tanah."
"Bagus sekali, ILY, kita menuju ke sana."
"Tapi aku harus mengingatkan kalian." ILY belum bergerak, meski Ali sudah menyuruh.
"Apa?"
"Lorong itu lebih tua dibanding lorong kuno Klan Bintang."
"Lebih tua dari apa?" Seli bertanya cemas.
"Lorong itu boleh jadi berbahaya."
"Berbahaya!" Seli menepuk dahi.
"Tidak masalah. Segera berangkat, ILY!" Ali memotong.
Kapsul perak mendesing pelan, sekejap, sudah melenting menuju selatan. Meninggalkan keramaian di candi Borobudur. Tempat Ibu Ati dan empat pulih murid sekolahku sedang karya wisata. Tempat ribuan turis sedang asyik mengambil selfie, menikmati pemandangan.
Mereka tidak punya ide sama sekali, di bawah candi ini, ada candi dengan ukuran sepuluh kali lebih besar, dan ada sesuatu dengan kekuatan besar dunia paralel di sana.

⭐ ⭐ ⭐

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang