EPISODE 5

1.3K 71 2
                                    

⭐ ⭐ Si Kembar -- spin off Serial BINTANG⭐ ⭐

⭐ ⭐ ⭐

Lima menit terus menanjak di dalam lorong berbentuk pipa besar itu, kapsul perak yang kami naiki akhirnya keluar dari air.
Splash.

Muncul di permukaan. Di sebuah ruangan berbentuk kubus dengan sisi dua ratus meter. Ada beberapa stupa besar di sana. Tersusun simetris empat sisi. Ruangan itu tidak gelap, ada sistem pencahayaan yang sama seperti di ruangan Klan Bintang, seolah ada matahari di atas sana, yang beranjak turun di dinding sisi timur, sebentar lagi sunset.

Aku mendongak menatap matahari itu. Awan putih mengambang di sana—pemandangan yang sangat mengherankan jika aku belum pernah mengunjungi dunia paralel. Ruangan ini seperti permukaan bumi, hanya dinding-dinding tinggi yang membuatnya berbeda.

“Ini ruangan apa, Ali?” Seli bertanya, dia ikut memperhatikan sekitar.
Kapsul perak kami naik perlahan ke langit-langit ruangan, masih dengan mode menghilang. Ali tidak mau mengambil resiko menampakkan ILY. Di empat dinding ruangan terlihat air terjun besar, menghujam ke dasar, kemudian membentuk sungai yang berkumpul, menuju lubang lorong, tempat kami keluar tadi.

“Ini sepertinya ruangan pemeriksaan, atau pos terdepan sebelum masuk ke ruangan candi di depan sana, Seli.” Ali ikut memperhatikan.

“Apakah ada orang di ruangan ini?” Seli berbisik pelan.

“Sepertinya tidak ada. Sensor ILY tidak menunjukkan aktivitas mahkluk hidup apapun.” Ali menunjuk ke layar besar.

Meskipun demikian kami tetap harus waspada. Kami kenyang dengan pengalaman petualangan di dunia paralel, sebuah ruangan akan lebih berbahaya justeru ketika nampak lengang, tidak ada isinya. Kami tidak tahu apa yang telah menunggu di balik stupa misalnya.

“Kita kemana sekarang, Ali?”

“Dinding sisi utara, Sel. Ada lorong berikutnya di sana, menuju ruangan candi.” Ali menggerakkan lagi tuas kemudi ILY, kapsul perak bergerak perlahan melintas di sela stupa-stupa besar.

Kapsul perak tiba di dinding utara.
“Patung monster itu lagi, Ra.” Seli menahan nafas.

Aku mengangguk, aku juga telah melihatnya. Di dinding itu ada gerbang berikutnya, lebih tinggi dibanding di dasar lautan sebelumnya, terbuat dari batu pualam, dan lebih megah, ditimpa cahaya matahari. Dan ada dua patung besar monster berbadan manusia serta berkepala gajah di sana. Karena cahaya lebih terang, aku bisa memperhatikan lebih detail patungnya, wajah “gajah” itu terlihat buas. Matanya tajam, kupingnya mengembang, belalainya melambai ke belakang, sementara tangannya mengacungkan tongkat perak ke arah kami. Seperti tidak mengijinkan siapapun melintasi lorong.
ILY terus melintasi gerbang, dua patung monster tidak akan menghentikan Ali. Kami bersiap masuk ke dalam lorong gelap berikutnya.

Seli menghembuskan nafas. Dia lega, setidaknya kami tidak diserang sesuatu di ruangan tadi. Hanya deg-deg-an menatap patung monster saja.
“Berpegangan, Ra, Seli. Kecepatan penuh.” Ali menarik tuas kemudi, dan sebelum kami betulan berpegangan, ILY melesat cepat memasuki lorong besar. Kali ini meluncur dengan kemiringan tajam ke bawah, seperti terjun bebas. Menuju kedalaman lima puluh kilometer.

Tiga puluh detik lengang.

“Sepertinya ruangan kosong tadi dekat sekali dengan permukaan bumi.” Seli memperhatikan dinding lorong yang berpendar-pendar ditimpa cahaya dari ILY. Kami terus meluncur turun.

Ali mengangguk, “Iya. Pembuat lorong-lorong ini menggunakan trik fisika sederhana, pintu utama lorong sengaja di buat di dasar laut, lorong naik ke atas hingga ke ketinggian permukaan laut, tiba di pos terdepan ruangan tadi, kemudian lorong menuju lagi ke bawah. Agar air laut tidak masuk ke dalam ruangan candi di depan sana. Mungkin kita tadi berada di perut salah-satu gunung atau bukit dekat candi tempat karya wisata.”

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang