EPISODE 4

1.3K 75 0
                                    

⭐⭐Si Kembar -- spin off Serial BINTANG⭐ ⭐

⭐ ⭐ ⭐

ILY terbang cepat menuju selatan.
Aku sudah beberapa kali menaiki ILY di klan Bumi. Tapi itu selalu menyenangkan. Hamparan persawahan terlihat di bawah sana. Juga gunung-gunung. Sungai terlihat mengukir daratan. Gumpalan awan seperti kapas mengambang.

“Kenapa ada banyak balon udara?” Seli menatap sekitar.

Seli benar. Ada banyak balon udara di sekitar kami.

“Ini minggu-minggu perayaan besar, Seli. Penduduk setempat menerbangkan balon udara sebagai tanda syukur.” Ali yang menjawab.
“Kenapa balon udara bisa terbang setinggi ini?”

“Itu karena mereka sekarang menggunakan gas. Jika hanya lampion atau balon udara dengan tenaga minyak tanah, itu tidak akan terbang setinggi ini.”

“Balon-balon ini bisa mengganggu jalur penerbangan pesawat komersil bukan?”

“Tentu saja. Balon-balon dengan tenaga gas ini membahayakan pesawat, bisa terbang hingga 10.000-12.000 meter. Itu terlarang. Yang boleh diterbangkan hanya lampion atau balon udara tradisional. Tapi kita tidak akan membahas soal balon udara, kita bukan juru bicara Kementerian Perhubungan, Seli. Kita akan tiba di lokasi pintu kamuflase beberapa detik lagi. Bersiap.”
ILY sudah tiba di atas lautan. Terus bergerak ke selatan.

Beberapa detik, kapsul perak yang kami tumpangi menurunkan ketinggian, mengambang dua puluh meter dari permukaan laut. Jarak kami dengan daratan sekitar sepuluh kilometer. Tidak ada siapa-siapa atau benda apapun di sana.
Apakah pintu menuju candi bawah tanah itu ada di dalam lautan?
“Lorong menuju candi itu ada di bawah sana. Di kedalaman 1.200 meter.” ILY yang menjawab.
“Apalagi yang kamu tunggu? Kita langsung masuk ke dalam sana, ILY!” Ali berseru.

ILY tidak bergerak.

“Aku tidak menyarankan itu, Ali.”

“Kamu sudah didesain untuk menyelam di dalam lautan, ILY. Bisa melesat cepat tanpa masalah. Apa yang kamu cemaskan?”

“Itu bukan keputusan yang bijak, Ali. Kalian seharusnya memberitahu Av atau Miss Selena untuk perjalanan kategori ini. Keselamatan adalah hal utama.” ILY tetap mengambang.

“Tidak perlu.” Ali menggeleng.

“Aku akan mengaktifkan pemberitahuan ke Kota Tishri, memberitahu Av tentang perjalanan ini. Agar jika terjadi apa-apa, ada yang bisa membantu.”

Ali menepuk dahinya, “Lihat, dia sama cerewetnya dengan Ily dulu, bukan?”

“Aku tidak cerewet, Ali. Aku menilai situasi—“

“Baiklah, aku akan mengambil-alih mode otomatis sejenak.” Ali menekan beberapa tombol di panel kemudi, lantas memegang tuas. Suara ILY menghilang.

Kapsul perak meluncur ke bawah.
Tidak ada yang akan menghentikan Ali sekarang, tidak meskipun wajah Seli terlihat cemas.

“Aku seharusnya tidak memasukkan fitur cerewet itu di ILY.” Ali nyengir. Kapsul perak mulai menerobos permukaan laut, bergerak tanpa hambatan, langsung menyelam.
Aku belum pernah menaiki kapsul perak ini di dalam air. Ini pemandangan yang keren. Kami bisa menyaksikan sekawanan ikan melintas dari dinding transparan ILY. Juga ikan pari besar. Ubu-ubur. Kapsul perak terus meluncur ke bawah.

Bagian lautan yang ini seperti jurang dalam tanpa dasar, setelah beberapa ratus meter menyelam, sekitar kami terlihat gelap. Ali menekan tombol, menyalakan lampu, menerangi depan.

“Apakah pintu lorong itu akan ada penjaganya, Ali?” Seli bertanya. Terakhir kami masuk ke lorong seperti ini, ada dua ekor ular besar yang menunggu. Mencegah kami masuk.

“Boleh jadi.” Ali menjawab santai. Si Biang Kerok ini selalu santai, ini hanya dianggap karya wisata olehnya—yang lebih seru dibanding menatap relief candi dan mendengar ceramah Bu Ati.

Seli mengambil tasnya, mengeluarkan Sarung Tangan Matahari, dia mengenakannya. Bersiap. Sarung tangan itu langsung beradaptasi dengan pemakainya. Menyesuaikan warna dan tekstur, seolah tidak ada sarung tangan di sana. Meneladani Seli, aku juga ikut mengeluarkan Sarung Tangan Bulan. Kami harus berjaga-jaga dari kemungkinan buruk. Sarung tangan ini adalah senjata terbaik milik petarung dunia paralel.

“Kamu tidak membawa Sarung Tangan Bumi-mu, Ali?” Seli bertanya lagi.

“Aku bahkan tidak pernah melepasnya sejak pertama kali memakainya.” Ali nyengir, mengangkat tangannya. Hanya mata setajam Faar yang bisa melihat sarung tangan dunia paralel saat dikenakan. Di mata orang kebanyakan, Ali tidak terlihat mengenakan apapun.

“Bahkan mandi sekalipun?”

“Iya. Buat apa aku lepas?”

“Bahkan saat di toilet?”

“Iya.”

“Dan setelah itu makan? Tetap tidak dilepas?”

“Iya.”

“Itu jorok sekali, Ali.” Seli menatap jerih.

“Hei, apanya yang jorok?” Ali tertawa, “Sarung tangan ini memiliki teknologi bisa membersihkan sendiri. Dia lebih higienis dibanding cuci tangan sebelum makan. Aku bahkan mengupil dengan sarung tangan tetap terpasang. Kamu belum mencobanya.”

Seli menggeleng, jijik.
Astaga? Aku menatap dua teman baikku itu. Lihatlah, mereka asyik sekali bicara tentang mengupil saat kapsul perak kami terus menyelam menembus kegelapan dasar lautan. Entah apa yang dipikirkan Seli, dia tidak harus meladeni Ali soal begini.
ILY mulai melambat.

“Kita hampir sampai.” Ali memberitahu.

Tanpa diberitahu aku bisa melihatnya, meski gelap, layar besar di depan kami menunjukkan pencitraan sensor canggih, menampilkan bentuk tiga dimensi. Kami telah tiba di dasar lautan. Ada dinding tinggi di depan kami. Dengan gerbang besar. Aku menahan nafas saat cahaya lampu ILY menyinari gerbang itu. Tingginya hampir empat puluh meter, terbuat dari batu pualam. Di sisi kiri dan kanan gerbang itu nampak dua patung gajah berukuran besar. Itu bukan gajah biasa, patung itu berdiri dengan dua kaki, dua tangannya memegang tombak perak. Itu tidak mirip gajah, itu seperti monster manusia dengan kepala gajah, atau dewa-dewa berkepala gajah. Seolah menjaga gerbang dari siapapun yang hendak masuk.

Tapi ILY terus bergerak maju. Melintasinya.

Seli ikut menahan nafas mendongak menatap patung monster yang menyambut kami. Menyeramkan melihatnya.

Melewati gerbang tersebut, kami persis memasuki lorong panjang. Ukurannya empat kali lebih lebar dibanding lorong-lorong kuno Klan Bintang, dengan diameter dua puluh meter. Terendam air.

Ali konsentrasi penuh mengendalikan ILY, lorong ini terus menanjak ke atas dengan kemiringan tertentu, menuju utara, kembali ke titik candi sebelumnya, lima puluh kilometer di depan sana. Dinding lorong yang seperti pipa raksasa itu terlihat masih baik. Dengan relief-relief berbentuk simetris. Tidak ada ikan atau hewan laut yang terlihat di dalam lorong.
Ali menekan tuas kemudi, ILY melaju lebih cepat di dalam lorong.
Atmosfer petualangan tercium pekat. Apapun yang menunggu kami di ujung lorong ini, kami akan tahu beberapa menit lagi.

⭐ ⭐ ⭐

⭐ ⭐ To Be Continued... ⭐ ⭐

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang