EPISODE 9

1K 62 0
                                    

⭐ ⭐ Si Kembar -- spin off Serial BINTANG ⭐ ⭐

⭐ ⭐ ⭐

Meski hanya satu jam, mendengar Slon mengamuk di luar sana, malam terasa sangat panjang. Sesekali aku menahan nafas, terutama saat Slon berada di dekat stupa, monster itu seperti menciumi sekitar stupa, mencari sesuatu. Kemudian meraung, marah memukuli lantai candi.
Seli pias, berusaha tidak berseru. Aku menggenggam jemarinya, meyakinkan dia bahwa semua akan baik-baik saja. Sekali kami ketahuan berada di dalam stupa, kami tidak kuat bertarung melawan mereka.
Ali nyengir, dia justeru hendak tidur.
Entah hati dan kepala si Biang Kerok ini terbuat dari apa, Ali selalu rileks. Bagaimana mungkin dia mengantuk saat Slon berada beberapa meter di luar stupa.

“Ngglanggeran sudah bilang. Tempat ini aman, Seli. Mereka pasti telah memasang penangkal atau sesuatu di dalam stupa ini agar kita tidak ketahuan. Apa yang harus kamu cemaskan? Ini seperti menonton film dan kita sudah tahu ending-nya. Slon tidak bisa menemukan kita.” Ali menggeliat, meluruskan kaki.

Setidaknya ada empat kali Slon berada di dekat stupa, dia seperti mencari sesuatu. Mungkin benda yang dulu dicuri Si Tanpa Mahkota.
Tombak perak besarnya terdengar mengiris lantai candi, stupa kami. Suaranya nyaring membuat kuping sakit. Tangan besarnya mengetuk-ngetuk stupa. Tapi hanya itu, sejenak, Slon kembali berlarian ke gunung-gunung salju. Melepas pukulan berdentum berkali-kali.

Satu jam sepertinya lama sekali.
Lantas semua mendadak lengang.
Aku menghembuskan nafas.
Matahari telah terbit. Lihatlah, cahayanya melewati lubang-lubang kecil stupa, tiba di lantai candi, satu siluet menerpa wajah kami.
Seli ikut menghembuskan nafas.
Slon telah menghilang.

“Hoaaeemm!” Ali menguap lebar, bangun. Si Biang Kerok itu ternyata sungguhan tertidur.

“Perutku lapar. Apakah ruangan stupa ini ada makanannya?” Ali memeriksa sekitar. Berdiri.
Aku hampir menimpuk Ali dengan batu kerikil. Dia jelas mengambil jatah makananku dan Seli saat di atas pesawat sebelumnya, dan tetap merasa lapar?

“Petualangan begini selalu membuat selera makanku membaik, Ra. Semoga makanan mereka bukan bubur putih lengket Klan Bintang itu.” Ali mengangkat bahu, terus memeriksa.

Aku ikut berdiri, disusul Seli. Ruangan itu kosong, tidak ada apapun.

Kami mungkin sebaiknya keluar dari ruangan stupa.

Splash!

Ngglanggeran (atau boleh jadi Ngglanggeram, kami tidak tahu bedanya), muncul lebih dulu di dalam stupa.

“Selamat pagi, Raib, Seli, Ali.” Pemuda itu tersenyum ramah.

Aku dan Seli menatapnya jerih. Tak terbayangkan jika beberapa detik lalu, dia adalah Slon. Monster ganas berbadan manusia berkepala gajah.
“Pagi.” Ali yang menjawab salam. Santai.

“Aku mendengar kamu bertanya apakah ada makanan di sini, Ali?” Pemuda itu menatap Ali, “Tentu saja ada. Mari, kita akan membuat sarapan untuk kalian.”
Pemuda itu mengangkat tangannya.

Splash.

Kami berempat menghilang, splash! Muncul di luar stupa.

Wajah kami ditimpa cahaya pagi. Sunrise yang menawan. Tapi bukan itu pemandangan spektakulernya, melainkan pemuda yang satu lagi, sedang berada di atas danau, terbang mengambang di sana. Dia mengangkat tangannya, keluar cahaya putih dari sana, dan satu-persatu, dia mulai menyulam ruangan. Pepohonan roboh kembali tegak. Dedaunan kembali menghijau. Bunga kembali bermekaran. Puing-puing bebatuan terbang berkumpul, mulai membentuk stupa, tangga, bangunan candi. Juga dasar danau, seperti melukis, lubang-lubang besar disaput kuas bebatuan koral yang baru. Terumbu karang, ikan-ikan kembali berenang. Utuh seperti sedia kala kami melihatnya.
“Hei, Ngglanggeram! Anak-anak ini lapar.” Pemuda yang berada di dekat kami berseru kepada kembarannya di atas danau—itu berarti dia adalah Ngglanggeran.

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang