EPISODE 2

3.3K 127 6
                                    


*Si Kembar -- spin off Serial BINTANG

⭐ ⭐ ⭐

Matahari cerah. Cuaca yang baik untuk berwisata.
"Perhatikan anak-anak." Ibu Ati berseru, memegang toa, "Kita sekarang persis berada di anak tangga pertama menaiki candi yang berusia hampir 1.300 tahun."
Murid sekolah kami memperhatikan. Aku dan Seli berdiri bersebelahan, turut memperhatikan. Ali bersungut-sungut menutup kepalanya dengan jaket merah marun.
"Candi ini mulai dibangun tahun 770 Masehi, dibutuhkan 55 tahun untuk menyelesaikannya. Bayangkan 1.300 tahun lalu saat candi ini selesai dibangun, ribuan orang datang berkumpul, mereka berduyun-duyun datang dari seluruh penjuru negeri merayakannya. Satu-dua, keluarga raja-raja datang menunggangi gajah. Di tahun-tahun itu, candi ini sangat megah, sungguh ajaib membayangkan manusia bisa membangun konstruksi sebesar dan serumit ini. Bahkan setelah ribuan tahun berlalu, candi ini tetap mengagumkan jutaan turis yang datang." Ibu Ati menjelaskan.
Kami tidak menggunakan tour guide. Ibu Ati adalah guru sejarah yang baik, dia lebih dari memadai untuk menjadi seorang guide. Bahkan tadi dipintu masuk, pimpinan kompleks candi ini sempat menemui rombongan, bilang, "Kalian harus tahu, anak-anak, dulu waktu aku SMA, guru sejarahku adalah Ibu Ati. Tidak ada guide di sini yang bisa menandingi pengetahuannya tentang sejarah candi. Aku terinsipirasi bekerja di sini gara-gara beliau." Tertawa lebar.
Murid-murid ikut tertawa, antusias memulai mengamati candi. Mengeluarkan pulpen dan kertas. Hanya Ali yang sepertinya menguap tidak peduli. Si Biang Kerok ini memang pengecualian.
"Perhatikan, candi berbentuk stupa ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar." Ibu Ati menunjuk ke belakang, kami mulai melangkah menaiki candi perlahan-lahan sejak tadi, "Pada dindingnya dihiasi oleh 2.672 panel relief dan 504 arca. Stupa utama yang terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca. Bentuk arsitektur yang rapi dan tentu saja mengagumkan."
"Ali--!" Seli menyikut.
Aku ikut menoleh. Astaga?
Si Jenius itu bukan hanya tidak memperhatikan penjelasan Ibu Ati, dia mendadak keluar dari rombongan, berbelok ke balik sebuah stupa.
"Ali." Aku mendesis, berusaha menurunkan volume suara, agar tidak mencolok, "Apa yang kamu lakukan."
Ali menggeleng, dia menunjuk benda mungil di tangannya. Wajahnya terlihat serius.
"Miss Selena melarang kita menggunakan teknologi Klan lain secara terbuka, Ali!" Aku benar-benar marah, bagaimana mungkin Ali justeru santainya memegang proyeksi transparan di tangannya.
"Ini penting sekali, Ra!" Ali memotongku lebih dulu.
"Itu benda apa?" Seli menatap tangan Ali.
"Ini sensor antar klan yang aku buat."
"Sensor?"
"Itu bisa kujelaskan nanti-nanti, Seli, yang mendesak adalah sensor ini menangkap aktivitas Klan lain di sekitar kita."
Aku terdiam.
Seli reflek menutup mulutnya.
"Kamu tidak bergurau, kan?" Aku memastikan, sesekali sambil menoleh sekitar, rombongan sudah dua meter meninggalkan kami, mereka tidak menyadarinya karena kami berada di balik stupa. Tidak ada turis lain di dekat kami.
"Tatap wajahku, Ra." Ali terlihat tersinggung, "Apa aku terlihat bergurau?"
Itu benar. Ali serius sekali. Benda di tangan Ali terlihat bergetar. Proyeksi itu mengeluarkan cahaya merah.
"Sensor ini mendesing kencang sekali. Skala 10. Apapun yang dia deteksi, itu kekuatan yang sangat besar. Aku tidak pernah melihat sebelumnya."
"Apakah itu Si Tanpa Mahkota, Ali?" Suara Seli mencicit, gentar.
"Aku tidak tahu." Ali menoleh ke sekitar, "Candi tua ini, aku sepertinya terlalu menyepelekannya. Ada sesuatu di dalamnya. Dan itu bukan dari klan Bumi."
Aku dan Seli terdiam. Lengang menggantung sejenak.
Apa yang harus kami lakukan?
Bagaimana jika itu Si Tanpa Mahkota, dia mendadak muncul, kemudian menyerang kami. Di tengah ramainya para turis, disaksikan ribuan orang. Tapi itu tidak masuk akal, sejak bebas dari Penjara Bayangan, kami belum mendengar kabar beritanya. Si Tanpa Mahkota juga tidak akan ceroboh membuka rahasia dunia paralel di Klan Bumi. Jika dia mau, sejak 2000 tahun lalu dia bisa melakukannya. Atau itu apa? Ali bilang itu kekuatan yang besar.
"Kita harus memeriksanya!" Si Jenius itu berkata sungguh-sungguh.
"Duh!" Seli langsung menggeleng, tidak setuju.
"Kita harus tahu itu apa, Seli."
"Jangan mencari masalah baru, Ali." Seli menggeleng kencang, "Kita sedang karya wisata. Ada ribuan orang di sini. Dan toh, boleh jadi alatmu ini rusak."
"Enak saja. Alatku tidak pernah rusak. Perhitunganku selalu akurat."
Seli menggeleng lagi, "Kamu pernah salah menghitung enam titik pasak di Klan Bintang, bukan?"
"Itu berbeda, Seli. Saat itu kita memang hanya menebak. Tapi ini, sensorku tidak keliru. Sesuatu itu ada di perut candi tua tempat kita berdiri sekarang. Ada lorong-lorong seperti lorong menuju Klan Bintang di sana. Kita harus memeriksanya."
Proyektor transparan kecil di tangan Ali terus mendesing kencang. Aku menoleh lagi, Ibu Ati dan rombongan sudah sepuluh meter dari kami. Semakin jauh.
"Bagaimana kita akan masuk ke sana, Ali? Di tengah keramaian orang?" Seli menyebut masalah baru.
"ILY!" Ali menjawab mantap.

Spin off serial BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang