#sembilan

222 23 5
                                        

        {SFO}~Bagian Sembilan

Dengan langkah gontai Ali memasuki rumah nya,setelah mendapat kabar bahwa adik nya jatuh pingsan sukses membuat dirinya khawatir. Ali membuang tas nya kesembarangan tempat,lalu segera berlari ke kamar adiknya

Ali membuka knop pintu yang takterkunci, terlihat seorang gadis yang terbaring di bawah selimut tebal. Ali melangkah mendekat pada adiknya yang tertidur pulas. Ia menempelkan punggung tangan nya, di dahi Nasyah yang terasa panas.Ali semakin cemas dengan Nasyah

"hey kok bangun? keganggu yah?" tanya Ali saat Nasyah membuka mata

"kita kerumah sakit yuk" ajak Ali

Nasyah menggeleng,membuat Ali menghembusakan nafasnya

"aku gapapa,cuma pusing aja" ucap Nasyah

"tapi badan kamu panas banget,kita ke rumah sakit aja" lagi-lagi Nasyah menggeleng

Nasyah memang keras kepala,apa ia tidak tau bahwa Ali benar-benar khawatir padanya sekarang

"hey jangan tutup mata kamu hey...." Ali menepuk pipi Nasyah saat gadis itu mulai memejamkan matanya

Nasyah menggeleng lemah "aku hanya ngantuk,tidak usah khawatir" dia tersenyum lembut

"yasudah kamu istirahat,abang akan menjaga Nasyah disini" Nasyah hanya mengangguk,lalu kembali memejamkan matanya.Ali mengusap pelan rambut Nasyah, hingga membuat gadis itu kembali terlelap.

Ponsel Nasyah berdering, Ali menghela nafas panjang saat membaca nama yang tertera di layar; MAMA.

"iya..." ucap Ali setelah mengangkat telfonnya

"dia lagi sakit" Ali melirik Nasyah

"terserah mama akan pulang atau tidak. Aku masih bisa menjaganya tanpa bantuan mama" Ali memutuskan sambungan nya tanpa harus menunggu seseorang di seberang sana menjawab

telfon tadi hanya membuat pikirannya kacau sekarang,Ali mengusap wajahnya gusar lalu menatap Nasyah dalam. Ali sudah berjanji akan manjaganya sampai kapanpun, Ali tidak ingin terpisah untuk yang kedua kalinya dan ia sudah berjanji tidak akan pernah memaafkan siapun yang sudah membuat Nasyah sedih sekalipun itu orang tuanya.

Ali mengusap pelan rambut Nasyah,dia tidak mau Nasyah kembali terganggu. Saat hendak membenarkan selimutnya,mata nya tak sengaja melihat bingkai foto di tangan Nasyah. Sepertinya sedari tadi Nasyah memeluk bingkai itu tapi dia tidak menyadarinya

Ali mengambil bingkai itu, ia tau Nasyah merindukan semuanya. Dan andaikan  Nasyah juga tau bahwa Ali pun merindukan semua nya,tapi Ali takboleh egois semuanya sudah berubah,ia tidak boleh lemah hanya karena kenangan itu, dia harus menjadi penyemangat untuk Nasyah. Agar gadis itu kembali seperti dulu lagi

Ali mengusap foto itu menaruh nya di nakas, jika foto di dalam bingkai itu semuanya terlhat tersenyum bahagia,maka sekarang Ali hanya tersenyum miris saat mengingat semuanya.

                       ****

Ali memutar-mutar pupen nya,entah kenapa rasanya hari ini tidak semangat belajar. Ali sama sekali tidak fokus dengan apa yang di jelaskan guru di depan, pikiran nya terus mencemaskan adiknya yang masih sedang sakit di rumah

Ali melirik kursi sebelah nya yang kosong,karena Justin hari ini tidak masuk. Sepi rasanya karena tak ada yang mengoceh ketika sedang belajar,tidak ada yang mengganggunya hanya karena Justin tidak mengerti. tapi bukankan ini yang diinginkan? setidaknya biang rusuh di kelas ini berkurang satu

"Ali..." Ali mendongak kaget saat guru yang sedang mengajar memanggilnya

"ehh... Iya bu kenapa?" tanya Ali sopan

"kamu bisa bantu ibu?" Ali mengangguk

"tolong ambilkan buku kalian yang di kumpulkan waktu itu,di ruangan ibu" Ali kembali mengangguk patuh,lalu segera bangun dari kursinya

"awas bu dia caper" celetuk Prilly,saat Ali melewati mejanya

Ali menaikan sebelah alisnya tak mengerti kenapa gadis ini selalu mencari masalah dengan nya

"emm... Ibu rasa, Prilly kamu bisa bantu Ali mengambilkan nya? sekarang kamu bantu Ali"  Prilly membulatkan mata tak percaya padahal niat nya hanya ingin menyindir Ali saja tapi mengapa harus dirinya yang kena juga

"kok saya bu? Ali aja ya bu, aduh... duh... Bu saya sakit perut" alibi Prilly

Guru itu hanya tersenyum ia tau Prilly hanya beralasan "jangan banyak alasan Prilly,cepat ikut Ali"

Prilly mengerucutkan bibirnya lalu ikut keluar bersama Ali

Ali dan Prilly jalan beriringan, sesekali Prilly melirik Ali yang hanya menunjukan muka datarnya. Kedua nya sama-sama diam seolah tak saling mengenal

"sana lo aja yang masuk" ucap Prilly saat sudah sampai di ruang guru,Ali masuk tanpa memperdulikan Prilly yang takmau ikut masuk

Selang beberapa menit,Ali keluar dengan setumpuk buku di tangan nya, dia berjalan begitu saja melewati Prilly seolah tidak ada orang di depannya

Prilly bengong saat Ali melewatinya begitu saja,Prillypun mengejar Ali yang berjalan begitu cepat,namun siapa sangka kaki Prilly tersandung sehingga  menubruk tubuh Ali dan membuat buku yang dibawanya jatuh berserakan

"aduh maaf gue bener gak sengaja Orion" sesal Prilly

Ali menghembuskan nafasnya "lo bisa gak sehari aja gak usah cari masalah sama gue?" tanya Ali sinis

"gue gak cari masalah,gue bener-bener gak sengaja" jawab Prilly karena memang ia tidak sengaja menubruk Ali

Prilly hendak membereskan buku itu, namun Ali menepis tangan Prilly membuatnya mendongak kembali menatap Ali
Ali tidak peduli setelah ini Prilly akan melakukan apa lagi, dia jongkok lalu membereskan buku yang berserakan itu,lalu pergi meninggalkan Prilly tanpa sepatah katapun

Ali benar-benar gila jika setiap hari harus berurusan dengan gadis itu,entahlah Ali sendiri tidak tau apa motif gadis itu sehingga selalu membuatnya kesal. Ada saja kelakuan anehnya untuk mengusik Ali,padahal Ali tidak pernah menanggapinya

Ali juga tidak pernah tau,apa gadis itu ditakdirkan hanya untuk mengganggunya? padahal sebelumnya Ali fikir bisa berteman baik dengan Prilly

****

Di sini,di kamar yang dipenuhi pernak pernik bermotif doraemon Nasyah duduk sendiri. Ponsel sedari tadi digenggamnya berharap seseorang akan menghubunginya tapi buktinya sampai sekarang orang itu belum juga menghubunginya.

tangannya sedaritadi bermain di layar ponselnya hendak menghubungi lebih dahulu tapi dia tidak punya keberanian untuk itu. Nasyah menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perahan ini keputusan akhirnya dia yang harus meghubungi lebih dulu

"halo..." sapa Nasyah sopan

"bisa berbicara dengan mamah?" tanya Nasyah saat menyadari yang mengangkat bukan orang yang ia harapkan

"oh sibuk yah? yasudalah tidak apa-apa" Nasyah menghela napas kecewa lalu segera memutuskan sambungannya

Selalu saja seperti ini, setiap kali Nasyah mencoba menghubunginya. Seolah orang itu tidak mempunyai waktu hanya untuk berbicara dengannya barang sebentar

Nasyah kembali menjatuhkan tubuhnya di kasur, Padahal tadinya dia akan bercerita banyak hal,dan memberitahu bahwa dia sedang sakit, berharap orang itu akan menjenguknya atau sekedar menanyakan kabarnya.

Tapi semua harapan itu selalu pupus,orang itu seolah tidak peduli akan dirinya.  Matanya menatap langit-langit kamar sampai tidak sadar ada setetes air yang keluar dari matanya dan terus di ikuti tetesan berikutnya

                         ****

Tbc

jadi pembaca gelap??? emang masih zaman yaa?😜
Makasih yang sampai saat ini masih setia sama SFO😘
Seperti biasa jangan kabur yaa, jangan lupa vomment😉

SCORPIO FOR ORIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang