Maaf membuat kalian lama nunggu sampai lupa alurnya.. Maaf buat typo dan ceritanya yang gak dapat feel-nya.. Setidaknya, Squimin nggak mau bikin kalian merasa digantungin sampe beberapa bulan.. Squimin merasa bersalah banget.
Maaf, ya..
*
*
*Mungkin, bertemu Suga adalah kesalahan besar. Bayangkan saja tetangga apartemenmu menyimpan pisau berdarah dan sebuah pistol di saku bajunya. Ditambah tampilannya yang misterius dan datang padamu dalam keadaan diri hancur lebur. Pertanyaan "Siapa dia?", sudah jelas terus terlontar dalam hati, tapi sayangnya tak bisa keluar karena rasa takut yang begitu dalam kini Ji Han alami.
Semalam, usai dokter Victor menangani beberapa luka Suga, Ji Han hanya bisa termenung di ambang kasur usai mengganti seprainya yang berlumuran darah. Ia menggenggam tangan Suga yang tak dibalut perban dengan lembut. Dorongan yang tak bisa ia deskripsikan dari mana datangnya.
"Hei, Han Suga-ssi. Mau sampai kapan tidur di kasurku? Aku juga mau tidur." Gadis itu menguap usai melontarkan protesnya pada manusia yang tengah terbaring tak berdaya itu. Tubuh Suga sungguh mengerikan, hanya itu yang bisa Ji Han deskripsikan melihat tubuh Suga tanpa atasan. Tubuhnya atletis, tapi bekas luka nyaris menghiasi sebagian besar bagian atas tubuhnya. Lalu hari ini lukanya bertambah. Lucu sekali manusia ini, suka sekali mendekati sumber luka.
Rasa takut Ji Han berubah menjadi rasa penasaran. Tak bisa dipungkiri kalau rasa takutnya sekarang menggelayuti dirinya dengan erat. Han Suga yang misterius, dingin, kasar, dan aneh. Han Suga yang persis dengan Min Yoon Gi. Han Suga yang memberikan senyum yang sama dengan Yoon Gi.
Yang jelas, Ji Han tak mengerti lagi dengan rasa penasaran yang sudah menumpuk itu. Namun, belum ada satu pun yang berani ia lontarkan dengan jelas untuk mencari tahu kebenarannya. Ji Han mengacak rambutnya frustasi di kamar mandi. Namun, ada hal lain yang membuat dirinya merasakan degupan aneh hingga rona merah di wajahnya tak bisa dielakkan.
Flashback on
"Telapak tangan kananku dijahit," ujarnya datar tanpa menunjukkan ekspresi sakit atau sedih seperti yang Hoseok lakukan saat tangannya tergores pisau. Ji Han hanya menghembuskan nafasnya kasar setelah meletakkan semangkuk bubur dan sup jagung.
"Makan, aku sudah lelah membuatnya. Aku mau pergi kerja. Jadi, segeralah kembali ke apartemenmu." Cetus Ji Han sembari mengambil satu stel kemeja di lemari tanpa menatap Suga sekali pun. Tak terdengar sedikitpun sahutan. Keheningan kembali menyatu dengan atmosfer kamar.
"Aku...sakit," cicit pria yang tengah berbaring di tempat tidur.
Ji Han berusaha mengumpulkan kesabarannya dengan sejenak memejamkan mata. Ji Han bukanlah orang bodoh yang tak mengerti makna sebenarnya ungkapan Suga barusan. Namun, keinginannya agar Suga pergi bukan karena merasa direpotkan, tapi lantaran rasa takut akan sosok Suga yang tak ia ketahui kedok sebenarnya.
Ji Han mengambil sendok dan mangkuk bubur di atas nakas. Dengan cepat ia menyodorkan sesuap bubur ke arah mulut Suga. Melihat tangan Suga yang dibalut perban membuatnya merasa bersalah meminta Suga untuk kembali ke apartemennya sendiri. Bahkan, sangat sulit bagi Suga untuk duduk tegak seperti pada umumnya.
Tidak ada pembicaraan selama Suga menghabiskan buburnya. Ji Han hanya fokus menatap sendok yang telah terisi makanan lunak itu dan mulut Suga agar suapannya tak masuk ke hidung. Nyalinya tak sanggup untuk menatap mata tajam seorang Han Suga.
Sementara Suga, ia tak lepas memandang setiap lekukan wajah Ji Han yang kini enggan menatapnya. Semua ini bukan modus, tapi keadaan telapak tangannya yang hanya bisa ditekuk membuat dirinya kesulitan memegang sendok. Jangankan untuk makan, untuk duduk pun rasanya begitu menyiksa dirinya. Ia benci makan makanan lembek sejenis bubur, tapi jika seperti ini, ia rela makan bubur satu jam sekali. Ji Han menyelesaikan tugasnya segera dengan membereskan mangkuk bubur dan bergegas membawanya ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] It's Destiny? Bitter-MYG (Completed)
Fanfiction[Beberapa chapter diprivat secara acak] Kepahitan yang berbalut manis. That is my life. Suatu hukuman bagiku untuk hidup tanpa bahagia. Mata yang tertutup, dipukul, digores, dan diinjak. Tapi, tolong lepaskan aku. Kumohon! Because.... I wanna find y...