"Eomma! Aku mau jadi dokter,"
Wanita yang tengah menggoreng ayam itu menghentikan aktivitasnya sejenak untuk menatap puteranya yang tengah melahap beberapa potong timun.
"Kenapa mau jadi dokter? Katanya mau bekerjasama dengan NASA." Tanya wanita itu.
"Tidak, aku tidak mau jadi astronot. Eomma, dokter itu sangat keren. Ia bisa berlari dengan temannya membawa orang sakit di atas tempat tidur. Ia berkemeja dan membawa itu... aku tidak tahu--"
"Stetoskop?"
"Ah, ya mungkin itu. Mereka keren eomma. Dokter yang menangani Ji Han waktu itu keren sekali. Ia membuat Eomma dan Appa senang karena mengatakan Ji Han baik-baik saja." Anak laki-laki itu begitu antusias menceritakan betapa kerennya seorang dokter di matanya.
"Baiklah, kalau begitu belajarlah yang rajin, Dokter Taehyung. Jangan terlalu banyak bermain game." Pesan ibunya.
"Baik, Eomma. Tapi, apakah eomma akan membuatku benar-benar jadi dokter? Aku ingin melihat eomma mengatakan "Syukurlah ia baik-baik saja" ketika Appa sakit, Hoseok Hyung, dan Ji Han sakit." Anak tengah itu menatap ibunya, berusaha meyakinkan.
"Ya, tentu saja. Jika itu keinginanmu, Eomma dan Appa akan berjuang. Panggil yang lain untuk makan malam." Wanita itu mencubit gemas putra tampannya sebelum berlari memanggil keluarga yang lain.
Taehyung melangkahkan kakinya menuju kelas. Seorang wanita muda menggandeng seorang anak laki-laki bermantel merah. Sangat asing. Taehyung tak menghiraukannya dan masuk ke dalam kelas. Ia duduk menatap jendela dan melihat kakak kelas yang bermain sepak bola dengan hebat.
"Selamat pagi, semuanya." Suara Yoon-ssaem membuat Taehyung menghentikan aktivitasnya. Yoon-ssaem tidak sendiri, ia membawa seorang anak berkacamata hitam yang tadi pagi Taehyung lihat di koridor.
"Anak-anak, kita kedatangan teman baru. Dengarkan baik-baik, ya. Ayo perkenalkan dirimu." Pinta Yoon-ssaem.
Anak itu hanya menunduk memainkan ujung mantel merah miliknya. Kulitnya begitu putih, hidungnya mancung, tapi ia begitu pemalu.
"Annyeonghaseyo.." sapaannya dijawab ragu oleh anak-anak sekelas lantaran ia pun ragu mengucapkannya. Bisikan-bisikan mengenai penampilan anak itu tak bisa terelakkan. Anak itu tak melanjutkan perkenalannya. Ia menangis dan menggeleng tak mampu memperkenalkan diri. Taehyung hanya diam melihat kejadian itu. Semua teman-temannya tertawa, tapi ia tidak.
"Yaaak, murid buta. Apa kau tahu aku tampan?"
"Aish, dia tidak bisa melihatmu. Mana mungkin ia tahu. Coba buka kacamatanya." Anak itu kembali menangis mendapati jam istirahatnya harus diisi dengan ketidaknyamanan.
Taehyung mulai tidak nyaman menyantap bekal makan siangnya. Ini bukan yang pertama kalinya anak lain membully siswa baru.
"Hei, jangan mengganggunya. Aku akan memcatat nama kalian kalau kalian melakukannya lagi. Arasseo?" Ancam Taehyung. Ya, ia adalah ketua kelas. Dua anak laki-laki nakal itu pergi mmeninggalkan kelas dengan kesal. Kelas yang sepi menyisakan dua anak lelaki dan diisi suara isakan. Taehyung hanya melihat anak laki-laki di depannya yang terus menutup kedua kelopak matanya dengan air mata yang mengalir.
Taehyung memasangkan kembali kacamata hitam milik anak itu. Sudah seminggu sejak kedatangannya, selama itu pula setiap istirahat ia menangis. Taehyung melanjutkan makan siangnya dan memberi sepotong roti bakar miliknya.
"Makanlah, kau akan merasa lebih baik."
-----
Taehyung duduk di taman depan kelas tempat biasanya anak baru itu menunggu jemputan. Taehyung dipenuhi rasa penasaran tentang anak baru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] It's Destiny? Bitter-MYG (Completed)
Fanfiction[Beberapa chapter diprivat secara acak] Kepahitan yang berbalut manis. That is my life. Suatu hukuman bagiku untuk hidup tanpa bahagia. Mata yang tertutup, dipukul, digores, dan diinjak. Tapi, tolong lepaskan aku. Kumohon! Because.... I wanna find y...