Maaf karena sudah lama tidak kembali, Squimin sangat sibuk bahkan makan pun kadang tidak sempat. Kalau kalian lupa ceritanya, silahkan baca lagi :) Terimakasih sudah menunggu..
Vote dan komen jangan lupa. Cuma itu semangat Squimin buat nulis.
*
*
*
*
Play music on mulmed till this part end~
Happy reading :*Aku tidak pernah menyangka perjalanan kita seperti ini. Pertemuan yang membuatku muak dengan wajahmu. Pertengkaran dan ucapan-ucapan bodoh yang terlontar. Ejekan tak masuk akal dan menggelikan. Bagaimana mungkin semua itu menjadi hal tak biasa dalam hidupku yang biasa-biasa saja. Ketika itu kau datang padaku. Hanya sepasang remaja SMA yang menikmati masa-masa asmara.
Ah, tidak.
Tidak ada yang lebih, momen kita terlalu biasa. Kita hanya menjalani masa akhir SMA berdua, itu saja yang membedakan. Berdua. Ingat itu. Terkadang aku berharap lebih untuk momen manis. Nyatanya hal biasa saja cukup membunuhku untuk melupakannya.
Aku meraihmu tanpa takut, aku mencintaimu tanpa ragu. Entah sihir apa yang merasuki hingga aku bisa mencintaimu seperti orang bodoh. Yang kupikirkan, kita hidup seperti orang pada umumnya. Mencintai tanpa rasa takut.
Aku tidak pernah tahu kalau dunia terlalu kejam untukku. Apakah ia juga kejam padamu? Aku tidak tahu. Takdir terlalu mempermainkan hidup kita. Aku tidak mengerti siapa yang melepas hubungan itu. Rasanya terlalu sepi diliputi bayang-bayangmu. Aku dipenuhi rasa takut dan rindu yang tidak pernah putus. Namamu, namamu, dan namamu.
Mungkin Tuhan pun bosan mendengar namamu di setiap doaku.
Aku akan duluan datang ke hadapanmu. Aku yang akan mencintaimu terlebih dahulu. Aku yang mengejarmu. Tetaplah diam di tempatmu. Mari bertemu.
Jika ada kehidupan yang baru.
Suara langkah kaki yang beradu dengan jalan berair mengiringi hujan yang tak kunjung berhenti. Air hujan membuat mataku terasa begitu perih. Tubuhku lemas, aku tak kuasa mengangkat bahkan memindahkan kepalaku dari pundak pria yang tengah membawaku di punggungnya. Ia hanya memakai kemeja biru muda yang telah basah kuyup. Seakan tidak peduli pada hujan, ia terus melangkah tanpa berhenti.
"Min Yoon Gi"
Ia tidak menyahut ucapan lemah yang sekuat tenaga kukeluarkan. Ya, dengan tenaga yang tersisa tepatnya. Mungkin dia berfikir aku hanya mengigau.
"Kenapa kita seperti ini?" Pria ini terus berjalan seolah aku tak mengatakan hal apapun.
"Bisakah kita kembali? Kau milikku, dan aku milikmu. Bisa?"
Apakah suara hujan begitu memekakan telinga hingga ia tak mendengar ucapanku?
"Aku menyukai Han Suga. Uri Min Yoon Gi. Ayo kembali. Aku yang akan datang padamu. Bogoshipo."
"Tidak, tidak bisa." Jawaban itu begitu tegas menusuk.
"Tidak ada Min Yoon Gi. Ia hanya masa lalu, Kim Ji Han. Han Suga. Aku Han Suga." Tidak terdengar keraguan dari bicaranya. Ada sesak yang mulai menyelubungi paru-paruku. Ada sesuatu yang menggelitik hidungku hingga air mataku tak lagi sempat kubendung.
"Turunkan aku, biar kukatakan sesuatu."
Suga menurunkanku perlahan.
"Katakan, kau Min Yoon Gi. Aku hanya ingin mendengar dari mulutmu. Jawab aku!"
Pria itu hanya diam dengan tatapan datarnya. Hatiku benar-benar tidak sanggup. Seolah tak ada niatan darinya mengatakan sepatah kata.
"Yoon Gi-ya. Apa yang membuatmu seperti ini? Bogoshipo. Jeongmal bogoshiposeo. Katakan kau juga merindukannku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] It's Destiny? Bitter-MYG (Completed)
Fanfiction[Beberapa chapter diprivat secara acak] Kepahitan yang berbalut manis. That is my life. Suatu hukuman bagiku untuk hidup tanpa bahagia. Mata yang tertutup, dipukul, digores, dan diinjak. Tapi, tolong lepaskan aku. Kumohon! Because.... I wanna find y...