Seorang wanita tengah duduk sendiri di sebuah cafe yang masih sepi pengunjung. Ia menikmati americano-nya sedikit demi sedikit. Ia menikmati pagi ini dengan hati yang tenang. Hoseok tidak apa-apa. Satu hal yang sangat ia syukuri dari kemarin. Yoo Jung kembali menyeruput americano dan tanpa ia sadari ia tersenyum menikmatinya.
"Yoo Jung Noona," Yoo Jung menghentikan aktivitasnya dan segera mengetahui siapa satu-satunya pria yang akan memanggilnya Noona.
"Park Jimin, memesan americano juga?" Jimin tersenyum mengiyakan dan duduk di hadapan Yoo Jung.
"Lama tidak berjumpa." Ujar Yoo Jung.
"Dan aku tetap terbiasa memanggilmu Noona. Hahaha" Jimin melanjutkan omongan Yoo Jung dan tertawa.
Jimin melahap biskuit yang baru saja diantar barista ke mejanya. Yoo Jung sesekali menatap ponselnya.
"Kau tampak bahagia. Tidak ada yang mau diceritakan?" Tanya Jimin dan dibalas senyuman oleh Yoo Jung.
Jimin dan Yoo Jung sudah berteman akrab di sekolah intelijen. Yoo Jung adalah pengajar di bidang programming. Jimin merupakan murid paling pendiam di sana, jarang bergaul dengan sesamanya, tapi ia pintar dalam berbagai bidang, kecuali programming.
"Choi-ssaem, aku mohon bantuanmu. Setidaknya untuk membuatku lulus dalam bidang ini selama akademi." Mendengar permintaan itu, wajah Yoo Jung langsung berubah.
"Aah! Bukan seperti itu. Tolong ajari aku sampai bisa, Noona." Jimin tiba-tiba menepuk mulutnya yang salah bicara.
"Maaf, maksudku Choi-ssaem" Jimin langsung meralat kesalahannya. Namun, hal itu justru membuat Yoo Jung terkekeh.
"Masuklah," Yoo Jung mengajak Jimin memasuki kamar khusus pengajar. Jimin memandang ruangan Yoo Jung dengan takjub. Ia pikir ini benar-benar hanya kamar, ternyata tidak. Ini lebih seperti apartemen mewah. Sangat luas dan begitu bagus. Yoo Jung juga termasuk orang yang rapi. Tidak terlihat samasekali bahwa Yoo Jung adalah seorang programmer handal. Tak ada satupun laptop atau komputer di sana. Jimin duduk lesehan di meja tengah. Yoo Jung duduk dan membuka laptopnya.
Jimin sering datang pada Yoo Jung untuk meminta bantuan. Alhasil, mereka menjadi sangat dekat. Tak jarang Yoo Jung bercerita tentang masa lalunya, kecuali pekerjaan. Meskipun seperti itu, di kelas Yoo Jung tetaplah orang yang objektif, ia tak menilai berdasarkan kedekatan murid dengan dirinya.
"Noona.. Maaf, ssaem. Boleh aku memanggilmu Noona saja?" Tanya Jimin ragu-ragu.
"Kenapa?"
"Wajahmu begitu imut, dan rasannya panggilan ssaem tidak cocok. Aku hanya merasa nyaman memanggilmu Noona." Jelas Jimin.
Yoo Jung bukan pengajar termuda, tapi wajahnya yang imut dan manis membuat para murid tak percaya bahwa gadis itu adalah lulusan sekolah intelijen. Tak jarang mereka sering menggoda Yoo Jung di kelas.
"Hanya di luar kelas," ujar Yoo Jung sembari memakai mantelnya.
"Kembalilah ke asrama. Aku harus pergi."
"Kau harus berbagi kebahagiaan dengan muridmu ini." Goda Jimin.
Yoo Jung hanya memandang Jimin lantas tersenyum. Wanita imut namun dingin itu memanggil salah satu barista dan memesan biskuit yang sama seperti Jimin.
"Aku ingin menceritakan tentang pekerjaanku." Cetus Yoo Jung.
"Tapi itu melanggar--"
"Sst... lagi pula aku akan segera melepaskan diri dan hidup seperti orang pada umumnya. Tidak ada salahnya aku bercerita padamu." Jelas Yoo Jung dan disambut anggukan Jimin.
![](https://img.wattpad.com/cover/111281699-288-k451767.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] It's Destiny? Bitter-MYG (Completed)
Fanfic[Beberapa chapter diprivat secara acak] Kepahitan yang berbalut manis. That is my life. Suatu hukuman bagiku untuk hidup tanpa bahagia. Mata yang tertutup, dipukul, digores, dan diinjak. Tapi, tolong lepaskan aku. Kumohon! Because.... I wanna find y...