#MINHYUN - Y/n-ah...

1.4K 303 52
                                    

"Kau adikku, y/n adikku."

Aku memejamkan mataku sejenak.

"Tapi aku tidak bisa membiarkan kalian berdua menikah."

Jisung hyung mengucapkannya dengan begitu tegas. Bahkan Hyung yang awalnya menangis, air matanya tidak tersisa sedikitpun ketika dia mengatakannya. Dia memang tidak suka dengan ide itu. Mungkin membencinya.

"Anggap saja ini semua tidak terjadi. Lupakan saja, Minhyun-ah."

Bagaimana mungkin aku melupakannya? Semua adikku pasti sudah sadar akan apa yang terjadi. Dan mereka pasti menuntut penjelasanku. Jadi tidak semudah itu kan?

Lalu aku harus bagaimana?

Sreeek!

Aku masih memejamkan mataku. Berniatan pura-pura tidur saja kalau Jisung hyung lagi yang datang. Tapi wangi parfum ini...

"Oppa?"

Aku tidak mau berpura-pura tidur kalau yang satu ini. "Y/n-ah." Laluku tersenyum padanya. "Akhirnya kau datang juga!"

"Kau menungguku?"

"Habis aku bosan hanya melihat Seonho dan Jisung hyung."

Y/n hanya tersenyum seadanya padaku. Aku harus bagaimana?? Ku rasa responku sudah bagus sekali tadi. Biasa saja, seperti tidak ada apa-apa.

"Oppa."

"Ne?"

Untuk berberapa saat dia hanya diam sambil memerhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dia seperti dokter yang sedang mencoba memahami keadaan pasiennya. Hanya saja tatapannya terlihat seperti orang yang sedang kesal. Apa dia marah padaku? Tentu dia marah padaku, mengingat apa yang terjadi, ya kan?

"Kalau kau sekarang ditonjok sakit tidak sih?"

Aku sontak tertawa mendengar pertanyaannya. "Mwo? Ditonjok? Hmm... mungkin? Kenapa bertanya—" BUGH! "Akh!"

"Eh? Sakit?!!"

Aku ingin mengelus lenganku yang ditinjunya namun tertahan oleh selang infus. Dari sekian banyaknya tempat dia mendaratkan tinjunya kenapa harus di lengan atasku? Tepat sekali di sendi tempatku mengalami cedera. "Y/n-ah..." bahkan aku tidak bisa menutupi nyerinya. "...jinjja, ini sakit sungguhan..."

"Jinjja?! Aaa ottokhae????!" Y/n yang hendak duduk, segera bangkit kembali. "Haruskah aku memanggil suster? Perawat? Dokter? Aaaa oppa, jinjja mianhaeyo!"

Aku yang meringis, mau tidak mau jadi tertawa melihatnya begitu panik. Kalau sedang begitu dia jadi mengingatkanku pada Daehwi, atau Seonho? Ah, mereka memang saudara kandung ya... aku iri... "Y/n-ah." Sset! "Gwaenchanha."

Pegangan tanganku padanya membuatnya diam dengan tatapan yang menatapku kaku. Ng... wae...? Tidak salah kan kalau aku memegang tangannya seperti ini? Aku sudah menggenggam tangannya seperti ini dari kecil. Bahkan sejak dia lahir. Tapi ini pertama kalinya dia menatapku seperti ini. Seolah-olah aku orang asing yang menahan tangannya.

Aku sontak melepaskan tanganku padanya. Entah mengapa, tapi aku jadi merasa bersalah. Ini semua terasa begitu aneh. Aku jadi menyesal, seharusnya aku pura-pura tidur saja tadi.

"Oppa..." kini y/n duduk di kursinya lalu menunjuk bekas tinjunya. "Mian..."

"Ani. Mian."ucapku yang membuatnya lagi-lagi menatapku dengan terkejut.

"Wae? Kenapa kau yang minta maaf padaku?"

Aku menghela napas pelan. "Entahlah. Aku pasti sudah melakukan sesuatu yang membuatmu kesal sampai kau memukulku seperti tadi. Jadi..." aku menatapnya lalu tersenyum. "Maafkan aku ya?"

Dia tahu kalau aku pun sudah mengetahui apa yang terjadi. Tapi tidak ada satupun yang ingin menyuarakannya dengan keras. Terlalu tidak nyaman untuk diucapkan, bukan? Akan sangat aneh dan canggung.

Y/n tampak menunduk, menghindari tatapanku. "Kau harus berterima kasih pada Hyunbin."

"Hmm? Kwon Hyunbin sahabatmu?"

"Ne. Temannya yang sudah menyelamatkanmu." Dia tampak menghembuskan napas keras sebelum melanjutkan kata-katanya. "Aku tidak bisa menyelamatkanmu. Ataupun Hyungseob, Daehwi, Guanlin, Seonho. Bahkan Jisung oppa pun tidak bisa menyelamatkanmu. Jadi, kalau saja Kwon Hyunbin tidak mengenal anak bernama Dokyeom itu, kau tidak akan ada di sini, mengobrol denganku."

A~ah. Aku mengerti. Pasti yang y/n maksud adalah orang yang telah menyumbangkan darahnya untukku. Itulah caranya untuk memberitahuku bahwa dia sudah tahu akan apa yang telah ku lakukan selama ini. Seandainya ini semua tidak terjadi, kecelakaan itu tidak terjadi, tidak perlu ada yang terungkap. Ahn Minhyun bodoh!

"Ne. Aku akan menyampaikan terima kasihku nanti."ucapku. "Geunde, y/n-ah..."

Y/n masih tidak mau menatapku. Wajahnya masih menunduk dan kini tangannya tampak memainkan sesuatu yang tidak dapat ku lihat.

Bisakah kau tidak berubah? "Ani..." Aku lebih baik tidak mengucapkannya.

"Apa yang ingin kau katakan?"

Banyak yang ingin ku katakan. Seperti... seperti aku yang ingin mengucapkan maafku karena pura-pura bodoh di saat kau begitu kebingungan akan wasiat Eomma dan Appa. Wasiat yang membuatmu sampai mengurung dirimu berhari-hari di kamar. Wasiat yang membuat kesedihanmu menghadapi kematian Eomma dan Appa terasa semakin berat. Maaf karena telah melakukan ini semua padamu. Maaf... Aku ingin kau memaafkanku karena aku-lah orangnya.

Banyak kan yang ingin ku sampaikan? Tapi...

Tapi aku tidak bisa mengatakan itu. Jadi... "Y/n-ah, kau tahu kan kalau kau itu adikku yang sangat berharga?"

Di luar dugaanku, y/n tampak tersenyum padaku. Apakah dia juga akan melupakan—"Tidak. Aku tidak tahu."

M.. mwo?

"Bahkan aku tidak tahu apakah aku adikmu... apakah kau oppaku..."

Jisung hyung, aku harus bagaimana?

"Jadi cepatlah sembuh, eung? Kau akan memberiku penjelasan akan semuanya dan aku akan menyiapkan tinju yang lebih keras lagi untukmu."

Aku tidak tahu apakah aku bisa menepati janjiku lagi.

-- BROTHERS LIES to be continued --

Brothers Lies [PRODUCE101 IMAGINE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang