Brent ; Birmingham? Aku kira kita bisa menghabiskan seharian ini bersama-sama.
Pesan itu terkirim kepada Arabella. Siapa lagi kalau bukan Brent? Mendadak, tangan Arabella menjadi dingin. Tidak sehangat teh yang dari tadi ia nikmati. Teh itu bahkan masih hangat walaupun hujan turun.
Arabella segera membalas pesan Brent. Ia takut sekali Brent akan marah.
Arabella ; Maafkan aku. Tapi membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk sampai ke Birmingham dari Westminster. Kau tahu itu 'kan?
Arabella ; Lagipula, aku tidak mau membantah perintah seorang Ratu untuk yang kedua kalinya dalam hari ini.
***
"Nona Arabella, Nyonya Kierra sedang pergi ke kantor. Ini titipan darinya. Katanya, kau harus mengenakan itu untuk acara di Birmingham." Belly, salah satu pekerja di rumah Arabella memberikan tas kertas berisikan baju dan beberapa perlengkapan lain kepada Arabella.
"Kapan aku berangkat? Mom bagaimana?"
"Nyonya Kierra akan langsung berangkat dari kantor ke Birmingham. Nona berangkat jam 4 sore, nanti Mr. Frank akan menjemput Nona," jelasnya. "Silahkan Nona mandi dulu. Air dan semuanya sudah siap."
"Terima kasih, Belly. Aku akan segera mandi." Arabella menghela nafas.
Belly membungkukan badannya, lalu pergi dari ruang tamu. Mungkin ia ingin melanjutkan tugasnya memasak di dapur, atau tugasnya mencuci, yang belum selesai.
Arabella menghela nafas. Apakah Kathleen ikut juga? Refleks, ia bangkit. Mencari Kathleen. Butuh waktu yang cukup lama untuk mencari seseorang dirumahnya yang besar. Ia tidak pamer tapi memang rumahnya besar. Dan ini juga bukan satu-satunya.
"Aku ikut, Ara." Kathleen menjawab Arabella dengan manis. "Namun mobilku berbeda. Aku tidak bareng denganmu dan Mr. Frank. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan."
"Baiklah." Arabella mengangkat bahunya. Lalu bergegas mandi. Ia harus cepat karena kalau ia telat, Kierra bisa memarahinya.
Seorang putri, harus disiplin terhadap apapun, tidak terkecuali waktu.
***
Haruskah aku mengikuti perjamuan ini? Aku merasa tidak yakin, Arabella membatin. Sial, sumpahnya.
Aku menyumpah lagi. Dan aku memang bukan putri, untuk apa menahan-nahan? Ia berpikir. Ah, nanti saja! Aku harus segera masuk!
Arabella sudah sampai di Birmingham. Tapi kakinya seakan membeku di pintu utama gedung perjamuan diadakan. Seperti dibekukan oleh dinginnya kota. Bulan Agustus, Hari jumat, sekitar 13°C
Sesampainya diruangan pesta, Ia bertemu dengan kurang lebih dua ribu orang. Dua ribu orang ada di dalam satu ruangan pesta, yang walaupun luas, bagaimana caranya ia bisa menemukan Kathleen atau bahkan Kierra.
Menurut instingnya, Kierra sudah sampai. Kathleen belum. Dan Arabella akan terus mempercayai instingnya di banding orang lain. Kecuali di sanding dengan fakta yang nyata. Logis.
"Arabella! Kau sudah sampai rupanya!" Punggung Arabella ditepuk oleh seseorang. Ternyata Hayley. Hayley Holland, teman SMA-nya, sekaligus rekan bisnisnya. Perusahaan Ann & Bradley Company atau ABCompany memang berkerja sama dengan perusahaan Hayley. Arabella lupa namanya.
"Ah, Hai Hayley." Arabella menjabat tangan Hayley, lalu memeluknya. "Apakah kau sudah bertemu ibuku?" tanyanya dengan nada datar.
Hayley mengangguk. "Hm. Ibumu ada di sana, dekat kamar mandi. Mungkin sekarang ia sedang duduk."
"Well, terima kasih, Hayley. Aku akan menghampirinya." Arabella berusaha menaikan kedua alisnya, namun tanpa senyuman. "Bye."
Arabella melewati kerumunan orang-orang, berusaha mencari ibunya tanpa tergesek, ataupun tertabrak. Sayangnya gagal. Mustahil ia tidak terjepit, tergesek, tergores, ataupun tertabrak sedangkan di ruangan ini ada dua ribu orang. Perjamuan besar-besaran di Birmingham. Walaupun kamu bukan direktur, kamu akan diundang.
"Mom," gumam Arabella ketika melihat ibunya.
"Ah, sayang! Kau sudah sampai," ucap Kierra dengan nada senang. Wanita itu mengisyaratkan agar Arabella duduk di sebelahnya. Dan Arabella melakukannya.
"Ya, sudah." Arabella menjawab seolah patuh. Kierra mengangguk ringan.
"Kau lihat laki-laki berjas hitam disana?"
Arabella memutar bola matanya. "Yang mana, Mom? Ada banyak laki-laki berjas hitam yang aku lihat disini."
Kierra tertawa. "Yang sedang tertawa, tangan kanannya memegang segelas wine."
Arabella mengangguk dengan santai. "Ada apa dengannya?"
"Dia .. di jodohkan denganmu."
Dan Arabella terbelalak. "Apa? Aku 'kan sudah bilang aku tidak mau di jodohkan, atau menikah!" Arabella mendesis, lalu menyesali perbuatannya. "Maaf, terbawa suasana. Tapi Mom, kau tahu itu 'kan?"
"Dia yang di jodohkan denganmu," ucap Kierra. "Bukan kamu yang di jodohkan dengan dia."
"Tetaplah sama. Memangnya apa bedanya? Apa masalahnya?"
"Keluarganya mengalami krisis. Kita membantunya, jadi dia di jodohkan denganmu," jelas Kierra. "Dia anak keluarga Franco, Ayahnya, Mark Franco adalah teman lamaku. Aku merasa bersalah jika tidak membantunya. Ia lebih merasa bersalah jika tidak memberikan imbalan."
"Maka dari itu aku yang jadi korban? No, no. Aku tidak mau!"
"Aku mengerti, aku mengerti Ara. Aku memang tidak akan memaksamu menikah. Sayangnya ia memilihmu dari dua pilihan, Kau atau Kathleen." Kierra meminum champagne-nya. "Namanya Calder, Dia lelaki yang baik. Berkenalanlah dulu dengannya. Baru setelah itu kau bisa tahu dirinya. Selama kamu menolak atas perjodohan, kau tidak mengenal baik calonmu 'kan?"
"Tapi aku tidak tertarik, bagaimana?"
"Tidak ada alasan, Arabella. Balas budilah! Setidaknya, berteman bukan hal yang buruk! Kamu keluarga Bradley, terima saja!"
Arabella diam. Ia hanya memandang Calder Franco dari jauh.
Putri tetaplah putri. Dan disinilah Arabella, ia tidak bisa membantah.
***
keep voting and commenting, guys. me love you xoxo
*note : Kierra and Arabella had the same personality; emotional hehehe, hope u enjoy it
bye:*
KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELLA.
RomanceArabella Bradley. Putri sulung dari sebuah keluarga bangsawan, Bradley's. Berkali-kali dijodohkan dengan bermacam jenis dan karakter lelaki. Namun tidak satupun ia terima. Wanita ini menyimpan rahasia yang besar. Jika dirinya ketahuan, Arabella bis...