Arabella ; 8

55 7 1
                                    

Tahu tidak, Arabella yang kemarin mabuk berat dan tertidur 12 jam penuh di kamarnya, sekarang sedang apa?

Wanita dingin itu sedang bekerja. Rahang yang tegas, hidung yang mancung, mata yang menyiratkan 'sesuatu' yang lain, serta rambut pirang yang dikuncir kuda ke belakang, membuat penampilan Arabella kian menarik namun terkesan judes.

Seolah galak, seolah jahat.

Memang benar. Kalian juga tidak akan bisa menyangkal. Tapi sungguh, Arabella juga merupakan sosok putri yang baik. Yah, walaupun wajahnya datar.

Lupakan soal itu! Sekarang, di sinilah Arabella. Duduk manis di kursinya, memegang jabatan sebagai Finance Manager di ABCompany.

"Miss Bradley." Arabella reflek menengok ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengetuk pintu ruangannya. Menyebutkan namanya pula.

Dirasa penting, Arabella menyahut, "come in."

Ailee, Asisten Arabella ... ralat, Asisten Finance Manager di ABCompany masuk dan berjalan ke arah meja Arabella.

"Ini hasil laporan keuangan bulan Agustus dan bulan September." Ailee menyerahkan hasil laporan keuangan yang ia bereskan. Membantu Arabella karena wanita ini banyak cuti.

Tentu saja dimaafkan! Bagaimana mau dipecat? Ini 'kan perusahaan keluarganya!

"Laporan keuangan bulan September kamu pegang saja dulu. Biar saya laporkan laporan keuangan bulan Agustus terlebih dahulu," perintah Arabella. "Jangan cuma di pegang, terus pantau dan tulis." Arabella fokus ke arah laptopnya.

"Baik Nona. Kalau begitu, saya permisi dulu."

"Terima kasih, Ailee."

"Sama-sama."

Kalau kalian heran, kenapa Arabella dipanggil dengan sebutan Nona bukan Ibu, Ma'am atau sejenisnya, itu karena permintaan Arabella sendiri.

Arabella merasa dirinya masih muda, belum menikah, apalagi punya anak. Kenapa harus dipanggil Ma'am atau Ibu?

Arabella kembali fokus kepada kerjaannya, sampai lupa waktu dan akhirnya menyadari ia sudah kelewatan 30 menit dari jam pulang.

***

"Apa Bee masih di Vegas," gumam Arabella. Ia ingin menelepon, namun takut mengganggu.

Arabella yakin, paham, dan tahu sekali kalau Brent masih dalam masa terpuruknya. Masa kekasihnya dikira akan menikah dengan orang lain? Belum lagi permainan Arabella dengan Brent dibelakang keluarga Bradley. Brent makin frustasi.

Dan tebakan Arabella benar. Kalau Brent frustasi, ia hanya akan mengurung dirinya sendiri di kamar, atau entah, terserah dirinya. Yang penting sendiri. Dan sisanya, mau mabuk, mau menangis, itu haknya. Asal jangan menganggu orang lain 'kan?

Arabella dan Brent selalu sama. Bahkan kemarinpun, mereka sama-sama mengurung diri. Arabella di kamarnya, Brent di hotelnya. Arabella mabuk, Brent mabuk, Arabella menangis, Brent menangis.

Kalian tahu apa perbedaan mereka?

***

"Kau belum makan malam?" tanya Calder di seberang sana.

Arabella menyahut dengan singkat disertai dengan nada dingin, "belum."

"Aku akan menjemputmu." Calder sedikit menahan tawa.

"Terima kasih. Tapi aku rasa, itu tidak perlu. Aku baru saja ingin makan."

"Atau aku boleh ke kediamanmu kan? Kita makan bersama."

"Kau keras kepala."

"Tentu, apalagi dengan calon istriku."

Arabella mendengus geli. "Karena aku bukan calon istrimu, jadi perlakukan aku seperti biasa." balasnya dengan dingin.

Calder tertawa. "Dasar ratu es." Calder mendengar dengusan Arabella. "Aku sudah izin dengan Kiera, dan memang dia juga memintaku kesana. Aku akan tiba 20 menit lagi."

Dan sambungan terputus.

***

"Sialan! Persetan!" Arabella menyumpah. Inilah kebiasaannya selagi Kiera tidak di rumah. Dan tentu saja tidak sembarangan. Arabella hanya berani menyumpah di kamarnya, atau di kamar mandi. Seluruh sudut rumahnya (kecuali kamar) pasang CCTV! Jadi, mau coba-coba?

Kalau Arabella 'sih, tidak!

Arabella sebenarnya tidak takut dimarahi, atau diusir. Arabella malah khawatir dengan ibunya. Kiera sangat berharap kepadanya, bukan Kathleen.

"Mau apa Calder kemari?" Arabella mendengus. Namun pada akhirnya wanita itu pasrah.

Zenvo ST1 itu berhenti tepat di garasi kediaman Keluarga Bradley. Calder turun dan hanya memberikan senyuman tipis kepada satpam yang menjaga. Begitu melihat Calder, satpam tersebut langsung memberikan izin masuk untuknya.

Sementara di dalam kamarnya, Arabella sedang bertanya-tanya. Tentu saja tentang strategi agara Calder—cowok menyebalkan sekaligus tidak meyakinkan—dapat pulang, atau entah pergi kemana asal tidak terus-terusan di rumah Arabella.

***

Keep voting and commenting. I love u gaes hehehehe

ARABELLA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang