Arabella ; 1

162 41 40
                                    

"Aku bukan tipe orang yang seperti itu." 

Arabella berucap tegas. Membuat Kiera menghela nafas pasrah. 

"Dia lelaki yang baik, Ara. Perusahaan yang ia miliki juga perusahaan terkenal." Kiera menyeruput teh hangatnya. "Seandainya, Will mau dengan Kathleen." 

Arabella meyipitkan matanya. Bradley's bukan pengaruh yang luar biasa untuk Kathleen. Apalagi untuk mendapatkan pasangan. Kathleen sendiri sampai bingung.

But, beast is a beast. 

"Intinya, mom." Arabella menelan ludahnya. "Aku tidak akan menikah, permisi." Ia bangkit dari kursinya, lalu berjalan ke arah kamarnya.

Kiera tersenyum samar. Putri kandung satu-satunya kini sudah menjadi 'putri' sungguhan. Calon penerus ABCompany, pengganti dirinya di masa depan.

Ya, setelah menikah. Dan Arabella sangat mirip dengan Keira. Wanita berumur 48 tahun itu tersenyum saat mengingat masa lalunya. Tahun 1992, saat dirinya dipaksa menikah oleh Samuel, yang walaupun sekarang lelaki itu adalah suaminya. Namun, sama seperti Arabella, dirinya bersikukuh, tidak akan mau menikah.

Kenyataannya, tahun 1994, Arabella Ann Bradley ke dunia dengan selamat. Putri pertama Kiera dan Samuel. Semenjak Arabella lahir, kehidupan mereka berubah. Yang tidak saling mempercayai mau tidak mau harus saling mempercayai, yang tadinya saling benci mau tidak mau harus saling menyayangi. 

Dan suatu mukjizat, kalau rumah tangga Kiera dan Samuel tidak retak sampai sekarang. 

"Arabella memang anakku." 

***

Angin sepoi-sepoi yang sejuk membuat rambut wanita berumur 21 tahun itu menjadi berantakkan. Reflek, ia memejamkan matanya tiba-tiba. Setelah tenang, ia membuka matanya pelan. 

Menatap langit biru yang berada di atas Westminster, Kathleen tersenyum. Lalu beberapa detik kemudian, ia menunduk. Didapatinya bayangan pantulan dirinya sendiri. 

Kesal, lalu wanita itu mengobok-obok air kolam berenang. Sampai pantulan itu kabur, hilang. Kathleen tersenyum licik, lalu dirinya bangkit dari tepi kolam.

"Aku kira, kau tidak sadar akan keberadaanku disini." Wanita dihadapannya berbicara dengan nada datar. 

Otomatis, ia mengubah ekspresi wajahnya (secara cepat, tentunya.) 

"Aku sadar, Ara. Aku sadar." Kathleen tersenyum.

"Senyumanmu selalu tampak manis. Entah kenapa, aku iri," katanya. Sekali lagi, dengan nada dan ekspresi wajah yang datar. "Kalau begitu, aku permisi." 

"Iya, silahkan." Kathleen tertawa kecil lalu mempersilahkan saudara tirinya itu lewat. Ia tersenyum, senyuman kemenangan. Setelah Arabella sudah tidak terlihat dari pandangannya, senyuman itu hilang begitu saja.

***

"Mau kemana, Ara?" Keira bertanya dengan hati-hati. Namun dengan nada curiga juga, tentunya. Tidak biasanya Arabella keluar dari 'istana' Bradley's. 

"London Bridge, untuk menghadiri reuni. Mungkin, aku akan pulang agak malam." 

Kiera tersenyum. Ini mungkin pertama kalinya Arabella berbicara seperti itu. Namun, ia bisa melihat dari mata Arabella, yang sangat mengharapkan izin darinya.

"Kamu terlalu mirip dengan diriku, Ara." Kiera mengusap punggung tangan Arabella yang putih mulus. "Untuk kali ini saja, baiklah. Berhati-hatilah, kau ingat kejadian beberapa waktu lalu di London Bridge, 'kan?" 

Arabella mengangguk semangat. Namun wajahnya masih saja datar. "Ara ingat. Terima kasih, mom. Ara berangkat, permisi." 

Arabella keluar dari ruang kerja ibunya, lalu segera berangkat ke London Bridge, menemui seseorang yang paling di nantinya, seseorang yang paling di sayangnya, seseorang yang di cintainya,

Seseorang yang menjadi rahasia terbesar dalam hidupnya.

***

"Kau dimana?" Suara berat itu terdengar jelas di telinga Arabella. Wanita itu berteriak didalam hatinya, memejamkan matanya kuat-kuat. 

Aku merindukannya, Arabella tersenyum. Senyum tulus yang ia keluarkan, hanya untuk lelaki yang ia cintai. Bukan perjodohan ataupun acara-acara formal dari ABCompany, sampai mengharuskannya berkarakter sebagai 'putri' bak putri sungguhan seperti film ataupun dongeng.

Arabella benar-benar merindukannya. Tangannya, pipinya, hidungnya, matanya, punggungnya, Arabella sangat merindukannya.

"A-aku sudah sampai." Arabella menutup pintu taksi. Ia sangat gugup saat ini. 

"Aku melihatmu," ucap lelaki itu dengan nada senang. Arabella memutuskan sambungan telepon. 

Ia menyapu seluruh pandangannya di setiap sudut restoran dan itu dia, dia, orang yang Arabella cari. Orang yang sangat Arabella rindukan. Hanya berjarak beberapa meter darinya. 

Tiba-tiba sekali, Arabella berlari, sampai dirinya hampir terjatuh karena sepatu dan dress yang ia gunakan. Beberapa orang melihat ke arahnya, namun dirinya sama sekali tidak peduli. Begitu melihat sosok 'dia' dengan nyata, ada didepannya kira-kira hanya berjarak hanya 30cm, Arabella tersenyum, senyum manis dan senyum termanis yang pernah ia keluarkan. 

Tidak peduli berapa pasang mata yang menatapnya, Arabella langsung memeluk lelaki didepannya.

Arabella juga menangis.

"I miss you so fucking much," isaknya.

***

ARABELLA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang