Keep voting and commenting, xoxo!
***
Arabella benar-benar pusing. Ia sudah mabuk sekali.
Putri ini mabuk semabuk-mabuknya orang mabuk. Tapi Arabella tidak memberitahu siapa-siapa. Ia cukup berdiam diri di kamarnya. Tidak ada yang curiga.
Kecuali kalau Kiera pulang. Kecuali kalau pekerja di kediaman Bradley menawarinya makan siang.
"Matilah." Arabella menyumpah. Walaupun perut dan tenggorokannya tengah hangat, hatinya masih juga dingin.
Heran? Sama.
"I miss my Bee so much. So much. Where's my Bee?" Arabella meracau tidak jelas. Ia hendak menelepon Brent.
Namun ia mengurungkan niatnya. Brent pasti sangat sakit hati, itu semua karena ulahnya!
Bahkan semua yang sekarang dirasakan Arabella belum sebanding dengan perasaan Brent. Ini salahnya!
"But i know he's mad at me now." Arabella tersenyum pahit. "I come and go as i please. Now what? What can i do?" Arabella tertawa.
Dari pada kita menyandang fakta kalau wanita ini mabuk, lebih baik di ralat saja menjadi gila.
Arabella hanya uring-uringan, di kamarnya. Seperti tengah meratapi nasibnya. Seperti melunturkan tiga hal yang ia jaga selama ini; kecantikannya, wajahnya, hatinya.
Dan saat itu pula Westminster dilanda hujan. Membuat perasaan seperti Arabella lebih didukung oleh suara tetesan air yang indah nan deras, dan juga membuat darah di nadi Arabella semakin membeku.
Tapi memang kamar Arabella juga sangat dingin. Biasanya tidak sedingin ini.
Karena ketika sang ratu es sedih, ia bisa membekukan apa saja.
***
Kathleen tersenyum ketika memeluk Layla, sahabatnya semasa SMA.
Reuni ini berlangsung meriah. Walaupun harus membayar tiket pesawat yang saat ini cukup mahal untuk pergi Vegas, Kathleen tidak menyesal dirinya datang.
Lagi pula, yang membayar semua pengeluaran itu Kiera kok, bukan dirinya. Jadi, untuk apa Kathleen ambil pusing masalah biaya?
"Cheers," ucap Gabby, salah satu teman SMA Kathleen.
Dan mereka bersulang. Lalu menegak isi cawan yang berupa minuman pahit itu dengan senyum yang masih menempel di wajah masing-masing.
Jelas saja! Sudah berapa tahun berlangsung? Mereka baru menyempatkan diri untuk reuni sekarang! Bahkan ada beberapa teman Kathleen yang sudah membawa anaknya.
"Kau sudah menikah?"
Bagai duri, pertanyaan itu menusuk hati Kathleen teramat dalam. Kenapa?
Kenapa jalan hidupku seperti ini? Pikir Kathleen gemas. Kenapa harus aku yang mengalami ini? Batinnya sedih.
Kathleen tidak peduli lagi, ia langsung meminum 5 cawan sekaligus.
Dan Kathleen tidak ingat apa-apa lagi.
***
Arabella mendapat kabar kalau Brent sedang berada di Vegas.
Bukan masalah besar sebenarnya. Arabella juga tahu dan yakin kalau Brent bisa menjaga dirinya sendiri di kota penuh kasino itu.
Hanya saja yang membuat Arabella takut adalah perilaku Brent. Ia sama sekali tidak mengabari Arabella kalau ia mampir ke Nevada. Ia sama sekali tidak bilang, bahkan SMS terakhir Arabella saja belum dibalas!
Arabella jadi ingat dengan janji Brent beberapa tahun lalu. Janji Brent yang masih murni, di malam tahun baru saat mereka masih belajar di SMA.
"Aku akan mengajakmu pergi ke Vegas, Abel." Brent mengelus rambut Arabella dengan lembutnya. "Kita akan menelusuri setiap inci kota itu. Kalau masa tur kita di Vegas habis, aku akan mengajakmu ke Paris."
"Untuk apa?" Arabella bertanya dengan geli. "Disini ada London Bridge."
"Tentu saja beda," balas Brent tak kalah gelinya. "Aku akan bermalam denganmu di hotel paling mahal disana, kita akan makan malam di atas menara Eiffel, dan malam yang sesungguhnya akan menjadi milik kita nanti." Brent berbisik lembut.
"Aku janji akan berjuang Brent." Hanya itu kata-kata Arabella. "Aku janji akan menyakinkan Ibuku."
"Aku tahu, aku tahu." Brent mengusap pipi Arabella lembut.
"I love you, Abel."
Dan bersamaan dengan bunyi kembang api tahun baru, Brent mencium bibir Arabella dengan mesra, dengan lembut. Bukan ciuman penuh nafsu.
Ciuman tulus yang polos. Murni bak air sungai.
"I love you more, Bee," jawab Arabella setelah mereka selesai berciuman.
Pipi Arabella memerah, semerah buah tomat. Hatinya bahagia, hatinya tenang, jiwanya damai.
Namun sekarang, ia tidak bisa membayangkan jika omongan mereka saat itu hanyalah janji belaka.
Arabella tidak bisa.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
ARABELLA.
RomanceArabella Bradley. Putri sulung dari sebuah keluarga bangsawan, Bradley's. Berkali-kali dijodohkan dengan bermacam jenis dan karakter lelaki. Namun tidak satupun ia terima. Wanita ini menyimpan rahasia yang besar. Jika dirinya ketahuan, Arabella bis...