HOW VII

367 67 18
                                    

Kau tak tahu, kan?
Pada malam ketika kau bilang akan pergi, kau menjadi satu-satunya orang yang mendapat izin untuk mendekat padaku.

Namun, kau tetap pergi.

Malam itu, setelah Troy menolongku, ia juga mengantarku ke rumah Rachel dan menungguku hingga masuk ke dalam rumah Rachel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, setelah Troy menolongku, ia juga mengantarku ke rumah Rachel dan menungguku hingga masuk ke dalam rumah Rachel.

Aku masih ingat anggukkan kepalanya sebelum menghilang dari balik pintu. Aku masih ingat bagaimana caranya menyelamatkanku. Aku masih ingat hal itu.

Dan tak pernah ada satupun orang yang menyelamatkanku dari kematian seperti yang ia lakukan. Tak pernah ada yang menyadari semua rasa sakitku selain dia. Dan itu karena... kami sama. Begitulah yang ia katakan.

"Kai? Ada apa?"

Aku menggeleng dan Rachel langsung mengajakku ke dalam kamarnya untuk beristirahat, "Kau ingin membersihkan dirimu dulu? Aku bisa meminjamkan pakaianku."

Aku mengangguk.

Rachel segera mencarikan pakaiannya untuk kugunakan dan memberikannya padaku, "Baiklah, kau mandi dulu dan aku akan memanaskan makanan untukmu. Orangtuaku tidak ada di rumah, jadi tidak masalah jika kau menggunakan air lebih banyak daripada seharusnya."

Aku menerima pakaian yang ia berikan, "Terima kasih."

"Bukan masalah."

Aku segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya, mengunci pintu dan menggantung pakaian yang ia berikan. Lalu berjalan menuju bath tub dan mengisinya dengan air hangat. Menyentuh air hangat itu memberikan sengatan kepadaku. Panas. Rasanya seperti pukulan-pukulan yang dilayangkan padaku. Dan perih, begitu semua luka itu tenggelam ke dalam air.

Segala hal yang terjadi hari ini, begitu berat rasanya. Hingga aku merasa tak sanggup lagi.

Larut dalam lamunanku, aku tak sadar sudah berapa lama aku berada di kamar mandi hingga Rachel mengetuk pintu dengan sangat khawatir dan bertanya apa aku masih hidup.

"Ya," jawabku.

Aku masih hidup karena aku masih bernafas. Tapi aku sudah mati karena aku tak bisa rasakan apa-apa lagi.

Menyadari sudah begitu lama aku di dalam, aku segera mengeringkan tubuhku dan mengenakan pakaian yang dipinjamkan Rachel. Lalu membuka pintu kamar mandi dan berjalan keluar.

"Hei," panggilnya. "Ketika aku bilang soal 'kau boleh menggunakan air lebih dari seharusnya', aku tak tahu kau akan benar-benar melakukannya," candanya.

Aku tersenyum tipis. Tapi Rachel pasti tahu ada yang salah dari diriku. Bagaimana aku bisa sampai di sini, bagaimana aku bisa setidakbahagia ini. Ia pasti tahu sesuatu.

Dan hal yang membuatku terlihat menyedihkan itu, tak bisa menghentikanku untuk tak menangis.

Melihatku akan menangis, ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekatiku, "Hei? Semuanya baik-baik saja?" Tanyanya. Lalu ia berhenti ketika melihat luka-luka di lenganku yang terbuka karena pakaian Rachel yang sedikit lebih pendek di tubuhku.

Did I Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang