HOW IX

286 45 17
                                    

Ada begitu banyak hal yang ingin kukatakan tentangmu, tetapi kupikir aku harus berhenti. Sebab kau sungguh tak pantas untuk itu.

•••

Aku tidak benar-benar paham bagaimana cara takdir menalikan hubungan-hubungan setiap makhluk hidup hingga terlalu kusut untuk di jabarkan kembali. Aku juga tidak tahu bagaimana cara seseorang berterima kasih atas apa yang tak pernah ia dapatkan.

Tapi aku tahu, aku harus berterima kasih pada apapun yang membuatnya berterima kasih padaku. Karena, yah, jujur saja bertemu dengannya jadi merupakan kegiatan favoritku belakangan ini.

"Apakah ada yang ingin bertanya?" Tanya Mr. Benziville, guru biologiku yang mematahkan semangatku begitu ia masuk pada pelajaran pertama, hari senin pula.

Tidak ada yang mengangkat tangannya untuk bertanya, jadi aku mengangkat tanganku.

"Ya, Miss Sorcha?"

"Bolehkah aku membuang sampah ini keluar?" Aku mengangkat tanganku, menunjukkan gumpalan kertas di tanganku.

Kudengar seruan dari teman-teman kelasku yang pasti sudah berpikir aku akan bertanya mengenai pelajaran biologi hari ini.

Ia mengangguk, mengizinkanku keluar kelas untuk membuang sampah. Ketika aku berjalan mendekati tong sampah dan membuang kertas-kertas itu, aku tidak sadar sama sekali akan sepasang mata yang sedang memperhatikanku.

Hingga kemudian, Mrs. Nathanael memanggilnya, "Leighton, masuk ke ruangan saya."

Leighton....

Aku menoleh dan melihat Troy berdiri tidak jauh dariku, di depan ruang kesiswaan. Ia menaikan sebelah alisnya dan berjalan masuk ke dalam ruang kesiswaan yang berada 10 meter dari kelasku.

Aku menarik nafas dalam-dalam setelah ia pergi. Tak sadar kenapa aku melakukannya, yang aku tahu, Mr. Benziville sudah memanggilku karena terlalu lama berada di luar kelas.

•••

Troy selalu terlambat. Begitulah kata Rachel dan Nadine yang menyampaikannya dengan cara yang berbeda. Rachel selalu menguntit Troy dan seolah tahu apa saja yang terjadi padanya. Sementara Nadine selalu berusaha mencari tahu keburukan Troy untuk menjatuhkannya.

Dengan cara apapun mereka mengetahuinya, yang jelas kedua hal tersebut tidak bisa dibenarkan. Mereka mengganggu privasi orang lain -yang sebenarnya tidak tahu dan tidak benar-benar peduli-.

"Memangnya kenapa?" Tanya Rachel.

"Ya, kenapa kau bertanya soal Troy yang terlambat? Kau melihatnya?"

Aku mengangguk, "Aku sempat melihatnya, tapi sekilas saja. Aku bahkan tak yakin itu dia, karena itulah aku bertanya," kataku sedikit berbohong.

Aku tidak ingin menjawab soal 'melihatnya di luar kelas, di depan ruang kesiswaan'. Jika aku menjawab dengan jujur, Nadine dan Rachel pasti tidak akan tinggal diam. Karena sebenarnya, akupun masih ingin mencari tahu. Apa benar... ia selalu terlambat?

Dan jika benar, apa aku... apa aku akan selalu bisa melihatnya setiap pagi seperti itu?

Dan astaga, aku berbohong pada teman-temanku hanya agar aku bisa melihatnya setiap hari dan teman-temanku takkan tahu dan takkan menyebabkan perdebatan tak berarti.

Aku mungkin hanya ingin melihat orang baik di sekitarku, orang yang menolongku. Atau mungkin, aku mulai penasaran pada sosoknya dan ingin membuktikan seperti apa dirinya dari pada mendengarkan semua gosip yang bertebaran. Tapi dengan kedua alasan itu, hatiku tetap menjerit tak setuju.

Did I Die?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang